Jakarta -
Irish Bella dan Ammar Zoni baru saja kehilangan bayi kembarnya. Kedua anaknya meninggal di dalam kandungan. Dikabarkan, Irish atau biasa disapa Ibel sempat mengalami pendarahan di pertengahan bulan lalu. Sebelum akhirnya mengalami keguguran.
Tapi tahukah, Bunda? Beberapa ibu yang hamil bayi kembar mengalami pendarahan di awal kehamilan. Hampir 30 persen ibu hamil bayi kembar pernah mengalami pendarahan.
Bahkan, sebuah studi menemukan kehamilan bayi kembar memiliki risiko keguguran lebih tinggi, dibandingkan dengan hamil bayi tunggal. Hal ini tak terlepas dari risiko komplikasi yang lebih tinggi bagi ibu hamil bayi kembar. Dilansir
Baby Centre, berikut beberapa risiko komplikasi yang mungkin dialami ibu hamil bayi kembar.
1. Pre-eklampsiaHamil bayi kembar lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan hamil bayi tunggal. Pre-eklampsia merupakan komplikasi yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi yang dialami ibu hamil.
Pre-eklampsia umum dialami oleh ibu hamil bayi kembar karena hamil bayi kembar menimbulkan tekanan lebih besar pada plasenta. Dikutip dari
detikcom, pre-eklampsia sangat berbahaya, baik bagi ibu maupun janinnya. Kondisi ini dapat menyebabkan janin mati dalam kandungan.
Menurut dokter dokter spesialis kebidanan dan kandungan Divisi Fetomaternal RSU Dr Soetomo Surabaya dan RS Pendidikan Universitas Airlangga, dr Khanisyah Erza Gumilar, SpOG, preeklampsia umumnya dialami pada usia kehamilan 20 minggu.
Sementara itu, dalam buku 30 Perubahan Tubuh Selama Hamil yang disupervisi dr.Arie Adrianus Polim, D.MAS, Sp.OG(K), dijelaskan bahwa gejala umum pre-eklampsia antara lain tekanan darah naik secara signifikan di masa kehamilan, ditemukan protein di dalam urine, kepala pusing, iritasi, berkurangnya urine, hingga nyeri pada beberapa bagian tubuh. Misalnya wajah, tangan, dan kaki akibat penumpukan cairan.
Untuk menghindari penyakit ini, bidan atau dokter kandungan akan melakukan cek urine dan tekanan darah. Tekanan darah dan protein urine dapat menjadi tanda awal pre-eklampsia.
 Irish Bella dan Ammar Zoni/ Foto: ist. |
2. Diabetes gestasionalHamil bayi kembar juga lebih berisiko mengalami diabetes gestasional. Untuk menghindari hal ini, Bunda perlu melakukan Glucose Tolerance Test (GTT) atau tes toleransi glukosa. Bidan atau dokter kandungan juga akan menyarankan untuk mengubah gaya hidup agar terhindar dari diabetes gestasional.
Kelebihan berat badan saat hamil bisa menjadi pemicu diabetes gestasional. Biasanya lebih banyak terjadi di trimester kedua kehamilan. Tapi, penyakit ini akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan.
Diabetes gestasional terjadi ketika tubuh ibu hamil tidak bisa memproduksi insulin secukupnya, untuk memenuhi kebutuhan ekstra selama kehamilan. Diabetes gestasional ini bisa menyebabkan masalah bagi Bunda dan bayi selama dan setelah kelahiran. Tapi risiko terjadinya masalah ini bisa berkurang apabila terdeteksi dan dikelola dengan baik.
Makanan sehat dan olahraga teratur menjadi dua cara untuk mencegah terjadinya diabetes gestasional. Mengontrol gula darah tetap stabil akan bermanfaat mempermudah persalinan.
3. AnemiaIbu hamil bayi kembar merasakan lebih letih dibandingkan kehamilan normal. Hal ini terjadi karena zat besi terbagi pada kedua bayi sebelum untuk tubuh Bunda sendiri.
Prof. Dr. dr.Rini Sekartini Sp.A(K), mengatakan kepada
HaiBunda beberapa waktu lalu, ibu hamil yang mengalami anemia dan tidak segera ditangani bisa menyebabkan bayinya mengalami anemia defisiensi zat besi.
Ada baiknya Bunda melakukan tes darah rutin pada minggu ke 28 kehamilan dan mengonsumsi suplemen zat besi. Selain itu, Bunda perlu mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung zat besi.
Hal ini penting sekali diperhatikan ibu selama kehamilan. Ketua Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, Profesor dr.Toto Sudargo, menegaskan kalau kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat sampai dua kali lipat dari biasanya.
Sejauh ini, di Indonesia masih banyak kasus anemia menimpa ibu hamil. Tingginya kasus anemia di Indonesia disebabkan karena beberapa hal, seperti kurangnya pengetahuan tentang gizi, perilaku memilih bahan makanan yang keliru, serta ketidakpedulian keluarga terhadap kesehatan ibu hamil.
"Kalau untuk ibu hamil (kebutuhan zat besi) dua kali lipat dari normal, menjadi 120 miligram per hari. Risikonya kekurangan zat besi pada ibu hamil bisa menyebabkan anemia. Padahal, anemia pada ibu hamil sangat berbahaya sekali, karena bisa menyebabkan keguguran, (janin) yang lahir mati, anaknya tidak cerdas," ungkap Toto.
4. Kolestasis obstetriKolestasis Obstetri merupakan kondisi tidak normal yang mempengaruhi hati (liver). Diduga, hal ini disebabkan oleh hormon estrogen dan progesteron. Ibu hamil bayi kembar lebih berisiko mengalami kolestasis obstetri. Hal itu disebabkan karena kadar hormon yang lebih tinggi dibandingkan ibu hamil bayi tunggal.
Kolestasis obstetri menyebabkan tubuh gatal tanpa ruam. Kondisi ini dapat memburuk di malam hari. Jika Bunda mengalami gatal-gatal, terutama pada tangan dan kaki, segera datang ke dokter atau bidan.
Komplikasi yang serius jarang terjadi pada ibu
hamil bayi kembar. Kasus yang umum terjadi justru kelahiran prematur.Bayi tunggal lahir normal pada usia kehamilan 40 minggu. Sedangkan, bayi kembar dua lahir pada minggu ke 37, dan bayi kembar tiga lahir pada minggu ke 35. Lebih dari setengah bayi kembar lahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan 10 persen lahir di usia kehamilan kurang dari 32 minggu.
Karena hamil bayi kembar lebih berisiko mengalami komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin, ada baiknya Bunda lebih ekstra memerhatikan kesehatan. Bunda bisa melakukan pemeriksaan rutin ke dokter atau bidan, serta menerapkan pola hidup yang lebih sehat.
5. Kekurangan asam folat
Melansir
WebMD, ibu yang hamil bayi kembar membutuhkan lebih banyak asam folat untuk mencegah cacat lahir. "Kami merekomendasikan 1 mg asam folat untuk kehamilan kembar dan 0,4 mg untuk kehamilan tunggal," kata Manju Monga, MD, Berel Held Professor dan direktur divisi kedokteran ibu dan janin di University of Texas Health Sciences Center di Houston.
6. Risiko keguguran lebih tinggi
Monga juga mengatakan jika ibu yang hamil anak kembar membutuhkan pemantauan lebih dari kehamilan tunggal. "Kami cenderung melakukan USG lebih sering untuk memantau pertumbuhan bayi kembar, dibandingkan dengan satu pemindaian anatomi dan satu peindaian pertumbuhan pada kehamilan tunggal."
Pada beberapa kasus, pengujian tambahan memiliki beberapa risiko. Salah satunya kemungkinan mengalami keguguran setelah amniosentesis yang lebih tinggipada kehamilan kembar. "Janin menikan ibu dua kali lebih berat, jadi jika risiko keguguran hanya 1 dari 1000 kehamilan tunggal, maka meningkat menjadi 1 dari 500 kehamilan bayi kembar," Abdulla Al-Khan, MD, direktur dan kepala kedokteran ibu dan janin serta pembedahan di Hackensack.
7. Morning sickness lebih parah
Salah satu hal yang menyebabkan morning sickness atau mual di pagi hari adalah tingginya human chorionic gonadotropin (hcg). Pada kehamilan kembar hormon hcg akan lebih tinggi, sehingga ibu berkemungkinan merasakan mual dan muntah lebih tinggi di trimester pertama.
Sebagian besar mual di pagi hari mereda dalam 12-14 minggu kehamilan anak kembar. Ibu juga akan meradakan lebih banyak sakit punggung, selit tidur, dan mulas daripada yang hamil anak tunggal.
8. Lebih sering mengalami flek
"Pada trimester pertama kehamilan, Ibu bisa saja mengalami keguguran. Dan, keguguran lebih sering terjadi pada ibu kembar, kembar tiga dan kembar empat. Jadi kita akan lebih banyak flek pada trimester pertama dengan kelipatan," terang Al-Khan.
Flek ini biasanya terjadi dengan rasa kram perut. Saat kejadian berlangsung lebih sering dengan adanya gumpalan darah yang keluar, itu tandanya Bunda harus segera memeriksakan diri ke dokter.
9. Lonjakan kenaikan berat badan
Ibu yang hamil bayi kembar akan berisiko mengalami lonjakan berat badan. "Bayi kembar akan membuat berat badan Bunda bertambah banyak karena ada dua bayi, dua plasenta, dan lebih banyak cairan ketuban. Sehingga butuh lebih banyak kalori untuk kehamilan kembar," jelas Al-Khan.
10. Persalinan prematur
Sebagian besar ibu yang mengandung anak kembar akan melahirkan pada usia 36-37 kehamilan. Berbeda dengan kehamilan tunggal yang bisa mencapai usia 40 minggu.
"Umumnya, jika si kembar lahir 34 minggu, seharusnya tidak ada masalah besar, tetapi bayi prematur akan lahir lebih cepat," terang Al-Khan.
"Kembar berisiko lebih tinggi mengalami persalinan prematur dan memiliki tingkat masalah pernapasan yang lebih tinggi."
Sebagai akibat dari kelahiran prematur,Â
bayi kembar kemungkinan akan lahir dengan berat badan lahir rendah, dan bayi seperti itu cenderung memiliki masalah kesehatan daripada bayi yang lahir dengan berat normal.
Simak juga cerita April Jasmine merasakan kehamilan kembar hasil bayi tabung dalam tayangan di bawah ini.
[Gambas:Video Haibunda]
(rap/rap)