Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Apa Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini? Bunda Perlu Tahu

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Senin, 01 Feb 2021 15:38 WIB

Team of doctors and nurses wear masks and gloves and prepare for surgery.
Ilustrasi ketuban pecah dini/ Foto: iStock

Beberapa ibu hamil kerap mengalami kasus ketuban pecah dini sebelum persalinan. Sehingga, bayi pun perlu dilahirkan lebih awal dari waktu yang diprediksikan.

Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Dalam kondisi ini, kantung (selaput ketuban) yang mengelilingi bayi pecah sebelum minggu ke-37 kehamilan. 

Setelah kantung pecah, Bunda pun memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena infeksi. Dan, Bunda pun memiliki peluang lebih tinggi untuk melahirkan bayi lebih awal, seperti dikutip dari laman Stanfordchildren.

Dalam kasus ketuban pecah dini, gejala dapat muncul sedikit berbeda pada setiap kehamilan. Di antaranya adanya semburan cairan tiba-tiba dari vagina, kebocoran cairan dari vagina, dan perasaan basah di vagina atau pakaian dalam. 

Kasus ketuban pecah dini sendiri paling umum terjadi setelah 37 minggu, pada saat itu bayi tidak lagi dianggap prematur. Tetapi, pada sekira 3 persen sampai 10 persen kehamilan, ketuban pecah dini sebelum 37 minggu dapat menyebabkan faktor tersendiri yakni faktor risiko lahir mati atau kematian bayi prematur.

Melansir Very Well Family, selaput yang pecah seringkali menyebabkan ibu melahirkan. Ini tidak menjadi masalah setelah 37 minggu. Tetapi, pada kasus Premature Rupture of Membrane (PROM) prematur, risikonya jauh lebih tinggi. Bayi yang lahir sebelum 37 minggu menghadapi potensi komplikasi prematuritas. Persalinan prematur yang sangat dini bisa berarti kehilangan bayi.

Selain itu, jika dokter perlu menunda persalinan dengan PROM prematur, terdapat peningkatan risiko infeksi serta masalah kompresi tali pusat dan juga pada kesehatan bayi.

Jenis infeksi tertentu tampaknya dapat menyebabkan ketuban pecah dini prematur. Dan dalam kasus yang jarang terjadi, prosedur seperti amniosentesis dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Namun, peneliti tidak yakin ada penyebab tunggal dari kondisi tersebut.

Klik di halaman selanjutnya ya, Bunda.

Simak juga kisah dr.Reisa pernah keguguran anak pertama dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

Banner Skandal TWOTM Sulut



Terkait kesimbangan normal bakteri

Team of doctors and nurses wear masks and gloves and prepare for surgery.

Ilustrasi ketuban pecah dini/ Foto: iStock

Sebuah studi terhadap ratusan wanita yang dilakukan di Imperial College London menemukan bahwa perubahan halus pada bakteri yang ada di vagina sangat terkait dengan air ketuban ibu yang pecah lebih awal dan terjadi kelahiran prematur - bayi yang lahir sebelum 37 minggu.

Menurut peneliti, temuan tersebut menunjukkan bahwa pergeseran dari keseimbangan normal bakteri vagina dikaitkan dengan air ketuban pecah lebih awal dan dapat berdampak pada kesehatan ibu dan bayi, termasuk meningkatkan risiko sepsis pada bayi baru lahir, seperti dikutip dari laman Imperial.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa selama kehamilan, bakteri yang menjajah vagina menjadi kurang beragam dan didominasi terutama oleh spesial lactobacillus, jenis bakteri yang sama yang ditemukan di tempat lain di tubuh termasuk usus dan mulut.

Analisis sampel tim mengungkapkan bahwa pecahnya air ketuban dini dikaitkan dengan pergeseran mikrobiota, dengan penurunan lactobacillus dan peningkatan jenis bakteri lain termasuk yang membahayakan seperti staphylococcus dan streptococcus.

Dr David MacIntyre dari Imperial IRDB mengatakan bahwa penelitian ini adalah salah satu yang menunjukkan bahwa sekira hampir setengah dari ibu hamil mungkin memiliki mikrobiota vagina yang tidak seimbang sebelum pecah dini.

"Ini memberikan bukti lebih lanjut tentang peran bakteri dalam beberapa kasus sehingga terjadi kelahiran prematur," ujarnya.

Penelitian lebih lanjut memang masih diperlukan untuk menilai pedoman klinis terkini untuk wanita dengan ketuban pecah dini dan bagaimana mengembangkan cara alternatif untuk mengobatinya seperti menggunakan antibiotik yang lebih selektif dimana berpotensi meningkatkan hasil bagi wanita dan bayinya.

Phil Bennet, Profesor Obstetri dan Ginekologi di Imperial IRDB, mengatakan semua wanita dalam penelitian tersebut dirawat sesuai dengan pedoman nasional dan rumah sakit yang menunjukkan bahwa lebih banyak fokus sangat dibutuhkan untuk melihat apakah pedoman ini sesuai dan efektif.

Temuan ini dapat memiliki implikasi penting untuk penggunaan antibiotik sebagai tindakan pencegahan bagi para wanita yang merupakan tindakan yang direkomendasikan di Inggris dan negara lain seperti Kanada, Jerman, Australia, dan Selandia Baru.

Tujuan dari pengobatan antibiotik sendiri ialah untuk mengurangi risiko infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang lebih dipersonalisasi hanya menargetkan wanita yang mungkin mendapatkan manfaat dari antibiotik mungkin terbukti lebih bermanfaat daripada pendekatan satu treatment untuk semua.

Nah, itulah beberapa hal yang diindikasikan melatari adanya ketuban pecah dini ya, Bunda. Untuk tetap memiliki kehamilan yang sehat dan terhindari dari risiko ketuban pecah dini, pastikan Bunda senantiasa berkonsultasi secara rutin dengan dokter untuk memantau kehamilan secara intensif. Terutama bagi Bunda yang memang memiliki risiko kesehatan.

Semoga sehat selalu sampai persalinan ya, Bunda.


(som/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda