Hipertensi atau tekanan darah adalah masalah kesehatan yang mempengaruhi sekitar 25-40 persen individu di seluruh dunia lho, Bunda. Bahkan, gangguan ini juga menjadi faktor risiko kardiovaskular utama dan dikaitkan dengan banyak komplikasi seperti stroke, dan gagal jantung.
Hipertensi juga menjadi gangguan medis paling umum ditemukan pada wanita selama kehamilan. Namun obat hipertensi memiliki efek buruk bagi ibu dan janin.
Karena itu, ibu hamil yang menderita hipertensi perlu memeriksakan diri ke dokter demi mengontrol tekanan darah dan menghindari komplikasi yang mungkin terjadi.
Baca Juga : 7 Cara Menurunkan Hipertensi pada Bunda Hamil |
Dikutip dari Escardio, hipertensi pada kehamilan diklasifikasikan menjadi hipertensi ringan dengan tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90-109 mmHg, dan hipertensi berat dengan tekanan darah lebih atau sama dengan 160/110 mmHg.
Ibu hamil dengan hipertensi berat harus terus minum obat antihipertensi selama kehamilannya. Sedangkan beberapa obat antihipertensi umum mungkin tidak cocok untuk dikonsumsi oleh ibu hamil, sehingga dapat direkomendasikan beberapa jenis obat lain khusus ibu hamil atau melakukan perawatan di rumah sakit agar bisa dipantau dokter secara langsung.
Labetalol, nicardipine intravena, methyldopa oral serta Calcium channel blockers (CCB) adalah obat yang dapat digunakan. Jika beberapa obat tersebut gagal untuk mengontrol tekanan darah pada ibu hamil, maka hydralazine akan digunakan.
Wanita yang berisiko mengalami preeklamsia atau eklampsia disarankan mengonsumsi 100-150 mg aspirin setiap hari sejak minggu ke-12 kehamilan. Aspirin bisa mengurangi risiko preklampsia hingga 12 persen dan risiko kelahiran prematur sebesar 14 persen.
Wanita dengan preeklamsia harus dirawat dan ditawari obat antihipertensi jika sebelumnya tidak diberikan. Selain itu, dikutip dari Medical News Today, beberapa obat yang direkomendasikan adalah obat antikonvulsif, seperti magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada ibu hamil yang sampai mengalami preeklamsia.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin juga menyarankan untuk segera melahirkan janin dari dalam kandungan dan langsung diberikan perawatan. Untuk waktu persalinan sendiri tergantung pada seberapa parah kondisi ibu, serta usia kandungannya.
Sementara obat untuk hipertensi ringan, yakni:
Methyldopa alfa
Ini adalah salah satu obat yang dianggap teraman selama kehamilan dan telah digunakan selama lebih dari 40 tahun lho, Bunda. Dosis harian methyldopa yang direkomendasikan adalah 0,5-3,0 g dalam 2-4 dosis, dengan efek samping mengantuk, mulut kering, anemia hemolitik, dan hepatopati.
Diuretik
Penggunaan diuretik selama kehamilan membawa potensi risiko oligohidramnion atau penurunan cairan amnion (ketuban) yang mengelilingi janin dalam rahim. Terapi ini lebih baik dihindari pada preeklamsia karena volume plasma berkontrasi.
Calcium channel blocker (CCB)
CCB adalah salah satu obat antihipertensi yang direkomendasikan selama kehamilan. Dihydropyridine dan non-dihydropyridine diperbolehkan.
Selain pengobatan yang diperhatikan, ada baiknya Bunda yang memiliki hipertensi juga melakukan perawatan sebelum, selama dan setelah kehamilan.
Dikutip dari cdc.gov, perawatan sebelum kehamilan dengan membuat rencana kehamilan dan bicarakan dengan dokter atau tim perawatan kesehatan tentang masalah kesehatan atau obat-obatan yang dikonsumsi. Jika Bunda berencana untuk hamil, bicarakan dengan dokter, sehingga mereka dapat membantu menemukan obat-obatan yang aman dikonsumsi selama kehamilan.
Selain itu, jaga berat badan yang sehat melalui makan yang sehat dan aktivitas fisik yang teratur.
Sementara selama masa kehamilan, Bunda harus rutin memeriksakan diri dengan dokter. Bicaralah dengan dokter tentang obat yang dikonsumsi dan tanyakan mana yang aman. Jangan berhenti atau mulai minum obat lain tanpa persetujuan dokter.
Selain itu, pantau tekanan darah di rumah dan hubungi dokter jika tekanan darah lebih tinggi dari biasanya atau jika Anda memiliki gejala preeklamsia. Bunda juga harus tetap mengonsumsi makanan sehat dan menjaga berat badan yang sehat.
Nah setelah melahirkan, Bunda harus memperhatikan bagaimana perasaan yang dirasakan. Jika Bunda mengalami hipertensi selama kehamilan, maka Bunda memiliki risiko lebih tinggi menderita stroke dan masalah lain setelah melahirkan. Beri tahu dokter jika memiliki gejala preeklamsia setelah melahirkan, ya Bunda.
Bunda, simak juga enam jenis buah mencegah hipertensi dalam video berikut: