kehamilan
Serba-serbi Sindrom Baby Blues yang Rentan Dialami Ibu Baru
Jumat, 19 Feb 2021 11:49 WIB
Periode setelah melahirkan menjadi salah satu fase yang perlu diperhatikan para ibu. Proses adaptasi dengan rutinitas baru dan kelelahan sangat rentan memicu sindrom baby blues.
Dikutip dari Healthline, baby blues dianggap wajar terjadi dan bukan sesuatu yang memalukan. Bahkan sekitar 80 persen ibu baru mengalami kondisi ini. Jadi, tak perlu takut untuk meminta bantuan atau berkonsultasi dengan orang terdekat jika mengalaminya.
Agar lebih paham tentang baby blues, berikut rangkuman informasi yang bisa Bunda pelajari:
Apa itu baby blues?
Baby blues adalah kondisi di mana seorang ibu setelah melahirkan mengalami kesedihan, kecemasan, stres dan mood yang berubah-ubah dalam periode singkat. Kondisi ini dianggap wajar dan tak perlu dianggap sebagai sesuatu yang tabu.
Baby blues biasanya dialami dalam waktu beberapa hari setelah melahirkan. Tetapi jika Bunda mengalami masa kehamilan dan proses persalinan yang sulit, baby blues bisa lebih mudah dirasakan gejalanya.
Penyebab baby blues
Sampai saat ini, belum bisa ditentukan secara pasti apa penyebab utamanya. Namun diyakini bahwa faktor fluktuasi hormonal menjadi pemicunya.
Ya, setelah melahirkan tubuh wanita mengalami fluktuasi hormon yang ekstrem. Mulai dari untuk proses pemulihan tubuh, pengecilan rahim, produksi air susu ibu (ASI), hingga stres saat merawat bayi.
Selain itu, saat masa nifas Bunda biasanya akan menjadi lebih sulit untuk istirahat cukup dan teratur karena rutinitas baru. Akibatnya, tubuh menjadi sangat lelah dan memicu stres emosional.
Gejala baby blues
Gejala baby blues bisa mulai muncul sejak 2-3 hari setelah bayi lahir. Sering kali, baby blues akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 10-14 hari pascapersalinan. Gejala-gejala yang perlu diwaspadai di antaranya meliputi:
- Menangis terus-menerus tanpa sebab atau karena pemicu ringan
- Perubahan suasana hati mendadak atau jadi sangat mudah tersinggung
- Merasa tidak ada bonding dengan bayi
- Stres karena ada bagian yang hilang dari kehidupan lama, seperti kebebasan untuk pergi bersama teman
- Cemas berlebihan tentang kesehatan dan keselamatan bayi
- Kelelahan luar biasa tetapi tak bisa tidur
- Kesulitan membuat keputusan yang mudah
Apa perbedaan baby blues dengan depresi postpartum?
Baby blues dan depresi pascapersalinan merupakan dua kondisi berbeda yang sering dianggap sama. Menurut American Pregnancy Association, baby blues berlangsung selama hitungan hari setelah melahirkan. Ketika baby blues terus berlanjut lebih dari dua pekan dan bahkan semakin parah, kondisi ini bisa berlanjut menjadi depresi postpartum.
Perbedaan baby blues dan depresi postpartum juga terlihat dari penanganannya. Baby blues biasanya akan hilang dengan sendiri setelah ibu mulai beradaptasi dengan rutinitas mengurus bayi.
Terutama jika Bunda sudah bisa mulai beradaptasi dengan rutinitas, cukup istirahat, makan makanan bergizi, dan lancar berkomunikasi dengan keluarga.
Sementara itu, untuk mengatasi depresi postpartum sering kali dibutuhkan cara yang lebih kompleks. Misalnya dengan psikoterapi atau konseling, serta konsumsi obat-obatan yang hanya bisa diresepkan oleh dokter.
Penanganan baby blues
Pada dasarnya, Bunda tidak perlu melakukan penanganan khusus untuk mengatasi baby blues. Saat Bunda sudah mampu menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai ibu dan menyesuaikan diri dengan rutinitas, keluhan akibat baby blues akan teratasi dengan sendirinya.
Dukungan dari orang sekitar sangat diperlukan guna mengatasi baby blues. Dengan begitu, Bunda bisa lebih banyak merawat diri dan memastikan kebutuhan utama tetap terpenuhi. Misalnya bisa istirahat dan makan teratur.
Maka dari itu, jangan ragu untuk meminta bantuan dari suami, anggota keluarga lain atau teman ya, Bunda. Sebisa mungkin hindari berpikiran untuk melakukan semuanya sendiri karena justru berisiko memicu stres.
"Baby blues maupun depresi postpartum merupakan kondisi yang sangat wajar dialami ibu setelah melahirkan. Tapi dengan penanganan yang tepat, masalah ini bisa diatasi," ujar profesor psikiatri The Ohio State University Wexner Medical Center, Tamar Gur, MD, PhD.
Baby blues juga bisa dialami para ayah
Dikutip dari Fatherly, para psikolog menyebutkan bahwa munculnya stres pada ayah kebanyakan karena merasa bersalah, malu dan gagal menjalani peran mengasuh anak. Terlebih pada ayah yang jam kerjanya benar-benar sibuk.
"Pria disosialisasikan untuk lebih fokus pada dirinya sendiri. Jadi peralihan menjadi seorang ayah kadang bisa menyebabkan stres yang tidak terduga," ujar Dr Josh Coleman, psikolog di Counsel for Contemporary Families di University of Texas, Austin.
Oleh sebab itu, komunikasi yang terbuka pun menjadi penting untuk mencegah baby blues berlanjut terus-menerus. Nah, jangan ragu untuk meminta bantuan dari Ayah juga ya, Bunda!
Baca Juga : 7 Gejala Baby Blues, Bunda Mengalaminya? |
Simak juga Bunda kisah Tantri 'Kotak' yang pernah mengalami baby blues dalam video berikut ini: