Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Harga LPG 12 Kg Resmi Naik, Simak 5 Faktanya Bun

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Rabu, 02 Mar 2022 10:05 WIB

Burning gas burner. Blue fire with a red flame.
Ilustrasi gas/Foto: iStock

Masyarakat kembali dibuat waswas dengan kembali naiknya harga gas, Bunda. Kali ini, kenaikan harga gas LPG ukuran 12 kilogram (kg) nonsubsidi berlaku mulai Minggu (27/2/2022).

PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading, PT Pertamina Patra Niaga mengatakan bahwa harga gas LPG 12 kg di tingkat agen naik menjadi Rp187 ribu per tabung.

Bunda penasaran terkait fakta-fakta di lapangan soal kenaikan harga gas ini? Simak beberapa yang sudah HaiBunda rangkum dari berbagai sumber berikut, ya.

1. Harga jual gas LPG 12 kg

PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading, PT Pertamina Patra Niaga mengumumkan pada Minggu (27/2/2022), bahwa harga gas LPG 12 kg naik menjadi Rp187 ribu per tabung untuk agen.

Mengutip dari detikcom, beberapa agen mengungkap harga jual eceran gas LPG 12 kg untuk warga menjadi Rp200 ribu. Sedangkan, harga jual ke warung-warung dan restoran mencapai Rp190 ribu.

"Hari ini jual Rp200 ribu. Kemarin tanggal 26 jual eceran masih Rp170 ribu, kalo Rp200 ribu itu ke orang rumahan. Kalo ke warung itu biasanya beda Rp8-10 ribu. Kalo misalkan warungkan biar rata jualnya, karena harga ke warung mah beda kan mereka buat dijual lagi," kata Dini, salah satu agen gas LPG 12 kg daerah Cirendeu, Tangerang Selatan.

Serupa dengan Dini, agen gas nonsubsidi lainnya yakni Audrey juga mengatakan hal serupa. "Yang 12 kg eceran jadi Rp200 ribu baru mulai hari ini, yang ke warung jadi Rp190 ribu," kata Audrey.

Untuk di warung, para pedagang ternyata masih menjualnya dengan harga normal. Vera yang merupakan salah satu pedagang warung daerah Blok M, Jakarta Selatan, mengungkap bahwa harga jual gas LPG 12 kg masih dengan harga lama, yaitu Rp185 ribu.

"Harga jualnya masih Rp185 ribu, kalau kita beli di sini karena ada yang antar jadi beda harganya, mereka jual ke kita Rp170-175 ribu," katanya.

Ver akui bahwa ia tahu tentang kenaikan harga gas ini. Namun ia masih menjual dengan harga yang sudah berlaku sejak Minggu kemarin.
Berbeda dengan Vera, Dariman yang menjadi pedagang warung lainnya mengaku belum mendengar soal kenaikan harga gas LPG 12 kg, sehingga ia masih menjual dengan harga lama yaitu Rp180 ribu.

"Kalau harga naik jadi Rp 187 ribu saya jualnya kurang lebih jadi Rp190-200 an," ujar Dariman.

2. Harga gas LPG 3 kg tak berubah

Tren harga Contract Price Aramco (CPA) terus meningkat pada Februari hingga mencapai US$ 775 /Metrik Ton (MT), atau lebih tinggi 21 persen dari rata-rata CPA sepanjang 2021. Hal ini memiliki keterkaitan dengan kondisi geopolitik yang memanas di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina, sehingga disebut pula menjadi salah satu penyebab harga minyak dunia melambung.

Merespons hal ini, pemerintah dan Pertamina memutuskan tidak menaikkan harga gas LPG subsidi ukuran 3 kg. Terlebih LPG subsidi 3 kg porsi memiliki konsumsi yang cukup besar, yakni sekitar 93 persen dari total konsumsi LPG nasional.

Khusus bagi masyarakat kurang mampu, pemerintah pun turut andil memberikan subsidi sekitar Rp11 ribu per kg. Dengan demikian, masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kg dengan harga terjangkau.

"Jadi meski tren CPA terus meningkat, LPG subsidi 3 kg tidak mengalami perubahan harga. Harga LPG subsidi 3 kg tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat," ujar Pjs. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting.

Irto menambahkan Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) memastikan penyesuaian harga hanya berlaku untuk LPG nonsubsidi seperti Bright Gas yang porsi konsumsinya hanya 7 persen. Ia menyebutkan penyesuaian harga yang berlaku mulai 27 Februari 2022 ini telah mempertimbangkan kondisi serta kemampuan pasar LPG nonsubsidi.

Simak fakta lainnya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, simak juga 4 tips memasak nasi agar tidak mudah lembek dan basi di rice cooker dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

PERMINTAAN GAS SUBSIDI MENINGKAT

ilustrasi memasak

Ilustrasi memasak pakai kompor gas/Foto: iStock

3. Pedagang khawatir pembeli lari ke gas subsidi

Kenaikan harga gas LPG 12 kg turut membuat pedagang takut dagangannya jadi sepi lantaran pembelinya yang berkurang. Vera, pedagang warung di Blok M ungkap bahwa kenaikan harga yang berlaku sudah membuat banyak pihak terkejut.

"Takut sepi jelaslah soalnya kan belom berapa bulan naik masa mau naik lagi. Dengarnya kan kita juga jadi kaget," kata Vera.

Adanya kenaikan harga itu, membuat Vera khawatir pembelinya nanti akan lebih banyak membeli gas subsidi ukuran 3 kg, karena beberapa bulan yang lalu harga gas LPG 12 kg itu sudah naik.

"Yang saya takutkan tuh ya kaya gitu, namanya juga baru naik kemarin terus naik lagi kan. Sudah gitu naiknya cukup banyak bisa sampai Rp10 ribuan, takutnya ya orang nanti beralih ke yang 3 kg," kata Vera.

Vera juga mengatakan harga yang Ia jual masih di bawah ketentuan harga baru. Ini karena pasokan gas yang didapatnya masih di harga Rp175 ribu.

"Harga jualnya masih Rp185 ribu, kalau di sini ada yang anter jadi kalo diantar itu beda harganya mereka masih jual Rp170-175 ribu ke kita," papar Vera.

4. Permintaan gas 3 kg di Majalengka meningkat

Hal lain yang turut dikhawatirkan yakni meningkatnya permintaan gas 3 kg, Bunda. Dan nyatanya, hal tersebut menjadi kenyataan di Majalengka.

Diungkap oleh Korda Hiswana Migas Majalengka, Haji Rudi mengatakan dengan naiknya harga LPG non subsidi tersebut membuat permintaan gas melon atau 3 kg di wilayahnya menjadi meningkat. Sementara itu, permintaan LPG non subsidi menurun imbas adanya kenaikan harga.

"Ada kenaikan pemakaian tabung gas melon, kenaikan (permintaan) sekitar 30 sampai 35 persen," kata Haji Rudi sekaligus pemilik agen gas LPG 3 kg.

"Penjualan nonsubsidi ada penurunan, karena kan cukup tinggi harganya. Yang 12 kilo sepi. Sekitar 3 bulan (sepinya)," sambung dia.

Lebih lanjut, Haji Rudi juga menyebutkan bahwa sebelumnya bisa menjual gas non subsidi 5,5 kg dengan harga Rp60 ribu. Untuk yang 12 Kg, biasa dijual dengan harga Rp140 ribu.

"Kalau sekarang saya jual yang 5,5 kg, yang pink Rp 102 ribu. Yang 12 kg, Rp195 ribu. Kenaikan harga non subsidi kan ditentukan oleh pusat. Kami mengikuti aja aturannya," ujar dia.

Sementara itu, untuk jatah dari penyuplai gas melon ke agen gas miliknya mendapat 1.120 gas atau setara 2 truk setiap harinya.

"Peningkatan ada (suplai gas melon). Peningkatannya itu karena ada agen-agen gas yang baru. Kalau di saya masih flat lah. Cuma pemakaian ini meningkat, adanya agen-agen baru ini otomatis masyarakat juga terpenuhi dengan agen-agen yang baru," ujar dia.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

KHAWATIR MUNCUL GAS OPLOSAN

Close-up midsection image of woman cooking food in frying pan. Utensil is placed on gas stove. Female is stirring food in cooking pan. She is preparing food in domestic kitchen.

Foto: Getty Images/iStockphoto/Neustockimages

5. Khawatir muncul gas oplosan

Memang, harga gas LPG nonsubsidi yang naik tajam ini berhasil menimbulkan dampak di lapangan. Kenaikan ini disebut akan memicu migrasi pengguna LPG nonsubsidi ke LPG subsidi.

Enggak hanya itu, kenaikan ini pun dikawatirkan menjadi alasan memunculkan tindakan pengoplosan yang melanggar hukum. "Selisih harga dengan LPG subsidi mencapai tiga kali lipat. Khawatir pengguna nonsubsidi ganti yang subsidi," kata Dwi Hardono, distributor LPG, PT Petrolindo Mitra Gas.

Dwi mengatakan kondisi ini rentan dimanfaatkan pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan pengoplosan dari tabung LPG subsidi ke tabung nonsubsidi.

"Ditakutkan juga banyak pemain baru, pengoplos. Karena selisih sangat tinggi," tutur Dwi.

Dwi sendiri mengatakan hari ini ia sudah menjual LPG nonsubsidi dengan harga baru. LPG nonsubsidi 12 kg seharga Rp189 ribu, sebelumnya Rp165 ribu. Untuk tabung 5,5 kg dijual Rp90 ribu, sebelumnya Rp78 ribu.

"Banyak yang kaget dengan kenaikan yang terjadi. Ada yang tetap beli, ada yang kembali karena membawa uang pas dengan harga lama. Tapi secara umum penjualan masih normal," ungkapnya.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda