Jakarta -
Bunda, pernah ngga
ngerasain panik karena badan
anak panas secara tiba-tiba? Bubun pernah nih
ngerasain itu saat lagi menghabiskan
weekend sama anak di sebuah pusat perbelanjaan.
Awal berangkat, tidak ada sakit apa pun yang terlihat di tubuh si kecil. Masuk ke mal pun dia masih jumpalitan girang bisa main di
playground yang lumayan besar.
Tapi selesai bermain selama sejam di dalam
playground, dia datang dengan lemas memeluk Bubun. Di situlah Bubun merasakan panas tubuhnya yang tinggi. Bibirnya yang semula merah jambu, berubah jadi agak putih.
"Lho, kamu kenapa?" demikian pertanyaan yang pertama terlontar dari mulut Bubun.
Ilustrasi anak panas/ Foto: iStock |
Bubun dan Si Ayah yang belum pernah melihat dia begini sebelumnya, mulai panik. Karena untuk berdiri pun dia sudah lemas. Walhasil, kami langsung pulang, mengganti baju, dan mengompresnya.
Suhu di termometer menunjukkan angka 39,2 derajat Celcius. Terus aku memeluknya dengan metode
skin to skin contact. "Sini Nak, panasnya untuk Bunda aja," hiks!
Kami putuskan untuk belum membawanya ke dokter. Karena percuma, bukan? Dokter akan menyuruh kami kembali jika belum tiga hari. Jangka waktu itu menjadi patokan untuk bisa melihat bakteri/virus yang menempel di darah seseorang.
Dan, benar saja. Masuk hari kedua, panas tubuhnya yang naik-turun, kembali stabil. Hari ketiga, meski masih lemas, dia sudah bisa beraktivitas sepenuhnya.
Masuk hari keempat dia sudah kembali loncat-loncat di atas kasurnya. Huft! Syukurlah. Lebih baik melihatnya jumpalitan 'kan daripada panas lemas tak berdaya?
Bunda pernah mengalami cerita yang sama? Cerita yuk sama Bubun di kolom Komentar, apa yang Bunda lakukan atau obat apa yang diberikan di saat badan anak panas? Cerita terbaik akan kami tampilkan sebagai artikel di sini. Yuk Bun, mulai bercerita di kolom di bawah ini :)
(ziz/ziz)