Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Anemia Perburuk Gejala Covid Lebih Tinggi 3 Kali Lipat, Bumil Perlu Tahu

Nadiyah S.Gz, M.Si, C.Ht, CSRS   |   HaiBunda

Rabu, 23 Jun 2021 16:45 WIB

Dokter Sisipan
Nadiyah S.Gz, M.Si, C.Ht, CSRS
Ahli Gizi dan Dosen Program Studi Gizi Universitas Esa Unggul Jakarta
Shot of a young pregnant woman feeling unwell while working from home
Bahaya anemia pada pasien Cvid-19/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PeopleImages
Jakarta -

Pandemi Covid-19 belum juga berakhir, bahkan kasus positifnya pun terus bertambah. Beberapa kondisi diyakini bisa memperburuk gejala pasien yang terkonfirmasi mengalami Covid-19.

Salah satunya adalah pasien Covid-19 yang mengalami anemia, Bunda. Anemia adalah kondisi di mana jumlah dan ukuran sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin (protein dalam sel darah merah) di bawah nilai batas yang ditetapkan, akibatnya mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut oksigen ke darah.

Bahaya anemia pada masa Covid-19

Anemia merupakan indikator dari kondisi dan kesehatan yang buruk. Anemia meningkatkan risiko seseorang mengalami infeksi. Pada masa pandemi Covid-19 ini, dibutuhkan tubuh yang memiliki imunitas yang baik sehingga tidak mudah terinfeksi oleh virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2).

Sebagai gambaran tingginya masalah anemia di Indonesia, dibandingkan dengan negara-negara tetangga tahun 2016, Indonesia memiliki masalah anemia yang paling tinggi pada ibu hamil (42 persen), Malaysia (37 persen), Singapura (32 persen), Brunei Darussalam (27 persen), Vietnam (37 persen), Filipina (30 persen), dan Thailand (40 persen).

Tidak hanya ibu hamil yang dapat mengalami anemia, siapa saja bisa mengalaminya, terutama ketika kualitas asupan gizi sehari-hari rendah. Kelompok yang paling rawan mengalami anemia adalah balita, remaja putri, ibu hamil, dan lansia, serta penderita penyakit kronis.

Kondisi anemia pada penderita Covid-19, menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan perifer, akibat kondisi hipermetabolik selama infeksi. Anemia berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi Covid-19 yang parah berdasarkan penelitian terhadap 9.912 penderita Covid.

Penderita anemia memiliki kadar hemoglobin yang rendah. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen ke organ-organ dalam tubuh. Ketika hemoglobin rendah, pengangkutan oksigen ke organ terganggu, sehingga menyebabkan hipoksia dan akhirnya mengakibatkan disfungsi multi organ, terutama disfungsi organ pernapasan. Disfungsi multi organ menyebabkan prognosis yang buruk pada Covid-19.

Di samping itu, SARS-CoV-2 dapat berinteraksi dengan molekul hemoglobin dalam sel darah merah. Interaksi ini menyebabkan virus merusak rantai hemoglobin dan menyebabkan hemolisis (kerusakan sel darah merah). Oleh karena itu, penderita dengan anemia disarankan untuk melakukan tindakan pencegahan yang ekstra untuk meminimalkan risiko paparan virus.

Hasil penelitian pengaruh anemia pada pasien Covid-19

Kadar hemoglobin yang rendah (anemia) memperparah prognosis penyakit Covid-19 berdasarkan penelitian terhadap 14.044 penderita Covid-19. Tingkat keparahan penderita Covid yang anemia 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita Covid-19 tanpa anemia.

Tenaga kesehatan harus lebih peka terhadap kadar hemoglobin penderita Covid-19. Kesadaran tentang anemia sebagai faktor prognostik negatif Covid-19 menjadi hal yang sangat penting. Pada masa pandemi ini, masyarakat dihimbau agar lebih memperhatikan dan menjaga kualitas asupan gizi sehari-hari untuk peningkatan dan pemeliharaan daya tahan tubuh.

Apakah ibu hamil wajib minum susu setiap hari? Simak penjelasannya di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda