KEHAMILAN
5 Cara Mudah Menurunkan Darah Tinggi untuk Ibu Hamil
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Senin, 17 Jan 2022 13:33 WIBDarah tinggi dapat terjadi selama kehamilan, Bunda. Untuk itu, cara menurunkan darah tinggi untuk ibu hamil perlu dipahami guna mencegah risiko pada Bunda dan janin.
Sebelum mengetahui cara menurunkan darah tinggi selama hamil, Bunda perlu pahami dulu gejala, penyebab, dan deteksi penyakit ini ya. Simak penjelasan lengkapnya berikut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan, darah tinggi atau hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan pembuluh darah terus-menerus meningkat. Darah tinggi merupakan kondisi medis yang serius dan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya.
Kebanyakan orang dengan kondisi darah tinggi tidak menyadari gejala yang muncul dalam tubuhnya. Gejala darah tinggi berupa:
- Sakit kepala
- Sering mimisan
- Irama jantung tidak teratur
- Masalah penglihatan
- Telinga sering berdengung
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Kebingungan
- Gangguan kecemasan
- Nyeri dada
- Tremor otot
Jika tidak segera diobati, darah tinggi dapat menyebabkan nyeri dada yang persisten (angina), serangan jantung, gagal jantung, detak jantung tidak teratur, hingga kematian mendadak.
WHO menyebut, darah tinggi juga dapat menyebabkan stroke karena bisa memblokir atau menghancurkan arteri yang memasok darah dan oksigen ke otak. Darah tinggi pun bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Deteksi tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi dapat diperiksa di dokter atau mengukurnya sendiri dengan alat yang disebut tensimeter. Saat melakukan pemeriksaan mandiri, Bunda perlu pahami hasilnya.
Mengutip lama P2PTM Kemenkes RI, berikut klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation,and Treatment or High Pressure VII/JNC - VII, 2003:
- Normal: <120/80 mmHg
- Pra hipertensi: 120-139/80-89 mmHg
- Hipertensi tingkat 1: 140-159/ 90-99 mmHg
- Hipertensi tingkat 2: >160/100 mmHg
- Hipertensi sistolik terisolasi: >140/
Untuk menegakkan diagnosis hipertensi, dilakukan pengukuran darah minimal dua kali dengan jarak satu minggu.
Hipertensi pada ibu hamil
Menurut dr. Lili Marliani dalam buku 100 Questions & Answer Hipertensi, darah tinggi yang terjadi pada wanita hamil disebut hipertensi gravidarum. Peningkatan tekanan darah umumnya terjadi setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu.
Darah tinggi saat hamil ditandai dengan tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau kenaikan lebih dari 30 mmHg di atas tekanan biasa. Sedangkan tekanan diastolik adalah 90 mmHg atau lebih dari 15 mmHg di atas tekanan biasa.
Darah tinggi pada ibu hamil yang tidak disertai kejang disebut preeklampsia. Sementara bila disertai kejang disebut eklampsia.
"Darah tinggi selama kehamilan dapat menimbulkan kematian bagi ibu dan anak. Penyakit ini bisa berulang pada kehamilan berikutnya, sehingga perlu diwaspadai," kata Lili Marliani.
Darah tinggi dalam kehamilan berbeda dengan darah tinggi dengan kehamilan ya, Bunda. Darah tinggi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi selama kehamilan berlangsung dan umumnya terjadi di bulan terakhir kehamilan.
Sebaliknya, darah tinggi dengan kehamilan, yakni wanita dengan riwayat hipertensi yang mengalami kehamilan, sehingga tekanan darah sudah tinggi sebelum dan selama kehamilan.
"Banyak wanita tidak tahu bahwa dirinya telah mempunyai hipertensi sebelum hamil, sehingga sering mengakibatkan kesalahan diagnosis hipertensi," ujar Lili Marliani.
Penyebab darah tinggi pada ibu hamil
Penyebab pasti darah tinggi dalam kehamilan belum dapat diketahui. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan darah tinggi, yakni:
- Hipertensi kronik sebelum kehamilan
- Kehamilan pertama
- Riwayat terjadinya preeklampsia dalam keluarga
- Kehamilan kembar
- Riwayat penyakit diabetes
- Kelainan pada ginjal sebelum kehamilan
- Kehamilan pada usia dengan risiko tinggi, yakni remaja muda (kurang lebih 17 tahun) atau akhir usia 30 menjelang 40 tahun.
Cara menurunkan darah tinggi untuk ibu hamil
Bunda bisa melakukan berbagai upaya untuk menurunkan darah tinggi selama hamil nih. Sebelum melakukannya, Bunda bisa konsultasikan dulu ke dokter ya.
Nah, berikut 5 cara menurunkan darah tinggi untuk ibu hamil seperti melansir dari berbagai sumber:
1. Istirahat yang cukup
Bunda hamil dengan tekanan darah tinggi sering disarankan untuk beristirahat yang cukup di rumah. Cara ini dapat menurunkan darah tinggi dan memberikan manfaat pada janin.
Pada kondisi darah tinggi yang memburuk selama kehamilan, Bunda mungkin perlu istirahat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dokter juga akan melakukan observasi dengan cermat untuk memastikan kehamilan sehat.
2. Diet rendah garam
Asupan natrium yang tinggi bisa menyebabkan tekanan darah naik, Bunda. Sumber utama natrium dalam makanan adalah garam.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan orang tanpa tekanan darah tinggi untuk mengonsumsi kurang dari 2.300 miligram (mg) garam sodium per hari. Ini setara dengan satu sendok teh.
Sementara itu, orang dengan tekanan darah tinggi dapat mengonsumsi kurang dari 1.500 mg p per hari untuk mempertahankan kondisi kesehatan mereka. Perlu diingat, menurunkan asupan garam dapat bermanfaat untuk orang dengan atau tanpa hipertensi.
3. Konsumsi makanan sehat
Cara paling mudah menurunkan darah tinggi selama hamil adalah mengonsumsi makanan sehat. Bunda dapat makan lebih banyak buah dan sayuran, serta mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak trans. Beberapa makanan yang mengandung lemak ini adalah mentega, daging olahan, atau susu mengandung lemak.
Selain itu, hindari pula makanan instan selama hamil. Banyak makanan instan mengandung tinggi gula dan natrium yang bisa berdampak buruk untuk janin.
Bunda bisa mengganti makanan tersebut dengan makanan sehat. Para ahli merekomendasikan makanan berikut untuk menjaga kesehatan jantung:
- Gandum utuh atau makanan berserat tinggi
- Aneka buah dan sayur
- Kacang-kacangan, seperti lentil
- Ikan kaya omega-3
- Minyak nabati, seperti minyak zaitun
- Unggas atau ikan tanpa kulit
- Produk susu rendah lemak
4. Konsumsi obat
Selain cara alami, Bunda bisa menurunkan darah tinggi dengan minum obat-obatan anti-hipertensi ya. Carilah obat yang aman untuk ibu hamil.
Memilih obat untuk darah tinggi enggak boleh sembarangan. Bunda sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter, terutama bila mengalami preeklampia berat.
"Untuk preeklampsia berat memerlukan perawatan di rumah sakit karena keadaan kesehatan ibu dan janin harus selalu dipantau. Selain itu, akan diberikan obat-obatan anti-hipertensi yang aman untuk mengontrol tekanan darah dan mencegah terjadinya eklampsia," kata Lili Marliani.
5. Kontrol rutin ke dokter
Bunda perlu kontrol rutin ke dokter bila sudah tahu mengalami hipertensi sebelum kehamilan. Kontrol rutin juga dibutuhkan bagi Bunda yang merasakan gejala atau tidak punya riwayat hipertensi ya.
Kontrol dapat dilakukan secara teratur, minimal dua minggu sekali. Dokter pasti akan memeriksa tekanan darah untuk memastikan ada atau tidaknya hipertensi selama kehamilan.
Bila ditemukan hipertensi, dokter akan mengambil tindakan sesuai kondisi Bunda. Jadi, jangan ragu untuk bertanya ke dokter tentang kondisi tekanan darah Bunda saat kontrol rutin ya.
Simak juga 4 cara mengatasi preeklampsia menurut dokter, dalam video berikut:
(ank/som)