Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

5 Kondisi Kehamilan yang Berisiko Alami Emboli Air Ketuban

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Senin, 15 Jul 2019 09:31 WIB

Banyak faktor yang menyebabkan kehamilan berisiko mengalami emboli air ketuban. Simak penjelasan selengkapnya ya, Bunda.
Ilustrasi kehamilan berisiko emboli air ketuban/ Foto: iStock
Kondisi kehamilan berisiko bisa menyebabkan terjadinya sesuatu yang tidak Bunda harapkan. Salah satunya emboli air ketuban yang tak bisa diprediksi.

Melansir dari Mayo Clinic, emboli cairan ketuban adalah kondisi ketika air ketuban, komponen janin, atau sel janin, memasuki aliran darah sang ibu. Kondisi ini paling mungkin terjadi selama persalinan, atau periode sesaat setelah melahirkan.


Diperkirakan antara 1 - 12 kasus emboli cairan ketuban ditemukan setiap 100 ribu proses persalinan. Karena kondisi ini sangat jarang terjadi, tidak mudah mengidentifikasi faktor kehamilan berisiko mengalami emboli cairan ketuban.

Tapi, penelitian menunjukkan, beberapa faktor kemungkinan terkait dengan peningkatan risiko emboli cairan ketuban. Apa saja? Bunda klik halaman selanjutnya ya.

Simak juga yuk penjelasan dokter tentang proses kehamilan bayi tabung, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Usia dan preeklampsia

Ilustrasi kehamilan berisiko emboli air ketuban/ Foto: iStock

Dipaparkan dalam ulasan berjudul Amniotic fluid embolism di Mayo Clinic, berikut lima kondisi kehamilan yang berisiko mengalami emboli air ketuban:

1. Usia ibu hamil

Perempuan berusia 35 tahun atau lebih saat melahirkan, kemungkinan berisiko tinggi mengalami emboli cairan ketuban.

2. Masalah plasenta

Plasenta tidak normal bisa meningkatkan risiko emboli cairan ketuban. Abnormalitas ini termasuk plasenta sebagaian atau seluruhnya menutupi rahim (plasenta previa), atau plasenta yang mengelupas dari dinding bagian dalam rahim sebelum persalinan (solusio plasenta).

3. Preeklampsia

Kalau Bunda memiliki tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine, setelah 20 minggu kehamilan, bisa meningkatkan risiko mengalami emboli cairan ketuban.

Lihat lagi halaman berikutnya ya, Bunda.

Air ketuban terlalu banyak

Ilustrasi kehamilan berisiko emboli air ketuban/ Foto: iStock

4. Polihidramnion

Ini merupakan kondisi dimana Bunda memiliki cairan ketuban terlalu banyak. Jika cairan ketuban berlebih, maka risiko mengalami emboli cairan ketuban juga meningkat.

5. Jenis persalinan

Persalinan dengan induksi, operasi caesar, forceps atau vakum, bisa meningkatkan risiko emboli cairan ketuban. Persalinan seperti ini bisa mengganggu penghalang fisik antara Bunda dan bayi.

Dijelaskan dr.Andon Hestiantoro, Sp.OG(K), emboli saat melahirkan ada dua jenis yakni emboli udara dan emboli air ketuban. Faktanya, menurut dokter yang praktik di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, setiap persalinan memiliki risiko emboli.

"Baik caesar maupun persalinan bisa pun bisa emboli, yang ditandai sesak napas, tekanan darah menurun, dan mendadak hilang kesadaran," ungkapnya, dikutip dari detikcom.

Hanya saja, Andon menambahkan, risiko emboli lebih besar terjadi pada persalinan dengan operasi caesar. Ia pun memastikan, hingga saat ini, belum ada cara khusus mengurangi risiko emboli saat melahirkan.

"Oleh sebab itu, hindari caesar sebisa mungkin. Melahirkan secara normal itu lebih baik," tegasnya.


(muf/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda