sign up SIGN UP search

cerita-bunda

Kasihan Teman Anakku Hidupnya Tertekan, Korban Strict Parents dan Perceraian

Sahabat HaiBunda   |   Haibunda Senin, 08 May 2023 17:40 WIB
Sad teenager feeling bad alone holding head in hands, feeling depressed, regrets of mistake, having problems, adolescent girl with broken heart Ilustrasi Cerita Bunda: Teman Anakku Korban Strict Parents dan Perceraian/ Foto: Getty Images/iStockphoto/uzhursky
Jakarta -

#HaiBunda perkenalkan, aku seorang ibu rumah tangga yang punya dua anak. Si sulung sudah kelas X SMK dan anak kedua masih kelas 3 SD. Selama ini, aku menerapkan pola asuh terbuka dua arah.

Meski aku sebagai orang tua tunggal, alhamdulillah mereka tumbuh dengan baik. Mereka juga nggak segan cerita ke aku, tentang semua hal yang dialami. Baik itu menyenangkan atau tidak.

Nah, beberapa hari ini, si sulung sering dicurhatin temannya tentang kondisi keluarganya. Kebetulan, anakku memang ketua kelas. Dia memperhatikan kondisi temannya sedang nggak baik dan dia ingin membantu cari solusi.


Sebut saja temannya dengan nama Mila. Setiap datang ke rumah, mata Mila pasti sembab seperti habis nangis berjam-jam. Aku tanya penyebabnya, lalu anakku cerita. Ternyata, orang tua Mila termasuk strict parents dan mereka akan bercerai.

Selama ini, Mila tertekan dengan suasana rumahnya yang nggak kondusif. Hampir setiap hari dia mendengar pertengkaran orang tuanya. Dia bahkan nggak boleh main di luar jam sekolah. Kalau pulang telat, dia pasti dimarahi ibunya.

Percobaan bunuh diri

Kemarahan ibunya tak hanya karena Mila pulang terlambat. Tapi, dikaitkan juga dengan permasalahan orang tua. Tak disangka, Mila beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya karena nggak kuat dengan tekanan yang dihadapi.

Di usia belia, orang tua sudah menekankan Mila nggak boleh menikah sebelum mampu beli rumah. Bahkan, ibunya meminta Mila harus menghidupi sang bunda dan kedua adiknya jika dia sudah bekerja.

Kasihan... Setiap Mila datang ke rumah, aku hanya bisa memeluk dan menyarankan dia tetap fokus belajar. Aku ingatkan dia untuk memaksimalkan potensi agar setelah lulus sekolah bisa dapat pekerjaan yang baik dan hidup mandiri.

Aku juga menyarankan Mila share lokasi ke ibunya, setiap berada di luar rumah. Tapi ternyata, ibunya tetap melarang dia pergi bersama teman-teman. Aku bilang ke Mila, sebaiknya minta pertolongan guru BK di sekolah untuk mendampingi.

Harapannya, guru BK bisa menyampaikan permasalahan psikologis Mila ke orang tuanya. Tapi sayang, guru BK nggak bisa komunikasi aktif dengan orang tua Mila. Aku jadi bingung, apa yang bisa dilakukan lagi untuk membantu anak itu?

Sangat disayangkan, anak seusia itu harus menghadapi masalah kesehatan mental. Apalagi, Mila anak yang baik, cantik, cerdas, dan penurut.

-Bunda L, Kediri-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected] Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

Bunda, jika melihat perubahan drastis perilaku seseorang, terutama yang mengalami gangguan kesehatan mental, jangan ragu untuk menanyakan kondisinya.

Bunda juga bisa hubungi lima rumah sakit yang disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan bunuh diri, yakni:

1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Kemudian, ada pula nomor hot line Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.

(muf/muf)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Bunda sedang hamil, program hamil, atau memiliki anak? Cerita ke Bubun di Aplikasi HaiBunda, yuk!