cerita-bunda
Terpaksa Nikah dan Punya Anak di Usia Muda, Hidupku Bagaikan di Neraka
Rabu, 31 Aug 2022 20:00 WIB
Bunda, perkenalkan namaku Ara (bukan nama sebenarnya). Aku adalah seorang ibu tiga anak yang berusia 35 tahun. Usia yang seharusnya bahagia berada di tengah keluarga. Namun sebaliknya. Aku seperti wanita yang dapat kutukan karena nyaris tak pernah bahagia hingga di usiaku sekarang.
Aku menikah di usia 14 tahun, Bunda. Di saat teman-teman seusiaku masih berseragam putih biru, menggendong tas, dan bahagia dengan kisah remajanya. Sebenarnya aku tidak ingin menikah di usia semuda itu. Tapi bagaimana lagi? Di usia yang seharusnya sekolah dengan baik, aku justru hamil karena diperkosa.
Iya.. Benar! Aku diperkosa oleh sekelompok preman pasar saat pulang malam. Mereka seperti anjing liar yang melahap tubuh kecilku secara bergantian. Hingga akhirnya, aku pulang ke rumah dengan hanya mengenakan celana panjang dan jaket. Dengan tumpahan sperma yang nyaris ada di setiap jengkal tubuh.
Memang tragis. Tapi beruntung, ada satu diantara preman-preman itu yang mau menikahiku sebelum aku melahirkan bayi dalam kandunganku. Entah ini bayi siapa. Tapi yang pasti, kedatangannya seperti malaikat yang menyelamatkan keluarga kami. Dia mengakui bahwa anak yang ku kandung adalah darah dagingnya.
Hidup seperti di neraka
Jangan tanya bagaimana perjalanan pernikahan itu. Tiap hari rasanya seperti di neraka. Aku memiliki suami tapi seperti tidak memiliki suami. Dia keras, kasar, malas kerja, hingga nyaris tiap hari aku mengalami KDRT.
Namun dari pernikahan itu, lahir 3 orang anak. Yang pertama anak perempuan, yang kedua dan ketiga semuanya laki-laki. Ketiga anakku hidup dalam sebuah rumah dan asuhan orang tua yang sering bertengkar.
Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk bercerai di usia pernikahan yang ke-17. Dengan hak asuh anak berada di tanganku semua.
Setelah bercerai, tak lama kemudian ada seorang laki-laki lajang yang mendekatiku. Dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah. Awalnya aku ragu karena selain masih lajang, beda usia kami terlampau jauh. Beda 10 tahun lebih muda dari aku.
Namun melihat keseriusannya, akhirnya hatiku luluh juga. Apa salahnya membuka lembaran baru dengan laki-laki yang lebih muda. Siapa tahu di umurnya yang masih muda, dia telah matang dan siap menjadi ayah sambung dari ketiga anakku.
Nikah lagi tapi...
Akhirnya pernikahan keduaku terlaksana dengan lancar, setelah mendapat restu dari orang tua dan anak-anakku. Terutama anak sulung perempuan yang baru masuk semester 3 kuliahnya.
Benarkah aku bahagia dengan pernikahan keduaku? Ternyata tidak. Apalagi setelah aku tahu, ternyata diam-diam suamiku menyukai anak perempuanku yang masih 20 tahun. Dia memang tidak mengatakan hal itu terang-terangan. Namun, dari beberapa peristiwa mengerikan yang terjadi di rumah kami, dia berubah seperti buaya yang sedang mengejar mangsanya.
Pertama ketika aku tidak sengaja membuka handphone miliknya. Ada video anak perempuanku yang sedang mandi. Aku sempat bertanya dan mengonfirmasi baik-baik. Tapi, dia mengelak dengan banyak alasan. Hingga akhirnya video itu dihapus.
Kedua, saat aku sedang sakit. Aku meminta anak perempuanku untuk membuatkan teh. Karena di dapur hingga berjam-jam, akhirnya aku coba mengintipnya. Ternyata, anakku dan suamiku sedang bermain hal tidak senonoh. Hatiku tidak hanya hancur, tapi telah pecah berkeping-keping.
Ternyata itu tidak seberapa, Bunda. Beberapa hari kemudian, aku memergoki mereka di dalam kamar dengan keadaan tubuh seperti sepasang suami istri yang melakukan hubungan badan. Bahkan, aku melihat banyak darah dan sperma yang tercecer pada sprei. Dunia seperti runtuh seketika.
Ibu dan istri mana yang tidak ingin teriak melihat suami dan anak perempuan melakukan itu. Apalagi, saat itu aku sedang mengandung anak keempat atau anak pertama dari suami keduaku.
Entah siapa yang salah. Yang pasti, anak perempuanku mengaku kalau ayah tirinya yang memaksa dia melakukannya. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat itu.
Seperti ada luka batin menganga yang sengaja ditetesi cairan cuka. Sakit, perih, dan kecewa. Apalagi saat melihat tanggapan suamiku saat itu. Dengan santai, dia mengatakan, peristiwa ini hanya biasa saja.
Cerai kedua kali
Sebelum kejadian ini, sebenarnya aku sudah mengantisipasi. Aku sarankan si sulung untuk kos di dekat kampusnya saja. Tapi lagi-lagi, suamiku tidak setuju dengan keputusan itu. Dia bersikeras agar anak perempuanku tetap di rumah saja. Ternyata ini yang dia inginkan.
Meski rasa sakit perceraian dengan suami pertama masih terasa hingga sekarang, aku putuskan untuk bercerai setelah anak yang ku kandung ini lahir ke dunia. Mempertahankan pernikahan dengan suami seperti itu hanya menyimpan duri dalam daging.
Biarlah orang lain berkata apa tentang pernikahanku. Karena menyandang status janda untuk kedua kali memang tidak menyenangkan. Janda satu kali saja terlihat buruk di mata masyarakat. Apalagi sampai dua kali.
Tapi biarlah. Aku tidak peduli dengan anggapan itu. Karena hanya aku sendiri yang tahu bagaimana sengsaranya menikah dengan orang yang salah.
Aku terima saja nasib takdir ini. Mungkin seperti inilah jalan hidup yang harus ku lalui. Hanya berharap bahuku tetap kokoh untuk bisa menjadi ibu dari keempat anak-anakku nanti.
Satu lagi, semoga anak perempuan sulungku tak mengalami apa yang ku alami. Hamil di luar nikah dengan orang yang tidak tepat. Aku masih belum siap menghadapi kenyataan jika ternyata anak perempuanku juga hamil akibat tindakan bejat ayah tirinya.
-Bunda A, Pandeglang-
Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke kami lewat [email protected] Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.
Simak juga curahan hati seorang bunda yang mengalami perdarahan hebat saat hamil, di video berikut:
(muf/muf)