Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Alasan Menstruasi Sering Telat dan Tidak Teratur, Kapan Harus ke Dokter?

dr. Lestari Mustika Rini, Sp.OG   |   HaiBunda

Selasa, 13 Jul 2021 10:50 WIB

Dokter Sisipan
dr. Lestari Mustika Rini, Sp.OG
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Praktek dokter: RS Dr. Branata Jambi dan RS MMC Jambi.
Asian women her stomach aches hard She wakes up in the middle of the night while she sleeps.
Ilustrasi telat haid/ Foto: Getty Images/iStockphoto/torwai

Menstruasi merupakan siklus normal yang dialami wanita yang sudah dewasa setiap bulannya. Perlu Bunda ketahui bahwa periode menstruasi setiap orang berbeda-beda. Rata-rata terjadi setiap 28 hari sekali, tapi ada juga yang jaraknya lebih lama dan lebih pendek, Bunda.

Menstruasi atau sering juga disebut dengan haid adalah terjadinya perdarahan dari dinding rahim (uterus) yang mengalir keluar melalui vagina. Kondisi ini normalnya terjadi setiap bulan pada wanita di usia masa subur.

Siklus menstruasi normal

Siklus menstruasi sendiri dapat terjadi karena adanya produksi hormon tertentu dalam tubuh wanita, dengan rata-rata siklus 28 hari dan durasi sekitar 4-6 hari.

Menstruasi pertama (menarche) normalnya terjadi pada usia 10-14 tahun. Namun, pada beberapa kondisi dengan kelainan bisa terjadi lebih awal ( < 8 tahun) atau bahkan lebih lambat (> 15 tahun).

Cara menghitung siklus menstruasi

Perlu diketahui dalam menghitung siklus menstruasi dapat dilakukan dengan menghitung hari pertama datang haid sebagai hari ke-1 (H-1), kemudian dihitung maju hingga hari pertama menstruasi berikutnya lagi. Itu sebabnya, Bunda, kenapa harus secara teratur mencatat tanggal menstruasinya, untuk mengetahui berapa hari siklus haidnya setiap bulan dan bisa memahami apakah siklusnya mengalami keterlambatan atau tidak.

Periode haid normal vs abnormal

Normal:

1. Panjang siklus: 24 - 38 hari
2. Variasi maju dan mundur: tidak lebih dari 7 hari
3. Durasi/lamanya haid: tidak lebih dari 8 hari
4. Volume darah yang keluar: biasa
5. Perdarahan antar siklus menstruasi: tidak ada
6. Perdarahan acak bagi yang mengkonsumsi pil KB: tidak ada

Tidak normal:

1. Panjang siklus: kurang dari 24 hari (siklus pendek) dan lebih dari 38 hari (siklus memanjang)
2. Variasi maju dan mundur: lebih dari 8 hari (terlambat)
3. Durasi/lamanya haid: lebih dari 9 hari (lama)
4. Volume darah yang keluar: sangat banyak atau sangat sedikit (flek-flek)
5. Perdarahan antar siklus menstruasi: ada
6. Perdarahan acak bagi yang mengkonsumsi pil KB: ada

Ketahui juga yuk, Bunda, fase menstruasi untuk mengetahui ada gangguan atau tidak di halaman selanjutnya.

Apakah ada makanan yang bisa meredakan menstruasi? Simak penjelasannya dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]




GEJALA PMS YANG PERLU DIWASPADAI DAN KAPAN HARUS KE DOKTER

Nyeri Haid

Foto: Getty Images/iStockphoto/torwai

Fase-Fase Menstruasi

Perlu diketahui bahwa dalam satu siklus menstruasi terbagi menjadi beberapa fase, yaitu:

- Fase Folikuler

Fase ini terjadi sejak hari pertama menstruasi yang melibatkan dinding rahim (endometrium) dan juga sel telur (folikel) pada indung telur (ovarium). Lapisan dinding rahim yang yang sudah tebal berisi sel-sel pembuluh darah akan luruh, sehingga mengeluarkan darah dari dalam rahim dan kemudian keluar melalui vagina sebagai darah menstruasi, sehingga dinding rahim menjadi tipis kembali.

Sementara sel telur (folikel) pada saat yang bersamaan akan mengalami pertumbuhan setiap harinya, yang disebabkan oleh adanya hormon dari pusat otak (FSH dan LH) agar ukurannya membesar dan matang sehingga siap untuk ovulasi. Dinding sel telur yang semakin bertumbuh besar, semakin menghasilkan hormon estrogen yang berfungsi juga untuk menebalkan dinding rahim yang berisi pembuluh darah sebagai persiapan siklus haid berikutnya lagi.

- Fase Ovulasi

Fae ini disebut juga masa subur, yang terjadi karena adanya 1 sel telur yang matang dari salah satu indung telur (ovarium) telah pecah dan keluar dari cangkangnya akibat adanya lonjakan hormon dari pusat otak (LH) dan siap dibuahi oleh sel sperma. Fase ini terjadi 14 hari sebelum haid berikutnya.

Oleh karena itu, Fase ovulasi atau masa subur ini tidak dapat dihitung dengan tepat karena sangat bergantung dengan keteraturan siklus haid, agar dapat memprediksi kapan hari haid di bulan berikutnya dan dihitung secara mundur 14 hari sebelumnya.

- Fase Luteal

Di fase ini, cangkang sel telur yang telah pecah (ovulasi) tadi akan menghasilkan hormon progesterone yang berfungsi untuk melapisi dan memperkuat dinding rahim yang telah tebal dengan pembuluh darah. Tujuannya adalah mempersiapkan dinding rahim yang kuat untuk calon benih, apabila sel telur tadi telah dibuahi oleh sel sperma dan menempel pada dinding rahim pada hari ke 6 atau 7 setelah pembuahan.

Sehingga, fase ini menentukan jika terjadi pembuahan dan benih menempel pada dinding rahim maka akan terjadi kehamilan dan tidak ada menstruasi. Namun, apabila tidak terjadi pembuahan, maka dinding rahim akan luruh menjadi darah menstruasi dan berlanjut pada siklus berikutnya.

Gejala Premenstrual Syndrome

Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan ciri khas adanya gejala baik secara fisik maupun perilaku/emosi yang terjadi berulang pada setengah akhir siklus menstruasi. Kebanyakan perempuan di usia subur akan mengalami 1 atau lebih gejala ringan emosi maupun fisik, pada 1 atau 2 hari sebelum menstruasi terjadi. Namun, pada beberapa wanita dapat terjadi selama 5-6 hari sebelumnya.

Berikut gejala fisik dan emosi yang paling sering terjadi:

- Gejala fisik berupa datangnya rasa nyeri atau tegang pada payudara, perut kembung atau begah, lelah, sakit kepala atau pusing, dan "hot flashes".

- Gejala emosional yang kita kenal sebagai mood swing yaitu akan lebih mudah marah, merasa cemas, sensitif, sedih hingga depresi, termasuk juga peningkatan nafsu makan atau ngidam (food cravings), dan malas melakukan aktivitas. Gejala PMS ini biasanya akan segera hilang setelah darah menstruasi mulai keluar.

Gejala yang ditimbulkan dari PMS ini baik ringan hingga berat tentu saja dapat berdampak dalam penurunan kualitas hidup yang diakibatkan karena adanya perubahan perilaku seperti menurunnya produktivitas kerja, meningkatnya ketidakhadiran dalam bekerja, dan banyaknya visitasi ke fasilitas kesehatan (berobat ke dokter). Namun dalam pemeriksaan secara fisik dan laboratorium tidak akan ditemukan kelainan yang spesifik terkait dengan keluhan.

Gejala PMS

Seseorang dapat dipastikan sedang mengalami gejala PMS apabila mengalami gejala-gejala di atas dengan kriteria di bawah ini:

- Mengalami 1 atau 4 gejala baik fisik dan emosi.
- Merasakan lebih dari 5 gejala fisik saja atau perilaku saja.

Namun pada kondisi lain apabila terdapat perubahan emosi yang cukup banyak melebihi gejala fisik maupun perubahan perilaku, dapat diwaspadai adanya penyebab lain seperti gangguan mental maupun perimenopause syndrome.

Cara mengurangi gejala PMS

Treatment untuk mengurangi gejala PMS ini tentu saja dari berbagai hal dan yang utama adalah tetap menjaga pola hidup sehat. Selain itu secara medis dapat pula konsumsi obat-obatan anti nyeri untuk mengurangi gejala fisik seperti rasa nyeri yang ditimbulkan, namun pada beberapa kasus tetap harus memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan membutuhkan terapi hormonal.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi:

- Makanan tidak sehat: junk food, fast food, goring-gorengan, makanan bersantan dan makanan yang tinggi kalori.

- Gaya hidup tidak sehat: jarang olah raga, begadang, merokok, stress psikis.

Gaya hidup juga harus diperhatikan dan diperbaiki agar keseimbangan hormon dalam tubuh dapat selalu terjaga, sehingga disarankan untuk tetap menjaga asupan makanan yang bergizi, bersih dan sehat, serta pola hidup yang sehat seperti rajin dan rutin berolah raga, hindari begadang dan stress psikis lainnya.

Penyebab terlambat menstruasi

Bagi para perempuan yang telah menikah atau sudah pernah melakukan hubungan seksual, keterlambatan siklus haid patut diwaspadai adanya kehamilan. Untuk membedakan apakah terlambat haid karena kehamilan atau penyebab lain, harus dipastikan dengan pemeriksaan hormon hCG yang lebih mudah dan sering dilakukan yaitu dengan tes pack urine.

Sedangkan untuk hasil yang lebih akurat dapat dilakukan pengambilan darah di laboratorium untuk melihat kadar hormon hCG tersebut. Adanya hasil yang positif berapapun kadarnya dalam darah ataupun urine (tes pack samar) menandakan bahwa benar adanya kehamilan, namun perlu evaluasi lebih lanjut dengan USG untuk memastikan bahwa kehamilannya benar berkembang dalam kandungan/rahim dan bukan di luar kandungan.

Sementara terlambat haid pada kondisi tidak hamil, tentunya setelah dipastikan terlebih dahulu dengan pemeriksaan hormon hCG yang negatif, kebanyakan disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan hormonal dalam tubuh. Pada kondisi telat haid namun bukan kehamilan seperti ini, sebaiknya diperiksakan terlebih dahulu ke dokter spesialis kandungan untuk mencari penyebab yang memungkinkan sekaligus treatment selanjutnya untuk memperbaiki siklus haidnya.

Kapan harus ke dokter?

Secara keseluruhan apabila seorang perempuan di usia masa subur mengalami gangguan pada siklus haidnya, baik dari panjang siklusnya, variasi hari, durasi dan volume darah maka sebaiknya periksakan diri ke dokter spesialis kandungan untuk dievaluasi lebih lanjut.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda