
kehamilan
Bunda Perlu Waspada, 6 Faktor yang Tingkatkan Risiko Komplikasi Kehamilan
HaiBunda
Kamis, 23 Jul 2020 15:48 WIB

Setiap ibu tentu memiliki pengalaman kehamilan yang berbeda. Akan tetapi, perlu Bunda ingat bahwa jika kita mengalami kehamilan berisiko, entah Bunda atau bayinya kemungkinan juga memiliki risiko sebelum, saat, atau setelah melahirkan.
Untuk itu, monitoring atau perawatan khusus sepanjang kehamilan itu sangat diperlukan, Bunda. Berikut enam faktor yang meningkatkan risiko komplikasi kehamilan yang perlu Bunda waspadai dan apa yang perlu dilakukan untuk menguranginya.
1. Usia ibu
Usia ibu diyakini terkait dengan kondisi kehamilan. Semakin tua usia ibu, maka semakin berisiko mengalami komplikasi kehamilan. Namun, menurut dokter kandungan dr.Prashanth Hegde dari Thumbay Hospital, tidak semua wanita di atas 35 akan kehamilan berisiko tinggi.
"Karena kebanyakan dari mereka hamil dan melahirkan bayi yang sehat," kata Hegde, dikutip dari Gulf News.
Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan, maka Bunda yang berusia di atas 35 disarankan untuk konsultasi prakonsepsi, skrining, konseling, dan pengawasan medis tertutup selama kehamilan.
2. Masalah kesehatan
Kondisi medis yang ada sebelum konsepsi seperti tekanan darah tinggi, diabetes, epilepsi, penyakit tiroid, gangguan jantung atau darah, asma dan infeksi dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, Bunda.
"Kondisi medis ini dapat memiliki efek pada ibu dan bayi yang belum lahir," kata dr.Sarah Francis, Konsultan Obstetri dan Ginekologi di American Hospital Dubai.
"Obat yang digunakan untuk mengendalikan dan mengelola kondisi ini juga dapat memiliki efek buruk pada bayi yang sedang berkembang dan mengakibatkan keguguran, cacat lahir, kelahiran prematur dan skenario terburuk, kelahiran mati," sambung Francis.
Sementara efek pada ibu bisa termasuk tekanan darah tinggi yang tidak terkendali yang menyebabkan kejang, kelahiran caesar, trauma kelahiran, dan perdarahan.
Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan, jika Bunda memiliki salah satu dari kondisi ini, maka harus konsultasi ke dokter sebelum merencanakan kehamilan.
3. Pilihan gaya hidup
Beberapa kebiasaan atau perilaku seperti merokok, minum alkohol, dan kebiasaan makan yang buruk dapat menimbulkan risiko potensial terhadap perkembangan bayi di dalam rahim. "Merokok dapat menyebabkan kelahiran prematur," kata Francis.
"Selain itu, alkohol dan merokok dapat memengaruhi pertumbuhan bayi di dalam rahim, membuat ukuran bayi lebih kecil. Tergantung pada jumlah yang diambil selama kehamilan, itu juga dapat mempengaruhi perkembangan otak bayi," paparnya.
Untuk mengurangi risiko, bagi yang ingin merencanakan program kehamilan maka lakukan gaya hidup yang sehat. Berhenti merokok, konsumsi alkohol, dan kurangi kafein. Bunda juga disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
![]() |
4. Hamil anak kembar
"Risiko paling umum bagi wanita yang mengandung banyak bayi adalah kemungkinan kelahiran prematur," kata Hedge.
"Sang ibu juga berisiko terkena tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan. Ada bahaya gangguan pertumbuhan bayi dan dalam kasus yang jarang terjadi bayi anomali," ujarnya.
Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan, maka Bunda yang hamil anak kembar maka perlu ada peningkatan nutrisi, kunjungan prenatal yang sering ditambah dengan perawatan khusus oleh dokter spesialis.
5. Pernah keguguran
Keguguran di masa lalu, masalah dengan kehamilan sebelumnya, atau riwayat keluarga dengan kelainan genetik juga merupakan faktor risiko kehamilan.
"Sayangnya, beberapa faktor risiko ini tidak dapat dihindari. Keguguran adalah kehilangan kehamilan sebelum bulan kelima kehamilan (sebelum 20 minggu)" ujar Francis.
Untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan, maka dokter akan mengidentifikasi faktor risiko sejak dini sebelum kehamilan berikutnya, mengobati kondisi medis yang mendasarinya, dan memberi konseling pada wanita tentang kebiasaan gaya hidup sehat dapat berperan dalam mengurangi risiko.
6. Riwayat persalinan prematur
Persalinan prematur sebelumnya atau kelahiran prematur meningkatkan risiko yang sama selama kehamilan. "Bayi yang lahir sebelum 25 minggu memiliki risiko masalah jangka panjang yang sangat tinggi, termasuk ketidakmampuan belajar dan masalah neurologis," kata Dr.Nashwa Abuhassan, Konsultan Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Dr Sulaiman Al Habib.
"Sekitar 20 persen bayi ini akan menjadi cacat berat," ujarnya.
Sayangnya, belum ada obat atau prosedur khusus yang mengurangi risiko komplikasi kehamilan akibat faktor ini. Untuk itu, Bunda lebih baik konsultasikan lagi kepada dokter kandungan sebelum merencanakan program hamil.
Simak juga tips rumah tangga langgeng Donna Agnesia yang lebih tua 6 tahun dari suami, Darius Sinathrya:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Kalau Bumil Mau Pipis, Jangan Ditahan!

Kehamilan
5 Fakta Kasus Bumil Meninggal Usai Ditolak RSUD Subang, Kronologi hingga Investigasi Kemenkes

Kehamilan
Panas yang Ekstrem Bisa Bahayakan Ibu Hamil? Ini Penjelasan Pakar Bun

Kehamilan
Fenomena Cuaca Panas Bisa Berdampak Serius Pada Bumil, Waspadai Dehidrasi

Kehamilan
6 Manfaat Ikan untuk Ibu Hamil, Termasuk Ikan Kakap


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Kebahagiaan Anggika Bolsterli Jalani Kehamilan Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda