Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Curhat WNA Berobat Mahal di Indonesia: Malaysia Cuma Bayar Rp15 Ribu

Annisa Afani   |   HaiBunda

Rabu, 21 Jul 2021 19:17 WIB

Ivy Phan
Ivy Phan/Foto: YouTube: Ivy Phan

Setiap negara, tentunya memiliki hal-hal yang tak terduga ya, Bunda. Hal seperti ini pun tak luput terjadi di Indonesia, sebagaimana yang dialami oleh WNA asal Malaysia, Ivy Phan.

Beberapa waktu yang lalu, Ivy membagikan pengalamannya saat berkunjung ke Indonesia. Ia merupakan salah seorang mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Melalui channel YouTubenya, wanita berkacamata tersebut menceritakan hal yang menurutnya tak menyenangkan. Salah satunya soal layanan kesehatan di rumah sakit.

Ia membandingkannya langsung dengan Malaysia. Kata Ivy, walau setiap negara memiliki kelebihan masing-masing, negara kelahirannya itu lebih unggul di bidang pelayanan kesehatan dari pada Indonesia.

"Sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau di Malaysia, kelebihannya di kesehatannya. Saya terima perawatan, obat-obatan, itu lebih murah dibanding saya di Indonesia," tuturnya, dikutip dari channel Ivy Phan pada Rabu (21/7/2021).

Ivy mengatakan bahwa biaya yang mahal tersebut tak berarti karena ia warga asing. Melainkan ia menanggung biaya tarif pengunjung biasa, alias tak bersubsidi.

Pengalaman berobat itu ia ceritakan saat alami dislokasi tulang bahu. Saat itu, Ivy tak mendapat perawatan atau pemeriksaan apapun. Hanya diberi obat untuk atasi nyeri dan membayarnya dengan Rp300 ribu.

"Saya sempat dislokasi bahu, terus saya ke rumah sakit, ke IGD. Enggak diapa-apain dikasih obat, itu sudah Rp300 ribu. Wah luar biasa," ungkapnya.

Enggak sampai di sana, Bunda. Ivy juga menceritakan pengalaman dan perlakuan tak menyenangkan dari dokter yang menanganinya.

Sebagaimana yang ia ceritakan, dislokasi bahu yang terjadi padanya itu memang menimbulkan nyeri yang kuat. Walaupun, pada akhirnya posisi tulang yang berpindah itu akan kembali secara natural dengan sendirinya.

Hal tersebut tetap membuat Ivy merasa tak nyaman. Hingga akhirnya, ia pun meminta dokter untuk memberikannya surat izin sakit.

"Selepas dua jam (menunggu di IGD), itu dokternya ketemu saya. Dia cek, terus dokternya enggak mau kasih saya surat cuti atau libur."

"Itu saya minta dokternya kasih saya libur satu hari. Bahu saya sakit, besok ada praktikum. Kami harus ukir gigi dan harus pakai kekuatan, jadi otot saya memang enggak bisa," sambungnya.

Mendengar alasan Ivy, dokter tersebut justru menuduh ia sengaja ingin bolos kuliah, Bunda. Hal itu membuat Ivy amat kecewa.

"Menurut saya, dia sebagai dokter pertimbangkannya bukan kesehatan atau kebaikan saya sebagai pasien, tetapi kedisiplinan," bebernya.

Soal layanan kesehatan di Indonesia memang menjadi topik yang amat Ivy tekankan nih, Bunda. Katanya, masyarakat menjadi sulit karena harus membayar mahal atau secara rutin melunasi BPJS setiap bulan.

"Kalau Malaysia, di rumah sakit kerajaan atau pemerintah, orang berobat dengan Rp15 ribu sudah mendapat pelayanan paling bagus. Di sini harus bayar BPJS setiap bulan meski tidak sakit," tuturnya.

Apa lagi cerita serta pengalaman yang Ivy Phan temukan saat di Indonesia lainnya? Simak di halaman berikut ya, Bunda.

Mantap! Dua dokter Indonesia ciptakan ruang praktik gigi virtual di AS. Tonton dalam video berikut ya, Bunda:

[Gambas:Video Haibunda]




ORANG INDONESIA MAKAN CABAI RAWIT LANGSUNG TANPA DIMASAK

Gorengan, the popular and traditional Javanese side dish of food deep-fried in batter; a typical dish served in Nasi Kucing fare. This fritter dish consists of mixed vegetable fritters on the left and tempeh fritters on the right. Fritters are served with small green chili peppers. The dish is served on a woven bamboo plate lined with banana leaf. It is placed on a wooden table lined with recycled brown paper. In the background is a Javanese batik curtain.

Gorengan/Foto: Getty Images/iStockphoto/MielPhotos2008

Bukan lagi soal pelayanan masyarakat, Ivy Phan juga ceritakan soal kebiasaan makan atau kuliner orang Indonesia, Bunda.

Seperti yang kita ketahui, orang Indonesia yang suka makan pedas memang tak ada duanya nih, Bunda. Kita bahkan mampu makan gorengan dengan cabai rawit yang langsung digigit.

Saat mengetahui orang Indonesia bisa memakan cabai langsung tanpa dimasak, Ivy terkejut dan kaget. Pasalnya, hal ini tak pernah ia lihat di negara asalnya.

"Cara makannya orang Indonesia itu sangat aneh. Kalau di Malaysia, kami ada chili (cabai) kami masak bersama santan, kari, atau bagaimana. Pokoknya bukan seperti orang Indonesia," kata Ivy.

"(Orang Indonesia) Itu chilinya (digigit) dimakan gitu. Itu seram sekali. Mula-mula saya pikir wah orang Indonesia sangat bisa makan pedas," sambungnya.

Awal tiba di Indonesia, Ivy belum terbiasa dengan makanannya, Bunda. Akhirnya ia membeli tahu bakso di sebuah warung. Karena melihat teman-teman Indonesia-nya makan tahu bakso dengan cabai rawit, akhirnya Ivy mulai mencobanya.

"Saya mulai makan seperti mereka (teman Indonesia). Dan puji Tuhan itu adalah hal terbaik yang terjadi pada saya. Kalau kamu makan jajanan bersama cabai (rawit) wah itu enak banget," aku Ivy.

Ivy pun kerap memakan jajanan dengan cabai rawit untuk sarapan, Bunda. Pertama kali menggigit cabai rawit, Ivy sudah mengeluarkan air mata, lho.

"Kan beli sarapan ya sebelum kuliah, ya. Itu jalan dari waserba (warung serba ada) ke ruang kuliah itu lagi nangis. Pagi-pagi sampai ke kampus sudah nangis. Tapi sekarang enggak. Kalau makan pasti enggak pernah lupa cabainya," ungkapnya.

Masih membahas tentang makanan, Ivy juga merasa aneh dengan kebiasaan orang Indonesia yang makan nasi bareng kerupuk nih, Bunda.

Klik baca halaman berikutnya, ya.

ORANG INDONESIA MAKAN NASI DENGAN KERUPUK

Krupuk or Kerupuk, Indonesia traditional crackers, served in bamboo plate on wooden table.

Kerupuk/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tyas Indayanti

Hal lain yang membuat Ivy Phan lebih mengenal Indonesia lebih dalam yakni soal kerupuk yang dijadikan teman makan nasi. Memang, ini karena tekstur kerupuk yang garing dan crunchy membuat makanan Bunda jadi lebih lezat.

Sayangnya, hal ini ternyata terlihat aneh di mata orang Malaysia. Dan untuk hal yang satu ini, Ivy enggan mencobanya dan membiarkan orang Indonesia menganggapnya juga aneh.

"Makan kerupuk bersama nasi itu apakah kombinasinya benar? Biasanya kalau makan kerupuk itu kan dicelupin saus tomat. Tapi kalau orang Indonesia malah makan kerupuk bersama nasi, oh no!" katanya.

Saat sedang menjalankan kegiatan kuliah nyata (KKN), Ivy adalah satu-satunya orang yang tak memakan kerupuk bersama nasi, Bunda. Karena itu, teman-temannya menganggapnya aneh.

"Saya satu-satunya orang enggak mau kerupuk dan saya bisa merasa di diskriminasi, ya. Karena saya lagi makan saya bisa lihat banyak mata melihat ke saya," ungkapnya seraya tertawa,

"Guys, saya makan kerupuk cuma enggak makan bersama nasi, no. Kerupuk itu snack. Itu bukan meal, bukan salah satu lauk gitu. Tapi kerupuk Indonesia itu enak, lho," paparnya.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda