kehamilan
Risiko Kuret Terhadap Kesehatan Rahim yang Perlu Bunda Tahu
Sabtu, 21 Dec 2019 15:45 WIB
Jakarta -
Tentunya setiap wanita menginginkan kehamilan yang sehat. Namun, kadang ada saja kondisi yang membuat kehamilan tersebut bermasalah, bahkan sampai harus dilakukan kuret. Sebenarnya apa itu kuret dan adakah risikonya pada kesehatan rahim?
Dijelaskan dokter spesialis kebidanan dan kandungan Benny Johan Marpaung, kuret atau dikenal dengan Dilatasi dan Kuretase (D&C), merupakan upaya pembersihan jaringan yang tidak dibutuhkan di dalam rahim. Proses pembedahan untuk mengangkat jaringan tersebut menggunakan alat yang disebut kuret.
"Kuret itu usaha supaya bersih, tujuannya proses pembersihan," kata dokter yang praktik di RSI Brawijaya Jakarta itu, dilansir CNN Indonesia.
Lebih lanjut, Benny menuturkan, kuret dilakukan saat terdapat indikasi adanya sisa konsepsi pada kasus keguguran atau aborsi, penipisan dinding rahim pada kasus penebalan dinding rahim dengan pendarahan yang menyebabkan gumpalan darah, hingga plasenta yang tertinggal saat melahirkan. Di samping itu, kuret tergolong aman, namun bisa juga menimbulkan risiko komplikasi seperti pendarahan.
Menurut penjelasan dr.Karno Suprapto, Sp.OG, dari Mayapada Hospital, kuret bisa berbahaya jika tidak benar-benar bersih. Bahkan bisa menyebabkan kanker rahim, Bunda.
"Kalau orang keguguran kan itu semuanya dikuret bersih, tapi adakalanya ada yang ketinggalan dan itu tumbuh. Itu yang kita sebut koreo karsinoma artinya kanker yang tumbuh karena kehamilan," jelas Karno, saat ngobrol dengan HaiBunda beberapa waktu lalu.
Melansir Mayo Clinic, kuret biasanya sangat aman dan jarang terjadi komplikasi. Namun, bukan artinya tanpa risiko. Nah, berikut beberapa risiko yang bisa diakibatkan kuret.
1. Perforasi uterus. Ini terjadi ketika alat bedah melubangi rahim. Ini lebih sering terjadi pada wanita yang baru hamil dan pada wanita yang telah mengalami menopause. Kebanyakan perforasi sembuh dengan sendirinya. Namun, jika pembuluh darah atau organ lain rusak, prosedur kedua mungkin diperlukan untuk memperbaikinya.
2. Kerusakan pada serviks. Jika serviks robek saat proses kuret, dokter dapat memberikan tekanan atau obat untuk menghentikan pendarahan, atau dapat menutup luka dengan jahitan.
3. Jaringan parut di dinding rahim. Kuret sebenarnya jarang mengakibatkan jaringan parut. Tapi ini mungkin saja terjadi, dan kondisi ini sering dikenal dengan sindrom Asherman. Hal ini dapat menyebabkan siklus menstruasi yang abnormal, tidak ada, atau menyakitkan, keguguran, dan infertilitas di masa depan.
4. Infeksi setelah kuret mungkin saja dialami setelah menjalani kuret. Tetapi kasus ini jarang terjadi.
Simak juga tips cepat hamil ala dr. Reisa ini:
(yun/muf)
Dijelaskan dokter spesialis kebidanan dan kandungan Benny Johan Marpaung, kuret atau dikenal dengan Dilatasi dan Kuretase (D&C), merupakan upaya pembersihan jaringan yang tidak dibutuhkan di dalam rahim. Proses pembedahan untuk mengangkat jaringan tersebut menggunakan alat yang disebut kuret.
"Kuret itu usaha supaya bersih, tujuannya proses pembersihan," kata dokter yang praktik di RSI Brawijaya Jakarta itu, dilansir CNN Indonesia.
Lebih lanjut, Benny menuturkan, kuret dilakukan saat terdapat indikasi adanya sisa konsepsi pada kasus keguguran atau aborsi, penipisan dinding rahim pada kasus penebalan dinding rahim dengan pendarahan yang menyebabkan gumpalan darah, hingga plasenta yang tertinggal saat melahirkan. Di samping itu, kuret tergolong aman, namun bisa juga menimbulkan risiko komplikasi seperti pendarahan.
Menurut penjelasan dr.Karno Suprapto, Sp.OG, dari Mayapada Hospital, kuret bisa berbahaya jika tidak benar-benar bersih. Bahkan bisa menyebabkan kanker rahim, Bunda.
"Kalau orang keguguran kan itu semuanya dikuret bersih, tapi adakalanya ada yang ketinggalan dan itu tumbuh. Itu yang kita sebut koreo karsinoma artinya kanker yang tumbuh karena kehamilan," jelas Karno, saat ngobrol dengan HaiBunda beberapa waktu lalu.
![]() |
Melansir Mayo Clinic, kuret biasanya sangat aman dan jarang terjadi komplikasi. Namun, bukan artinya tanpa risiko. Nah, berikut beberapa risiko yang bisa diakibatkan kuret.
1. Perforasi uterus. Ini terjadi ketika alat bedah melubangi rahim. Ini lebih sering terjadi pada wanita yang baru hamil dan pada wanita yang telah mengalami menopause. Kebanyakan perforasi sembuh dengan sendirinya. Namun, jika pembuluh darah atau organ lain rusak, prosedur kedua mungkin diperlukan untuk memperbaikinya.
2. Kerusakan pada serviks. Jika serviks robek saat proses kuret, dokter dapat memberikan tekanan atau obat untuk menghentikan pendarahan, atau dapat menutup luka dengan jahitan.
3. Jaringan parut di dinding rahim. Kuret sebenarnya jarang mengakibatkan jaringan parut. Tapi ini mungkin saja terjadi, dan kondisi ini sering dikenal dengan sindrom Asherman. Hal ini dapat menyebabkan siklus menstruasi yang abnormal, tidak ada, atau menyakitkan, keguguran, dan infertilitas di masa depan.
4. Infeksi setelah kuret mungkin saja dialami setelah menjalani kuret. Tetapi kasus ini jarang terjadi.
Simak juga tips cepat hamil ala dr. Reisa ini:
(yun/muf)