
trending
Lemas Setiap Lihat Pria Tampan, Wanita Ini Ternyata Idap Kondisi Langka
HaiBunda
Kamis, 25 Mar 2021 23:00 WIB

Bagi wanita normal, melihat pria tampan tentunya menjadi hal yang dapat membuat diri menjadi terkagum-kagum ya, Bun. Tak sedikit dari kita mungkin akan terus menerus memandangnya.
Namun sayangnya, hal tersebut tak berlaku bagi seorang ibu asal Inggris bernama Kirsty Brown, Bunda. Kirsty diketahui memiliki kondisi langka yang membuatnya selalu lemas hingga pingsan saat melihat pria tampan.
Kondisi medis yang Kirsty alami itu disebut sebagai cataplexy atau kondisi yang bisa membuat seseorang kehilangan kendali atas tubuhnya. Ini bisa terjadi karena emosi yang kuat, diantaranya tertawa, takut, dan kekaguman.
Untuk mencari aman, Kirsty mengatakan bahwa ia berusaha untuk menatap tanah saat berjalan, Bun. Hal ini terpaksa ia lakukan demi menghindari hal-hal mendadak yang tak diinginkan.
"Saya mencoba untuk tidak menempatkan diri saya dalam situasi di mana hal itu bisa terjadi atau saya mencoba untuk tetap memandang rendah demi keselamatan saya sendiri," ungkapnya, dikutip dari The Sun pada Kamis, (25/3/2021).
Kirsty juga menceritakan pengalaman yang terjadi saat ia tengah berbelanja. Di sana ia melihat seorang pria tampan dan langsung lemas hingga harus berpegangan pada sepupunya.
"Ini sangat memalukan. Saya pernah keluar berbelanja dan saya melihat seseorang yang terlihat tampan. Kaki saya lemas begitu saja dan saya harus berpegangan pada sepupu untuk mendapatkan topangan," tuturnya.
Kirsty mengaku bahwa ia sudah cukup lama mengalami kondisi langka ini, Bun. Katanya, hal tersebut terjadi usai dirinya mengalami cedera saat bermain dengan teman-teman di usia 9 tahun.
"Aku dan beberapa teman melempar batu ke pohon saat itu. Namun, seorang teman malah melempari batu ke arah kepalaku. Karena kejadian ini, aku menderita cataplexy," kata wanita berusia 32 tersebut.
Sebenarnya, kondisi tersebut tak hanya dipicu dengan melihat pria tampan saja lho, Bunda. Selain itu, Kirsty juga mengatakan bahwa itu juga bisa disebabkan oleh efek suara keras, ketakutan, amarah, bahkan tertawa.
Dengan banyaknya hal yang ikut terpengaruh, ibu dari dua orang anak ini menyebut bahwa kondisinya ini sangat mengganggu. Kegiatan dalam kesehariannya pun harus terganggu karenanya.
"Aku jadi tidak bisa tidur dan ketika tidur pun itu tidak nyenyak, sehingga, aku akan sangat kelelahan. Ini terjadi ketika aku merasakan emosi yang kuat," katanya.
Tak hanya itu, cataplexy yang diidap Kristy juga membuatnya sulit untuk tertarik dengan seseorang lho, Bunda Kirsty mengaku sering menghindari melihat wajah seseorang karena takut pingsan.
"Ketika aku merasa tertarik pada seseorang, aku akan merasakan serangan. Aku tidak akan merasakan apa pun di tubuhku. Itu seperti sirkuit pendek dari otak ke otot yang terganggu dan aku langsung kehilangan kontrol pada kakiku," tutur Kirsty Brown.
Selengkapnya, simak di halaman berikut ya, Bunda.
Bunda, simak juga tips cantik dan sehat selama pandemi COVID-19 dalam video berikut:
PENGERTIAN DAN PENYEBAB CATAPLEXY
Ilustrasi pingsan/ Foto: iStock
Mengutip dari Medical News Today, kondisi yang dialami oleh Kirsty ini paling sering dikaitkan dengan narkolepsi, Bunda. Ini merupakan gangguan tidur yang diperkirakan memengaruhi antara 135.000 dan 200.000 orang di Amerika Serikat (AS).
Cataplexy terjadi selama Bunda dalam kondisi terbangun. Saat hal terpicu dengan serangan ringan, ada otot yang melemah namun tak begitu terlihat. Tapi jika menyerang dengan parah, maka dapat mengakibatkan pingsan total.
Meski merupakan kondisi yang berbeda, cataplexy terkadang salah didiagnosis sebagai gangguan kejang. Kondisi ini juga tak dapat diatasi secara permanen, tetapi dapat dikelola dengan obat-obatan dan modifikasi pemicu potensial.
Penyebab cataplexy
Penyebab dari kondisi ini sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, Bunda. Namun, hilangnya neuron yang menghasilkan hipokretin atau yang juga dikenal sebagai orexin, dianggap sebagai faktor penyebab utama.
Hipokretin sendiri merupakan neurotransmitter. Ini selalu terlibat dalam kondisi tubuh saat terjaga serta berperan selama siklus tidur.
Orang dengan cataplexy telah ditemukan memiliki antigen leukosit manusia tertentu, variasi reseptor sel T, atau respons sistem kekebalan yang tidak berfungsi terhadap paparan antigen tertentu. Diperkirakan bahwa narkolepsi mungkin merupakan kelainan autoimun, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation pada 2010 juga mengungkapkan bahwa hilangnya hipokretin disebabkan oleh respons autoimun yang menargetkan tribbles homolog 2 autoantigen. Respon autoimun ini menyebabkan terbentuknya antibodi yang membunuh neuron di otak yang menghasilkan hipokretin.
Simak informasi selanjutnya terkait cataplexy di halaman berikut ya, Bunda.
GEJALA CATAPLEXY
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tunatura
Gejala cataplexy yang terkait dengan narkolepsi sering dimulai sejak masa kanak-kanak dan dewasa muda. Ini bisa terjadi di antara usia 7 dan 25 tahun, namun tak menutup kemungkinan dimulai sejak usia kapan pun.
Serangannya juga bisa sangat bervariasi. Ada yang mengalaminya dengan ringan dan hampir tidak terlihat. Atau bahkan bisa dialami dengan parah hingga pingsan.
Untuk mengantisipasinya, berikut beberapa gejala cataplexy yang biasa muncul:
1. Wajah berkedut, berkedip, atau meringis
2. Gerakan lidah yang tidak biasa hingga
tremor rahang
3. Kepala menunduk atau rahang seolah jatuh
4.Lutut gemetar atau tertekuk
5. Kelopak mata terkulai
6. Kesulitan bicara
7. Pingsan dan tidak bisa bergerak.
Cataplexy ini biasanya berlangsung dalam beberapa menit atau kurang, kemudian berlalu tanpa intervensi serius. Namun, penting untuk tetap memastikan pengidapnya untuk tidak melukai dirinya sendiri ketika terjatuh.
Selain itu, perlu diketahui pula bahwa pengidap kondisi ini tetap dalam keadaan sadar ya, Bunda. Mereka tetap dapat bernapas, dan menggerakkan matanya.
TOPIK TERKAIT
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda