Jakarta -
Galau, resah, dan gelisah, itulah sekelumit perasaan yang menderaku, ketika tamu bulananku tak kunjung datang juga. Padahal, November 2018 telah bersiap meninggalkan peraduannya. Itu artinya aku terlambat mendapatkan menstruasi yang biasanya rutin karena fase menstruasiku selalu teratur.
Aku curiga jangan-jangan aku tengah berbadan dua. Dugaan itu diperkuat dengan tanda-tanda kehamilan yang kurasakan setiap pagi. Misal, kepala pusing, mual-mual, ngidam makanan yang pedas-pedas, tidak tahan mengendus masakan yang aromanya menyengat, dan sebagainya. Mencium uap nasi saja tiba-tiba muntah tak keruan.
Tangisku meledak tak kala
test pack dalam genggamanku menunjukkan garis merah dua. Ya, aku positif hamil. Tubuhku lemas seketika. Aku shock. Berharap ini hanyalah mimpi belaka sebab tidurku yang terlampau nyenyak dan lupa membaca doa. Aku pun berharap terbangun dalam keadaan baik-baik saja alias tidak sedang hamil.
Di samping kondisi fisik dan psikisku yang belum tertata dengan baik semenjak kelahiran anak ketiga pada Mei 2017, aku ingin putri ketigaku juga mendapatkan ASI sampai 2,5 tahun seperti kedua kakaknya. Tapi apa daya, mungkin pengaruh hormon kehamilan, air susu di kedua payudaraku tiba-tiba mengering, tidak ada airnya sama sekali. Si kecil tetap kubiarkan menyusu di payudara yang sebenarnya 'kosong'.
Sesak dada ini melihat si kecil mengalihkan mulutnya dari payudara satu ke payudara satunya berulang-ulang, namun air susu itu tidak kunjung mengucur ke bibir mungilnya. Dokter menyarankan untuk menyapihnya saja, karena isapan pada payudara juga dapat menimbulkan kontraksi pada ibu hamil.
 Hikmah di Balik Kebobolan Anak ke-4 yang Bikin Aku Syok/ Foto: iStock |
Aku tidak bisa mengikuti anjuran dokter karena tidak tega. Untungnya kehamilanku tidak kenapa-kenapa. Jika pada kehamilan sebelum-sebelumnya selalu dengan perencanaan dan kesiapan yang matang, kehamilan keempat ini aku menyebutnya 'kebobolan'. Rasanya berat melewati hari demi hari hingga 9 bulan ke depan.
Sakit melahirkan setahun yang lalu juga masih terngiang, belum hilang total dari ingatan. Perjalanan kehamilan tahun kemarin yang dibarengi mual muntah panjang sampai menjelang melahirkan juga belum terhapus dari memori. Aku terus-menerus dibayangi kerepotan yang luar biasa bila nanti sudah melahirkan.
Bagaimanapun, si kecil juga masih membutuhkan perhatian penuh dariku dan ayahnya. Aku takut kasih sayang kami sebagai orang tua jadi lebih tercurah pada adik barunya.
Aku merasa si kecil belum cukup umur untuk memiliki adik. Kupeluk erat-erat putri ketigaku dan kutangisi sepanjang hari. Kukutuk diriku sebagai ibu yang paling jahat sedunia. Suami menenangkanku. "
"Kalau Mama terus-menerus menangis, kasihan adik bayi yang di perut Mama, nanti dia akan ikut bersedih. Si kakak nanti sudah 2 tahun lebih kok saat adiknya lahir. Insya Allah dia sudah ngerti. Kita beri penjelasan saja dari sekarang, kalau kakak mau punya adik bayi, jadi ada teman bermain," begitu kata suamiku.
Kehamilan ini memang tidak kukehendaki, namun aku tetap menjaganya. Tidak terlintas sedikitpun keinginan untuk menyakiti atau menggugurkan bagiku. Hasil USG memperlihatkan bayi yang bersemayam di rahimku berjenis kelamin laki-laki. Ini akan menjadi anak laki-laki pertama dan satu-satunya nanti di rumah kami karena tiga kakaknya perempuan.
6 Juli 2019 lahirlah bayi laki-laki berparas gagah dan ganteng, dengan bobot 4kg di sebuah klinik bersalin tempat di mana kakak-kakaknya dulu dilahirkan. Proses kelahirannya normal dan lancar, tanpa kurang satu apapun. Kupandangi sosok mungil itu tanpa bosan. Kebahagiaan keluarga kami terasa lebih sempurna. Rumah semakin berseri dan ramai.
Benar saja, pemahaman yang kami sampaikan terus-menerus ke ketiga putri kami semenjak adiknya masih di dalam kandungan membuat si kakak siap lahir batin menerima kelahiran adiknya ke dunia. Mereka menyambut kelahiran saudara kecilnya dengan penuh kegembiraan. Demikian pula kedua kakaknya yang sudah SD. Dan hari-hariku pun menjadi ringan, tidak lagi muram ataupun menyesali keadaan.
(Kisah Bunda Rani di Jakarta)**Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di [email protected] Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya.
Penyebab kaki dan tangan ibu hamil bengkak bisa disimak di video berikut.
[Gambas:Video Haibunda]
Simak kabar terbaru single mom Rossa, klik banner di bawah ini.
(rdn/rdn)