London -
Nyeri pinggul saat
hamil itu memang banyak dialami para calon ibu. Tapi kalau sakit pinggulnya tak tertahankan jangan diabaikan, Bun.
Seorang ibu, sebut saja Rose, mengaku hanya bisa mendengar suara bayinya yang tertawa dari monitor bayi. Bukannya bahagia mendengarnya, ia malah sedih.
Sehari-hari Rose hanya terbaring di tempat tidurnya. Ia tak boleh menggendong bayinya yang baru berusia 3 bulan itu.
"Saya baru saja menjalani operasi untuk memperbaiki luka di labrum saya (sabuk tulang rawan berbentuk melingkar yang melingkupi bola dan soket sendi seperti pinggul dan bahu) karena kerusakan yang terjadi pada kehamilan, dan saya diminta dengan ketat untuk tidak mengangkat atau menggendong anak saya, Amelia, selama dua bulan," kata ibu itu seperti dilansir Dailymail.
Rose menjalani operasi untuk menjahit luka robek itu dan memasang kembali bagian labrum yang keluar dari tulang itu tiga bulan setelah operasi caesar darurat. "Selama setahun, saya masih menderita sakit otot, serta menjalani fisioterapi. Rasa sakit ini mengerikan, tapi dampak psikologisnya hampir memburuk," imbuhnya.
Kondisinya itu juga membuat ibu tersebut nggak bisa menyusui karena ia tidak bisa duduk. Ia sering merasa cemburu saat melihat wanita lain menyusui dan bermain dengan bayi. Ya, tapi mau gimana lagi.
Rose untuk hamil juga perjuangan Bun. Ia berusaha hamil selama dua tahun karena endometriosis.
Foto: ilustrasi/thinkstock |
"Saya juga merasa sangat bersalah saat melihat suami sata Andy (36) selama 12 jam sehari sebagai asisten kepala sekolah dan malamnya merawat Amelia," tambah Rose.
Rose terdengar agak kesal ya, Bun? Katanya, mungkin saja ia tak akan mengalami ini semua andaikan dokter bertindak cepat ketika ia mengeluh berkali-kali mengalami sakit yang seakan melumpuhkan pinggul kirinya. Kini, ia harus menerima tak bisa berdiri, berjalan, duduk, ataupun tidur.
Menurutnya, dokter dan bidan tak menganggap keluhannya sebagai hal yang serius. Bahkan seorang bidan di rumah sakit NHS merujuknya ikut kelas fenoterapi kelompok antenatal. Itu pun tak bisa ia ikuti karena terlalu sakit.
Bun, memang normal selama kehamilan mengalami ketidaknyamanan di pinggul atau semacam nyeri pelvis. Hormon relaxin yang dilepaskan otak menyebabkan ligamen antara otot itu terbuka dan memberi ruang bagi janin untuk tumbuh, dan kemudian melewati jalan lahir.
Tapi jika ligamen terlalu fleksibel akan memberi tekanan pada otot dan sendi. Bobot janin yang sedang tumbuh, ditambah cairan amnion dan plasenta, bisa menyebabkan ketegangan pada panggul seperti lekukan depan yang terlalu besar ke punggung bagian bawah. Inilah yang mengubah cara Bunda duduk atau berdiri dan memberi lebih banyak tekanan pada panggul.
"Biasanya, rasa sakit ini sangat berkurang setelah bayi lahir. Kondisi saya berbeda. Bola di bagian atas tulang paha saya tidak bundar sempurna, dan sepotong kecil tulang yang ekstra menempel di tulang rawan setiap kali saya bergerak," tutur Rose.
Kata Rose, ia memang terlahir dengan masalah tersebut, tapi baru muncul saat hamil 22 minggu. Sayang sekali, pada akhir kehamilan ia harus berkursi roda. "Delapan minggu setelah kelahiran, akhirnya saya dipanggil ke dokter spesialis. MRI mengungkapkan tulang rawan labrum telah robek dan sebagian terlepas. Pembedahan adalah satu-satunya harapan saya. Saya hancur," jelasnya.
Rose mengaku tak sendirian Bun, sebuah studi di Rumah Sakit Waikato di Selandia Baru pada tahun 2010 menunjukkan di bawah 10 persen ibu hamil menderita robek labral, dan kebanyakan tidak terdiagnosis.
Apa itu Robekan Labral?Paul Jairaj, seorang ahli bedah ortopedi di Ramsay Healthcare Group dan HCA Healthcare Group, mengatakan aktivitas yang dilakukan berulang dan dengan posisi pinggul dan panggul yang berubah, yang kebanyakan dialami wanita saat kehamilan, bisa menyebabkan robekan labral.
Kata dr Paul, kesulitannya adalah membuktikan gejalanya itu. Karena itulah umum terjadi salah diagnosis.
"Apabila Anda memberi tahu dokter umum atau bidan, Anda menderita nyeri pinggul saat
hamil, mungkin mereka mengatakan ini yang diharapkan. Saya pernah bertemu ibu-ibu dan tidak ada yang menghubungkannya dengan kemungkinan robek, Biasanya fisioterapis yang mengetahuinya, dan ini bisa terlambat," tuturnya.
Kata mata dr Paul robek labral tidak bisa sembuh dengan sendirinya, meski rasa sakitnya bisa dikurangi melalui terapi fisik. "Namun, kehilangan kartilago artikular yang signifikan ditemukan di dalam soket, sementara labrum ditemukan di tepi soket dapat terjadi di samping robekan labral. Jika ini diabaikan, bisa menyebabkan artritis, dan bahkan butuh penggantian sendi total," paparnya.
(Nurvita Indarini)