Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Jangan Stres Kalau Mau Hamil Anak Laki-laki, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 06 Nov 2019 20:31 WIB

Stres yang dialami ibu hamil bisa memberikan dampak pada jenis kelamin janin di kandungan.
Kehamilan/ Foto: iStock
Jakarta - Ibu hamil enggak boleh stres ya. Selain tidak baik untuk kesehatan ibu, ternyata bisa mengubah jenis kelamin bayi dalam kandungan, Bun.

Sebuah penelitian dari Columbia University menemukan kalau ibu hamil yang mengalami stres psikologi cenderung melahirkan anak perempuan daripada anak laki-laki. Ini tidak begitu saja terjadi, Bunda.

Stres membuat janin pria sulit bertahan. Penelitian ini juga menjelaskan kenapa anak laki-laki lebih sedikit yang lahir setelah tragedi WTC 11 September 2001 di Amerika.

"Beberapa studi epidemiologi menunjukkan kalau stres juga berefek pada rasio populasi laki-laki dan perempuan," kata Dr. Catherine Monk, profesor medical psychology & director of women's mental health in OB/GYN di Columbia University Irving Medical Center, melansir Fatherly.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), biasanya ada sekitar 105 anak laki-laki dilahirkan untuk setiap 100 kehamilan. Jumlah ini relatif konsisten, kecuali dalam kasus-kasus stres akut.

Satu studi tahun 2012 menemukan, wanita yang hamil selama gempa bumi parah di Chili mengalami lebih sedikit kelahiran bayi laki-laki. Bukti lain menunjukkan bahwa tingkat stres sebelum pembuahan juga dapat mengurangi jumlah anak laki-laki yang dilahirkan.

Para ilmuwan percaya ini adalah akibat janin laki-laki merespons stres secara berbeda dari janin perempuan di dalam kandungan. Monk dan timnya terus melakukan penelitian untuk melihat apakah stres ibu hamil secara konsisten berhubungan dengan berubahnya jenis kelamin janin.

"Kami ingin mengidentifikasi jenis stres ini. Stres dapat dialami karena kelelahan dan beban yang menunjukkan tanda-tanda fisik pada tubuh," ujar Monk.

Ilustrasi test pack hamilIlustrasi test pack hamil/ Foto: iStock

Peneliti menganalisis 27 indikator psikososial, fisik, dan stres gaya hidup pada 187 ibu hamil sehat usia 18 sampai 45 tahun. Ibu hamil mengikuti pemeriksaan di usia kehamilan tertentu, termasuk cek tekanan darah, kadar kortisol, tanda-tanda psikologi seperti depresi, cemas, dan yang mengarah ke stres.

Hasilnya, 17,1 persen ibu hamil mengalami depresi, cemas, dan stres yang tinggi, lalu sekitar 16 persen memiliki tekanan darah tinggi dan kekurangan kalori. Ibu hamil ini juga melahirkan bayi laki-laki yang jauh lebih sedikit dibandingkan ibu hamil lain dalam penelitian.

Rasio jenis kelamin bayi yang lahir dari ibu yang mengalami tekanan mental adalah 2 banding 3 untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Sedangkan, ibu yang mengalami stres fisik adalah 4 banding 9.

Lalu bagaimana mengatasi stres selama hamil? Menurut Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Dr.dr.Ali Sungkar, Sp.OG(K), beberapa cara yang bisa dilakukan seperti latihan ringan atau olahraga, latihan relaksasi, meditasi, dan yoga.

Paling penting adalah menikmati kehamilan, Bunda. Karena apapun yang dirasakan si ibu bisa berdampak pada anak yang dikandung.

"Maka dari itu, sadarilah ketika perempuan hamil, dia harus menikmati kehamilannya karena itu akan berdampak pada anak," ujar Ali.

Simak juga kata dokter soal kaki bengkak saat hamil di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda