Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Kisah Pilu Pengusaha Pernah Punya 6 Toko, Kini Hidup Tanpa Tabungan karena Dampak Pandemi

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 24 Sep 2024 13:15 WIB

Closed Small Business
Ilustrasi toko tutup/ Foto: Getty Images/iStockphoto/agrobacter
Jakarta -

Pandemi COVID-19 meninggalkan dampak yang cukup besar di sektor ekonomi. Banyak usaha mesti gulung tikar lantaran merugi di masa pandemi, Bunda.

Dampak pandemi ini juga dialami oleh Ikhlas Syarief. Pria yang dulunya sempat sukses membangun bisnis pakaian dan biro jasa ini harus berjuang bangkit menghadapi badai ekonomi yang merusak bisnisnya.

Iklas Syarief merantau dari kampung halamannya ke Jakarta untuk membangun usaha. Ia pernah memiliki enam toko yang tersebar di mal-mal Tangerang dan 16 karyawan.

Sebelum pandemi, Ikhlas tak hanya sukses dalam berbisnis. Ia juga rutin menabung dan berinvestasi.

Namun, karena pandemi COVID-19, bisnisnya mengalami kemunduran. Ia pun terpaksa kehilangan aset-aset investasi, salah satunya adalah emas.

Di tengah pandemi, Ikhlas mencoba untuk bertahan. Tetapi, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah menimbulkan dampak yang serius pada bisnisnya.

Di satu sisi, Ikhlas mesti membayar uang sewa lokasi untuk toko-tokonya. Namun, karena tak ada pemasukan, ia pun harus merelakan lima dari enam tokonya tutup. Ia pun terpaksa menjual mobil dan rumahnya untuk membayar pesangon para karyawan.

Saat ini, Ikhlas masih memiliki utang KPR yang belum lunas. Ia juga memiliki utang dari supplier produk fashion, Bunda.

Sempat buka bisnis lain tapi gagal

Ikhlas tak ingin menyerah begitu saja setelah kehilangan banyak aset. Ia pun sempat memutuskan untuk membuka usaha lain, yakni menjual makanan rendang bakso.

Namun, usaha yang dibangunnya itu gagal. Ikhlas mengalami kesulitan untuk menggaet pelanggan.

Ikhlas akhirnya melakukan rebranding terhadap usaha fashion di satu-satunya toko yang masih berdiri. Ia membuat nama produk dan logo baru.

Sumber pendapatan Ikhlas hanya berasal dari toko tersebut, Bunda. Tabungannya telah terkuras habis. Pendapatan dari toko menjadi satu-satunya pemasukan untuk menyambung hidup dan membiayai pendidikan anaknya.

Lantas, seperti apa usaha Ikhlas untuk bangkit dari badai ekonomi?

TERUSKAN MEMBACA DI SINI.

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda