Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Menyusui Bantu Cegah Penyakit Autoimun pada Bayi, Benar atau Tidak?

Kinan   |   HaiBunda

Rabu, 17 Jun 2020 18:11 WIB

Closeup of young woman holding cute little baby in her hands, lulling him in bed. Panorama with free space
Menyusui Bantu Cegah Penyakit Autoimun pada Bayi, Benar atau Tidak?/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Prostock-Studio
Jakarta -

Ada banyak manfaat kesehatan yang bisa didapat, baik oleh bayi maupun Bunda, dari proses menyusui. Terutama karena banyaknya komponen nutrisi dan senyawa baik dalam air susu ibu (ASI).

Salah satu manfaat tersebut dikatakan dalam hasil studi terbaru yakni dapat membantu mencegah terjadinya gangguan autoimun seperti penyakit celiac.

Dilansir Parents, penyakit celiac atau celiac disease merupakan kelainan autoimun di mana seseorang tidak dapat mencerna gluten, protein dalam gandum.

Gluten sebenarnya tidak mengganggu bagi kebanyakan orang, tetapi dapat menyerang tubuh pengidap penyakit celiac.

Gejala-gejala gangguan ini meliputi kembung, diare, sembelit, atau gejala-gejala non-gastrointestinal seperti sakit kepala, anemia, nyeri kaki, penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat, dan mudah marah.

"Seseorang yang selama bertahun-tahun tidak memiliki masalah makan gluten dapat tiba-tiba sakit karenanya. Tidak ada yang tahu apa yang memicu reaksi ini," ujar ahli gastroenterologi University of Maryland, Anca Safta, MD.

Dalam studi terbaru yang dilakukan oleh Center for Celiac Research, Massachusetts General Hospital for Children, ditemukan bahwa menyusui dapat membantu mencegah penyakit celiac pada bayi.

Menurut peneliti Alessio Fasano, MD,  memiliki peluang besar untuk membantu mencegah atau setidaknya menunda timbulnya penyakit seliaka. Manfaat ini didapat dari kesehatan usus bayi yang disusui.

Bayi yang disusui ASI memiliki lebih banyak bifidobacteria dalam ususnya. Nah, bifidobacteria ini memungkinkan sel-sel tubuh untuk toleransi terhadap gluten.

"Dengan demikian, banyaknya bifidobacteria pada usus bayi yang disusui kemungkinan besar membuat risiko mereka untuk mengembangkan penyakit celiac menjadi berkurang," ungkap Fasano.

Young mother breastfeeding at home, bonding with baby child toddlerIlustrasi menyusui. (Foto: iStock)

Hebatnya, perlindungan dalam usus ini bahkan akan terus berlanjut meski setelah usia 6 bulan bayi tak lagi mendapatkan ASI saja. Efek ini tetap berlangsung bahkan saat bayi sudah diperkenalkan dengan makanan padat, termasuk gluten.

Jika Bunda curiga si Kecil memiliki kecenderungan penyakit celiac, segera lakukan konsultasi dengan dokter anak, ya. Penyakit celiac umumnya didiagnosis melalui tes darah untuk menentukan keberadaan antibodi terhadap gluten.

Berdasarkan hasil tes, sebagian orang mungkin tidak dinyatakan positif mengidap penyakit celiac, tetapi tubuhnya tetap bereaksi terhadap gluten. "Sensitivitas gluten sebenarnya lebih sulit ditebak daripada penyakit celiac. Seseorang bisa memiliki gejala nyata, tetapi tidak dapat ditemukan bukti positif tentang apa yang jadi penyebabnya," imbuh Safta.

Begitu seorang anak dinyatakan benar mengidap penyakit celiac, ia harus mematuhi diet ketat seumur hidup dengan sepenuhnya menghindari makanan, minuman, dan bahkan obat-obatan yang mengandung gluten.

Bunda, simak juga tips memperbanyak ASI dalam video berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda