Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Retensio Plasenta, Risiko Ari-ari Tertinggal di Rahim Usai Persalinan

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Selasa, 03 Nov 2020 06:58 WIB

In the Hospital Woman Giving Birth Support, Obstetricians Assisting. Modern Delivery Ward with Professional Midwives
Retensio Plasenta, Risiko Ari-ari Tertinggal di Rahim Usai Persalinan/ Foto: Getty Images/Martinns

Jakarta - Tahukah Bunda, kehamilan dan persalinan bisa mendatangkan berbagai risiko yang membahayakan Bunda dan bayi. Salah satunya yang perlu Bunda tahu yakni adanya diagnosa retensio plasenta. 

Banyak ibu merasa bingung ketika dirinya mendengar retensio plasenta. Mereka tidak mengerti secara mendalam apa sebenarnya diagnosa tersebut. Mereka hanya merasakan rasa sakit selama berminggu-minggu karena plasenta tidak keluar sekaligus.

Melansir Whattoexpect, retensio plaseta merupakan komplikasi langka yang menyebabkan semua atau sebagian plasenta tertinggal di dalam rahim setelah bayi lahir. Kasusnya tercatat hanya sekitar 2 sampai 3 persen dari semua persalinan yang terjadi.

Selama kehamilan, plasenta melekat pada lapisan rahim untuk memungkinkan transfer nutrisi, oksigen, karbondioksida, dan air dari darah ibu ke bayi, dengan karbondioksida dari bayi berputar kembali melalui tali pusat dan plasenta ke ibu.

Plasenta sendiri terdiri dari beberapa bagian, masing-masing terhubung ke tali pusat oleh kumpulan pembuluh darahnya dan membran lapis ganda yang membentuk kantung tembus pandang di sekitar janin. 

Ketika persalinan, keluarnya plasenta selama kontraksi rahim merupakan tahap akhir dari proses tersebut. Pengiriman plasenta biasanya terjadi 5 hingga 30 menit setelah melahirkan, baik melalui vagina atau dengan operasi caesar.

"Jika plasenta atau bagian dari plasenta tidak keluar secara spontan dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, diagnosis tertahannya plasenta akan dirilis. Biasanya, plasenta akan terpisah dan keluar dari rahim dengan sendirinya setelah bayi rahim," ujar Sherry Ross, MD, seorang obgyn seperti dikutip dari laman Healthline.

Menurut Ross, retensio plasenta jarang terjadi tetapi berbahaya, dan hanya memengaruhi 2 persen dari banyak kelahiran. Retensio plasenta sendiri ada tiga jenis yang perlu Bunda tahu, diantaranya:

1. Placenta adherents, terjadi ketika plasenta tidak terpisah secara spontan dari rahim dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Ini adalah retensio plasenta yang paling umum.

2. Trapped placenta, terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim tetapi tidak keluar secara spontan dari rahim.

3. Placenta accreta, terjadi ketika plasenta tumbuh ke dalam lapisan rahim yang lebih dalam dan tidak dapat terlepas secara spontan dari rahim. Ini adalah jenis retensio plasenta yang paling berbahaya dan dapat menyebabkan perlunya histerektomi dan transfusi darah.

Ross juga mencatat bahwa tertahannya plasenta selama operasi caesar kemungkinan besar karena placentra accreta, dimana kondisi tersebut bisa membahayakan serta paling sulit diobati.

Nah, itulah penjelasan mengenai retensio plasenta yang perlu Bunda waspadai saat persalinan ya. Semoga membantu, Bunda!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda