KEHAMILAN
Cara Mencegah Kehamilan dengan KB Spiral, Apa Efek Sampingnya?
Muhayati Faridatun | HaiBunda
Rabu, 18 Dec 2019 17:18 WIBCara mencegah kehamilan dengan menggunakan IUD (Intraurine Device), atau dikenal juga dengan KB spiral, menjadi yang terpopuler kedua setelah kondom. Demikian dikutip dari CNN Indonesia.
Honestdocs melakukan riset terhadap 13.506 responden dan hasilnya, hanya sekira 33 persen saja yang menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual. Responden terdiri dari 51 persen wanita dan 49 persen pria, yang sebagian besar tergolong usia subur yakni 25 - 34 tahun.
Setelah kondom, IUD atau KB spiral berada di urutan kedua alat kontrasepsi terpopuler di Indonesia. Terbukti, jumlah responden yang menggunakan KB spiral mencapai 8,9 persen.
"KB IUD hormonal disuntik ke dalam rahim. Ada juga KB IUD yang tidak ada hormonnya," ujar dr. Philip Agustinus, Sp.OG, dari Mayapada Hospital Tangerang, saat Instagram Live HaiBunda beberapa waktu lalu.
Jenis KB spiral
KB spiral yang dimasukkan ke dalam rahim berfungsi mencegah sel sperma mencapai atau membuahi sel telur. Tingkat efektivitas IUD untuk mencegah kehamilan tercatat hingga 99,8 persen. Alat kontrasepsi ini bisa Bunda gunakan selama 3 - 5 tahun.
Tapi, tergantung jenis IUD yang dipilih dan sesuai anjuran dokter atau bidan. Dua jenis KB spiral atau IUD yakni:
- IUD tembaga: KB spiral ini tidak mengandung hormon dan kandungan tembaganya bertindak sebagai spermisida untuk membunuh sperma yang masuk.
- IUD hormonal: KB spiral jenis ini mengandung hormon progestin yang berfungsi mencegah sperma membuahi sel telur.
Efek samping KB spiral
Bicara soal IUD, jadi ingat teman Bubun yang pakai KB spiral setelah melahirkan anak pertama lewat operasi caesar. Ternyata, KB spiral yang digunakan menimbulkan efek samping yang membuat dia enggak nyaman.
"Darah haid yang keluar jadi banyak banget, enggak kayak biasanya," curhat teman Bubun.
Dikutip dari Medical News Today, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat (AS) sebenarnya sudah menetapkan IUD sebagai alat kontrasepsi yang aman. Hanya saja, ditegaskan FDA, beberapa wanita mungkin mengalami efek samping yang mengganggu.
Itulah sebabnya, sebelum memasukkan KB spiral ke dalam tubuh Bunda, dokter atau bidan harus memastikan apa saja efek samping dan risiko yang mungkin dialami. Efek samping IUD yang umum terjadi antara lain:
- Perdarahan tidak teratur selama beberapa bulan.
- Menstruasi lebih sedikit atau lebih pendek, bahkan tidak sama sekali.
- Gejala sindrom pramenstruasi (PMS), seperti sakit kepala, mual, nyeri payudara, dan gangguan pada kulit.
Sedangkan efek samping penggunaan IUD yang jarang terjadi antara lain:
- Jebol, yakni KB spiral keluar dari rahim secara tidak sengaja.
- Perforasi rahim, kondisi saat KB spiral menusuk dinding rahim. Ini bisa menyebabkan perdarahan hebat dan mengakibatkan infeksi.
- Pelvic inflammatory disease (PID) atau penyakit radang panggul, yang bisa terjadi kalau pemasangan KB spiral ternyata disertai masuknya bakteri ke dalam rahim.
Hingga saat ini, FDA tercatat menyetujui lima merek IUD yang aman digunakan. Salah satunya adalah IUD tembaga atau non-hormonal merek ParaGard. Sedangkan empat merek IUD hormonal yang dianjurkan adalah Kyleena, Liletta, Mirena, dan Skyla.
Penanganan efek samping IUD
Sebagian besar wanita yang menggunakan KB spiral mengalami efek samping dalam beberapa bulan pertama setelah pemasangan. Dijelaskan dalam ulasan berjudul What are the side effects of an IUD? di Medical News Today, berikut cara penanganan efek samping KB spiral:
- Minum obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas seperti ibuprofen, acetaminofen, atau naproxen, untuk mengurangi rasa sakit.
- Hangatkan bagian perut, misal dengan botol berisi air hangat, untuk meringankan kram dan rasa tidak nyaman.
- Pakai baju yang longgar dan nyaman saat pemasangan KB spiral, hingga beberapa hari setelah itu.
- Bunda juga disarankan pakai panty liner atau pembalut untuk menyerap pendarahan atau bercak, yang biasanya muncul setelah pemasangan KB spiral.
Selain itu, Bunda juga harus segera konsultasi ke dokter atau bidan kalau mengalami gejala berikut:
- Demam
- Pendarahan berkepanjangan
- Sakit saat berhubungan seksual
- Keputihan berlebihan
- Tanda-tanda hamil
Kalau merasakan gejala kehamilan seperti telat menstruasi, mual dan muntah, sakit pinggang, atau sering pusing, sebaiknya Bunda segera temui dokter atau bidan. Ini untuk memastikan apakah benar Bunda hamil atau tidak. Karena dalam beberapa kasus, Bunda tetap bisa hamil meski sudah menggunakan alat kontrasepsi.
Baca Juga : Pentingnya Mengenal Ciri-ciri Hamil Muda |
Bunda, simak juga penjelasan dokter tentang jenis alat kontrasepsi, dalam video di bawah ini: