Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kontroversi Obat Antidepresan untuk Ibu Hamil dan Efeknya pada Janin

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 16 Jan 2020 16:55 WIB

Resep antidepresan untuk ibu hamil masih kontroversial, Bunda. Sayangnya, menghentikan pengobatan juga tidak selalu disarankan. Apa sih efeknya pada janin?
Kontroversi Obat Antidepresan untuk Ibu Hamil dan Efeknya pada Janin/ Foto: iStock
Jakarta - Depresi juga bisa dialami selama kehamilan. Namun jangan dianggap sepele, gangguan ini bisa berisiko terhadap ibu dan anak apabila tak diobati. Namun, obat antidepresan bukannya tanpa konsekuensi terhadap perkembangan janin.

Resep antidepresan untuk wanita hamil masih kontroversial, Bunda. Sayangnya, menghentikan pengobatan tidak selalu disarankan. Depresi dapat memiliki konsekuensi serius jika tidak ditangani. Jadi serba salah ya?


Studi menunjukkan, ketika selama kehamilan mengonsumsi antidepresan, maka berisiko malformasi jantung dan paru pada bayi baru lahir. Selain itu juga bisa mengakibatkan gangguan perkembangan kognitif, termasuk autisme pada anak.

"Depresi adalah salah satu faktor risiko utama keinginan bunuh diri pada wanita hamil," kata profesor Cathy Vaillancourt, penulis utama studi ini, mengutip Medical Xpress.

Vaillancourt menjelaskan, beberapa penelitian juga menunjukkan, depresi dapat mengganggu perkembangan janin, sebagian karena kebiasaan gaya hidup yang buruk.

Untuk itu, tim Vaillancourt di Institut National de la Recherche Scientifique (INRS) mempelajari efek dari obat antidepresan. Ini bertujuan mengidentifikasi yang paling tidak berbahaya.

Vaillancourt bekerja sama dengan tim profesor J. Thomas Sanderson dan Nicolas Doucet dari INRS, pertama kalinya menguji interaksi antidepresan dengan estrogen, dan lebih khusus dengan enzim yang mensintesis estrogen aromatase.

Ilustrasi obat antidepresan untuk ibu hamilIlustrasi obat antidepresan untuk ibu hamil/ Foto: iStock
Peneliti menganggap, produksi estrogen itu sangat penting untuk perkembangan janin dan adaptasi fisiologis Bunda selama kehamilan. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam The Journal of Steroid Biokimia dan Biologi Molekuler.

Menurut peneliti, efek berbahaya dari antidepresan diduga karena interaksinya dengan hormon tertentu. Sebagian besar antidepresan yang diresepkan untuk ibu hamil menargetkan serotonin, hormon yang diproduksi di otak dan plasenta.

Ini adalah jenis antidepresan yang disebut selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti Zoloft, Celexa atau Prozac. Namun, estrogen juga akan digunakan dalam perawatan depresi ibu hamil.

"Kami ingin melihat bagaimana antidepresan yang telah dikembangkan memblokir transporter serotonin juga memengaruhi aromatase. Dengan menggunakan model molekuler, kami menemukan bahwa semua antidepresan yang kami analisis tampaknya mampu mengikat langsung ke enzim dan mengatur aktivitasnya," kata Vaillancourt.

Peneliti lalu menguji efek dari berbagai jenis antidepresan pada sampel plasenta yang dikumpulkan setelah melahirkan. Antidepresan yang diuji adalah yang paling sering diresepkan pada ibu hamil, yaitu sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor), fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa).


Kemudian peneliti membandingkan berbagai dosis dan molekul. Dengan mengamati efek antidepresan pada sistem hormon plasenta, tim bisa menentukan terlebih dahulu apakah akan ada risiko bagi janin.

"Perkembangan janin sangat terkait dengan plasenta. Setiap janin yang sehat memiliki plasenta yang sehat," kata Vaillancourt.

Sementara itu, Andree-Anne Hudon Thibeault, Ph.D., mengatakan, menguji beberapa jenis antidepresan pada dosis yang bervariasi, diharapkan bisa memberikan pilihan lebih baik dalam jenis antidepresan, dan dosis yang diresepkan untuk ibu hamil. Sekaligus meminimalkan efek samping pada kehamilan dan perkembangan janin.

Pasalnya, ibu 'jaman now' berisiko mengalami depresi selama kehamilan. Sebuah penelitian menemukan, wanita yang hamil di antara 2012 dan 2016 berisiko lebih besar mengalami depresi.

"Semua wanita ini diskrining terkait gejala depresi selama trimester kedua dan ketiga kehamilan, dengan menggunakan kuesioner standar yang sama. Pada generasi yang lebih tua, 17 persen memiliki skor depresi tinggi dan skornya lebih tinggi 8 yaitu 25 persen pada generasi muda," kata pemimpin peneliti Rebecca Pearson dari University of Bristol, dikutip dari Web MD.

Bunda, simak juga video di bawah ini. Apakah mual di pagi hari pertanda hamil anak perempuan?

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda