kehamilan
Mengenal Doula, sang Pendamping Persalinan
Rabu, 25 Oct 2017 08:00 WIB
Jakarta -
Apakah bunda pernah mendengar istilah doula? Bagi yang masih asing dengan doula, yuk berkenalan lebih lanjut dengan doula.
Sebenarnya doula itu akrab banget dengan ibu hamil. Doula berasal dari bahasa Yunani yang artinya women's servant atau pelayan wanita. Istilah doula pertama kali dipakai dalam study filsafat manusia oleh Dana Raphael di tahun 1969. Ia berpendapat bahwa seorang perempuan akan merasa nyaman saat didampingi oleh perempuan lain.
Dengan kata lain, doula adalah seorang pendamping persalinan yang memberikan dukungan secara informasi, fisik, pikiran atau psikologis dan jiwa dari masa kehamilan sampai pada tahap post partum kepada seorang ibu.
Baca juga: Minus Mata Tinggi, Ibu Hamil Nggak Boleh Melahirkan Normal?
Doula terbagi dalam dua macam nih, Bun. Jadi ada birth doula dan post-partum doula. Nah, di Indonesia baru ada birth doula saja.
"Jadi doula itu pendamping persalinan di luar keluarga atau suami. Doula itu mendukung segala hal yang terkait dengan persalinan. Bukan hanya ibu dan bayi yang didukung, tapi ayah dan keluarganya juga didukung," ungkap Jamilatus Sadiyah, salah satu doula Pro V Clinic Holistic Health Care.
Mila, demikian perempuan ini akrab disapa, merupakan seorang doula. Dia bahagia banget bisa menemani para ibu menjelang persalinan. Iya sih, seorang ibu pasti ditemani suami dan keluarganya, tapi ketika ibu merintih kesakitan saat pembukaan jalan lahir, bisa jadi mereka semua ikut panik.
"Bagaimana orang yang lagi panik terus disuruh support istrinya yang juga panik. Untuk itu, dibutuhkan doula untuk membantu dalam proses persalinan ini," sambung Mila yang ngobrol dengan HaiBunda.
Jangan salah, Bun, doula dengan bidan itu berbeda lho. Menurut Lanny Kuswandi, bidan sekaligus pelopor hypnobirthing di Indonesia, sejak awal adanya bidan perannya adalah mendampingi secara terus di saat ibu bersalin. Dengan perkembangan zaman, peran continue labor support ini hilang dan bergeser. Nah, akhirnya saat ini peran pendampingan dilakukan oleh doula yang awalnya dikembangkan oleh Penny Simkin.
"Bidan sebenarnya belajar mendampingi ketika persalinan juga, namun kurang diterapkan oleh mereka (bidan). Dari filosofinya bidan itu mendampingi secara terus menerus, namun sayangnya kurang dipraktikkan. Maka itu diisilah dengan doula peran kosong ini," papar perempuan yang sudah menjadi doula 3 tahun ini.
Perbedaan doula dengan bidan lainnya, doula tidak boleh sama sekali melakukan tindakan medis sedangkan bidan boleh. "Rata-rata motivasi ibu hamil memakai doula sih karena semakin besar kesadaran mereka bahwa persalinan itu akan punya dampak pada kehidupan selanjutnya, termasuk si bayi," ungkap Mila.
Ibu hamil yang memutuskan untuk memakai doula bisa dilakukan sejak usia kehamilan 32 minggu, sejak saat itu doula hadir untuk membantu persiapan persalinan salah satunya membahas birth plan dan sebagainya. Di Indonesia sendiri pemakain doula mungkin belum terlalu banyak, beda halnya dengan di luar negeri. Orang luar negeri menggunakan jasa doula dari mulai melahirkan hingga pasca salin (post partum). Namun rata-rata doula di Indonesia kunjungan saat pasca salin hanya 2-3 jam.
Baca juga: Ibu Hamil Diminta Tak Sering Bermain Ponsel, Ini Sebabnya
"Kalau di sini (Indonesia) doula hanya berkunjung 2 hingga 3 kali pasca melahirkan, tapi kalau doula di luar hingga menginap, benar-benar ditemani bahkan merawat si ibu hamil," papar Mila.
Mila mengakui kenapa di Indonesia kurang bisa menerapkan hal tersebut, karena rata-rata di sini sudah dirawat atau pasca melahirkan si ibu akan tinggal dahulu dengan mertua atau orang tua kandungnya sehingga lebih terbantu. Karena itu mereka tidak memerlukan doula lagi.
Kalau di luar, doula sampai buatin makanan, membantu ibu dalam mengatasi stres dan merawat bayinya. Kalau di Indonesia, doula hanya pemulihan dan pasca menyusuinya si ibu bagaimana, juga bagaimana penerimaan ibu terhadap bayi, bahkan ibu juga bisa curhat mengenai kehidupan ibu dan kehamilan ke doula lho. Jadi doula juga berfungsi untuk mendengarkan keluh kesah ibu hamil dan pasca kehamilan.
Untuk menjadi doula tidak harus dengan latar belakang tenaga medis lho, Bun. Namun jika punya latar belakang medis dan tertarik menjadi doula, maka ini menjadi nilai plus. Seseorang yang ingin menjadi doula harus paham soal persalinan baik kemampuan maupun pengetahuan.
Untuk mendapat sertifikat sebagai doula juga bisa dilakukan baik online maupun langsung. Biasanya seseorang yang ingin menjadi doula dikarenakan panggilan dari hati dan merasa sudah pernah melahirkan dengan nyaman, sehingga dari diri pribadi ingin membantu ibu-ibu yang lain agar melahirkan dengan nyaman.
"Siapapun bisa menjadi doula yang merasa terpanggil hatinya. Namun ia harus ikut sertifikasi dan harus paham secara teori maupun kemampuan. Sehingga saat menjadi doula, orang tersebut punya tools untuk membantu persalinan ibu agar lebih nyaman," jelas Mila.
Di Indonesia, sertifikasi doula hanya di Bali, berlangsung 7 hingga 10 hari. Namun, jika Bunda ingin ambil sertifikasi internasional ada juga dan itu bisa diikuti lewat online.
"Di Bali nginep selama 7 hari, ketika pulang diberikan tugas dan balikin lagi tugasnya. Kita diminta untuk mencari dokter obgyn atau bidan sebagai konselor, itu syarat salah satu pelatihan sertifikasi online. Saya sendiri ikut doulanya private training dengan ibu Lanny Kuswandi dan ambil sertifikasi lainnya," kata Mila.
Baca juga: Tips Dokter untuk Ibu Hamil yang Tiap Hari Pulang Pergi Naik KRL (aml)
Sebenarnya doula itu akrab banget dengan ibu hamil. Doula berasal dari bahasa Yunani yang artinya women's servant atau pelayan wanita. Istilah doula pertama kali dipakai dalam study filsafat manusia oleh Dana Raphael di tahun 1969. Ia berpendapat bahwa seorang perempuan akan merasa nyaman saat didampingi oleh perempuan lain.
Dengan kata lain, doula adalah seorang pendamping persalinan yang memberikan dukungan secara informasi, fisik, pikiran atau psikologis dan jiwa dari masa kehamilan sampai pada tahap post partum kepada seorang ibu.
Baca juga: Minus Mata Tinggi, Ibu Hamil Nggak Boleh Melahirkan Normal?
Doula terbagi dalam dua macam nih, Bun. Jadi ada birth doula dan post-partum doula. Nah, di Indonesia baru ada birth doula saja.
"Jadi doula itu pendamping persalinan di luar keluarga atau suami. Doula itu mendukung segala hal yang terkait dengan persalinan. Bukan hanya ibu dan bayi yang didukung, tapi ayah dan keluarganya juga didukung," ungkap Jamilatus Sadiyah, salah satu doula Pro V Clinic Holistic Health Care.
Mila, demikian perempuan ini akrab disapa, merupakan seorang doula. Dia bahagia banget bisa menemani para ibu menjelang persalinan. Iya sih, seorang ibu pasti ditemani suami dan keluarganya, tapi ketika ibu merintih kesakitan saat pembukaan jalan lahir, bisa jadi mereka semua ikut panik.
"Bagaimana orang yang lagi panik terus disuruh support istrinya yang juga panik. Untuk itu, dibutuhkan doula untuk membantu dalam proses persalinan ini," sambung Mila yang ngobrol dengan HaiBunda.
Jangan salah, Bun, doula dengan bidan itu berbeda lho. Menurut Lanny Kuswandi, bidan sekaligus pelopor hypnobirthing di Indonesia, sejak awal adanya bidan perannya adalah mendampingi secara terus di saat ibu bersalin. Dengan perkembangan zaman, peran continue labor support ini hilang dan bergeser. Nah, akhirnya saat ini peran pendampingan dilakukan oleh doula yang awalnya dikembangkan oleh Penny Simkin.
"Bidan sebenarnya belajar mendampingi ketika persalinan juga, namun kurang diterapkan oleh mereka (bidan). Dari filosofinya bidan itu mendampingi secara terus menerus, namun sayangnya kurang dipraktikkan. Maka itu diisilah dengan doula peran kosong ini," papar perempuan yang sudah menjadi doula 3 tahun ini.
Perbedaan doula dengan bidan lainnya, doula tidak boleh sama sekali melakukan tindakan medis sedangkan bidan boleh. "Rata-rata motivasi ibu hamil memakai doula sih karena semakin besar kesadaran mereka bahwa persalinan itu akan punya dampak pada kehidupan selanjutnya, termasuk si bayi," ungkap Mila.
Ibu hamil yang memutuskan untuk memakai doula bisa dilakukan sejak usia kehamilan 32 minggu, sejak saat itu doula hadir untuk membantu persiapan persalinan salah satunya membahas birth plan dan sebagainya. Di Indonesia sendiri pemakain doula mungkin belum terlalu banyak, beda halnya dengan di luar negeri. Orang luar negeri menggunakan jasa doula dari mulai melahirkan hingga pasca salin (post partum). Namun rata-rata doula di Indonesia kunjungan saat pasca salin hanya 2-3 jam.
Baca juga: Ibu Hamil Diminta Tak Sering Bermain Ponsel, Ini Sebabnya
"Kalau di sini (Indonesia) doula hanya berkunjung 2 hingga 3 kali pasca melahirkan, tapi kalau doula di luar hingga menginap, benar-benar ditemani bahkan merawat si ibu hamil," papar Mila.
Mila mengakui kenapa di Indonesia kurang bisa menerapkan hal tersebut, karena rata-rata di sini sudah dirawat atau pasca melahirkan si ibu akan tinggal dahulu dengan mertua atau orang tua kandungnya sehingga lebih terbantu. Karena itu mereka tidak memerlukan doula lagi.
Kalau di luar, doula sampai buatin makanan, membantu ibu dalam mengatasi stres dan merawat bayinya. Kalau di Indonesia, doula hanya pemulihan dan pasca menyusuinya si ibu bagaimana, juga bagaimana penerimaan ibu terhadap bayi, bahkan ibu juga bisa curhat mengenai kehidupan ibu dan kehamilan ke doula lho. Jadi doula juga berfungsi untuk mendengarkan keluh kesah ibu hamil dan pasca kehamilan.
Untuk menjadi doula tidak harus dengan latar belakang tenaga medis lho, Bun. Namun jika punya latar belakang medis dan tertarik menjadi doula, maka ini menjadi nilai plus. Seseorang yang ingin menjadi doula harus paham soal persalinan baik kemampuan maupun pengetahuan.
Untuk mendapat sertifikat sebagai doula juga bisa dilakukan baik online maupun langsung. Biasanya seseorang yang ingin menjadi doula dikarenakan panggilan dari hati dan merasa sudah pernah melahirkan dengan nyaman, sehingga dari diri pribadi ingin membantu ibu-ibu yang lain agar melahirkan dengan nyaman.
"Siapapun bisa menjadi doula yang merasa terpanggil hatinya. Namun ia harus ikut sertifikasi dan harus paham secara teori maupun kemampuan. Sehingga saat menjadi doula, orang tersebut punya tools untuk membantu persalinan ibu agar lebih nyaman," jelas Mila.
Di Indonesia, sertifikasi doula hanya di Bali, berlangsung 7 hingga 10 hari. Namun, jika Bunda ingin ambil sertifikasi internasional ada juga dan itu bisa diikuti lewat online.
"Di Bali nginep selama 7 hari, ketika pulang diberikan tugas dan balikin lagi tugasnya. Kita diminta untuk mencari dokter obgyn atau bidan sebagai konselor, itu syarat salah satu pelatihan sertifikasi online. Saya sendiri ikut doulanya private training dengan ibu Lanny Kuswandi dan ambil sertifikasi lainnya," kata Mila.
Baca juga: Tips Dokter untuk Ibu Hamil yang Tiap Hari Pulang Pergi Naik KRL (aml)