Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Kerumunan Jadi Klaster Baru Penularan Corona, Hati-hati Bun

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Sabtu, 28 Nov 2020 19:08 WIB

Lima, Peru - April 4 2020: Woman with bike and groceries wearing mask amid coronavirus outbreak in South America. Only woman day, gender-based quarantine, women lined up to buy groceries.
Ilustrasi kerumunan jadi klaster penularan Corona/ Foto: Getty Images/Myriam Borzee

Meski pandemi Corona atau COVID-19 belum berakhir, aktivitas masyarakat di berbagai daerah sudah beranjak normal. Bagaimana di daerah tempat tinggal Bunda? Hati-hati ya kalau ada kegiatan yang diikuti banyak orang atau mengundang kerumunan.

Sebaiknya, Bunda dan keluarga tunda dahulu ikut kegiatan yang dihadiri banyak orang. Karena biasanya, susah banget menerapkan protokol kesehatan dalam kerumunan. Semua orang yang hadir mungkin pakai masker, tapi kadang suka lupa jaga jarak.

Nah, apalagi kalau waktunya sesi foto bareng. Langsung kompak deh pada buka masker. Meski cuma sebentar lepas masker, risiko penularan virus Corona tetap ada, Bunda. Kita juga enggak tahu, apakah orang-orang di sekitar kita negatif COVID-19.

Menurut data nasional yang dilansir covid19.go.id, kegiatan yang mengundang kerumunan terbukti berpotensi besar terjadi penularan COVID-19. Bahaya lho, Bunda, apalagi kegiatan dengan kerumunan ini bisa melahirkan klaster-klaster baru.

Di berbagai daerah, kondisi ini menunjukkan bahaya penularan virus Corona masih terjadi. Hal ini seperti diungkapkan Juru Bicara Satgas COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, saat memberi keterangan pers di Kantor Presiden, Kamis (26/11/2020).

"Terdapat berbagai kegiatan kerumunan yang berdampak pada timbulnya klaster penularan COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia," kata Prof. Wiku.

Satgas COVID-19 lalu merilis beberapa kegiatan di sejumlah daerah, yang ternyata ditemukan kasus klaster baru penularan virus Corona. Wah, di mana saja ya?

Kalau Bunda ingin tahu data selengkapnya, klik NEXT yuk.

Simak juga yuk, cara simpel Novel Baswedan sembuh dari Corona, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner Elon MuskFoto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari



Kerumunan jadi klaster baru kasus COVID-19

Shot of a young man and woman wearing masks while travelling in a foreign city

Ilustrasi kerumunan jadi klaster penularan Corona/ Foto: Getty Images/PeopleImages

Kerumunan jadi klaster baru kasus COVID-19

Beberapa waktu lalu, setelah Sidang GPIB Sinode, tercatat 24 kasus di lima provinsi. Awalnya, klaster ini muncul dari kegiatan keagamaan di Bogor, Jawa Barat, yang diikuti 685 peserta. Setelah itu, kasus menyebar ke beberapa provinsi yakni Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

Klaster baru juga ditemukan usai kegiatan Bisnis Tanpa Riba, Bunda. Dari sini, muncul 24 kasus di tujuh provinsi, bahkan sampai ada tiga korban jiwa. Sama seperti klaster GPIB Sinode, klaster ini awalanya dari kegiatan di Bogor yang diikuti 200 peserta.

Kasus ini lalu menyebar ke berbagai provinsi seperti Lampung, Kepulauan Riau, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua. Kondisi ini enggak boleh dianggap sepele lho, Bunda. Sudah terbukti kalau kerumunan bisa jadi klaster baru penularan virus Corona.

"Jadi tidak heran bahwa klaster tersebut terjadi karena adanya kerumunan di masyarakat. Dan masyarakat akan sulit menjaga jarak," kata Prof. Wiku.

Ia menambahkan, berbagai kasus yang terjadi ini sesuai penelitian Ibrahim dan Memish tahun 2020. Perlu Bunda tahu, penelitian tersebut menunjukkan, ada hubungan dua arah antara kerumunan dan penyebaran penyakit menular.

"Ini penting untuk jadi perhatian publik. Kondisi kerumunan harus dihindari," ucap Prof. Wiku.

Dijelaskan juga, dampak adanya kerumunan berpeluang besar dilakukan 3T, Bunda. Yakni testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan treatment (perawatan), yang harus dilakukan segera dan menyeluruh. perlu Bunda ingat, periode inkubasi antara terpapar dan gejala rata-rata hanya 5 hari. Gejalanya pun bisa muncul dua hari kemudian.

Prof. Wiku menyimpulkan, ada waktu sekitar tiga hari terhadap kontak erat dilacak, lalu diisolasi segera, sebelum penularan ke lingkar yang lebih luas lagi. Ia pun mengingatkan masyarakat jangan gegabah dan menyadari bahaya kerumunan.

"Saya minta kesadaran dan kerja sama untuk tidak berkerumun. Jangan gegabah dan egois," tuturnya.

Nah, demi memutus rantai penyebaran COVID-19, selalu #ingatpesanbunda #ingatpesanibu untuk #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan dan #cucitanganpakaisabun, sesuai imbauan #satgascovid19.


(muf/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda