Jakarta -
Berbagai kondisi bisa terjadi saat
hamil, Bun. Salah satunya tertular penyakit dari kuman atau bakteri. Salah satunya TB atau tuberkulosis.
TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menular melalui percikan dahak. Saat hamil mudah terjadi penurunan imunitas. Pada kondisi ini, perkembangan kuman TB dapat membahayakan ibu dan janin.
"Kalau si ibu sudah punya kuman dalam tubuhnya, kemudian dia hamil dan sistem imunnya turun, kuman TB bisa aktif dan berkembang dalam tubuh," kata Dr.dr.Erlina Burhan, MSc, SpP(K), dokter spesialis paru dan pakar TB, dalam acara 'Edukasi Media Mengenai Penyakit Tuberkulosis bersama Johnson & Johnson' di MTC Room, K-Link Tower, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Sebaiknya ibu menjaga kondisi tubuh dengan baik saat hamil, Bun. Erlina menyarankan ibu hamil mengonsumsi makanan bergizi agar imunitas meningkat.
"Tujuannya ibu makan bergizi bukan hanya untuk bayi, tapi juga untuk ibunya sendiri," ujar Erlina.
Ibu hamil batuk/ Foto: istock |
Pengobatan yang diberikan pada ibu hamil positif TB juga sama pada penanganan pasien TB pada umumnya, Bun. Perbedaannya adalah tidak diberikan obat suntik jenis
streptomisin.
"Pengobatannya sama, bedanya ibu hamil enggak boleh diberikan obat suntik
streptomisin. Sebab, obat itu bisa menimbulkan efek samping berupa risiko berkurangnya pendengaran atau tuli pada bayinya," papar Erlina.
Lebih lanjut, Erlina mengimbau ibu hamil yang positif TB untuk terus melanjutkan
pengobatan. Soalnya, kalau kuman menyebar pasti ga akan berdampak buruk pada bayi.
"Kalau ibu hamil ada kuman TB dan dia tidak dapat pengobatan, secara teori kuman tersebut bisa berpindah ke bayi melalui plasenta. Meski kejadiannya jarang, biasanya bayi akan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR)," kata Erlina.
Bila Bunda positif TB saat hamil, sebaiknya segera sampaikan kondisi ini ke dokter kandungan Bunda ya. Penting juga untuk Bunda tahu, obat minum TB harus dikonsumsi dan tidak boleh dihentikan sembarangan pemberiannya.
"Obat TB tidak boleh distop. Obat ini tidak bahaya bagi ibu dan
janin. Tapi, harus selalu konsultasi ke
dokter obgyn," tutup Erlina.
(ank/rdn)