Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

PCOS: Kenali Tanda, Penyebab hingga Dampaknya untuk Program Hamil

Dr. dr. Suskhan Djusad, Sp.OG (K)   |   HaiBunda

Kamis, 10 Aug 2023 07:40 WIB

Dokter Sisipan
Dr. dr. Suskhan Djusad, Sp.OG (K)
Kepala departemen obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Dosen Senior di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
PCOS
PCOS/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Panuwat Dangsungnoen
Jakarta -

Polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik adalah kondisi medis yang dapat memengaruhi program hamil. PCOS dapat dialami wanita di usia produktif, Bunda.

Di Indonesia, PCOS umumnya terjadi pada wanita mulai dari usia 15 sampai 40 tahun. Kondisi medis ini dapat memengaruhi cara kerja ovarium dan hormon dalam tubuh wanita.

PCOS dapat sembuh, Bunda. Tapi, sindrom ini bisa kembali menyerang wanita selama dia berada di usia produktif atau belum menopause.

Penyebab dan faktor risiko PCOS

Penyebab PCOS belum diketahui secara pasti. Tapi, ada 2 faktor risiko yang dapat menyebabkan masalah medis ini pada wanita, yakni:

1. Resistensi insulin

Resistensi hormon insulin menjadi faktor risiko terbanyak penyebab PCOS. Hormon insulin dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Sementara kelebihan kadar hormon ini bisa meningkatkan produksi hormon androgen dan menurunkan sensitivitas tubuh terhadap insulin.

Baca Juga : PCOS

2. Faktor genetik

PCOS dapat menurun dalam keluarga. Faktor genetik ini seharusnya bisa ditekan dengan mengubah gaya hidup, Bunda.

Gejala PCOS

Pengidap PCOS biasanya tidak merasakan gejala apa pun pada awal haid. Gejala baru bisa terasa setelah 3 sampai 6 kali siklus haid. Berikut gejala yang dapat dialami Bunda dengan PCOS:

1. Gangguan haid

Pengidap PCOS bisa mengalami siklus haid yang tidak teratur, Bunda. Volume darah haid yang keluar cenderung sedikit dan terkadang tidak menimbulkan nyeri.

Gangguan haid ini juga bisa berupa siklus yang pendek atau panjang. Jarak haid bisa kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari.

2. Pertumbuhan rambut

Peningkatan hormon androgen saat PCOS bisa menyebabkan pertumbuhan rambut di anggota tubuh, seperti punggung, perut, dan dada.

3. Muncul jerawat

Hormon androgen yang berlebih juga bisa menimbulkan jerawat, Bunda. Peningkatan hormon dapat membuat kulit lebih berminyak dari biasanya.

4. Muncul kista-kista kecil

Melalui pemeriksaan USG akan terlihat kista-kista berukuran kecil seperti roda pedati. Beberapa pengidap PCOS juga bisa mengalami penggelapan warna kulit di beberapa area tubuh.

Diagnosis PCOS

Berikut beberapa prosedur medis yang akan dilakukan dokter untuk mendiagnosa PCOS:

1. USG vagina

USG vagina dilakukan untuk memeriksa kondisi rahim, termasuk melihat ada atau tidaknya kista-kista kecil di ovarium. Cara ini sangat akurat dalam mendeteksi PCOS.

2. Tes darah

Selain USG, tes darah juga dapat dilakukan untuk memastikan Bunda mengidap PCOS atau tidak. Tes darah ini dilakukan untuk mengecek kadar hormon dalam darah.

Komplikasi PCOS

PCOS harus segera ditangani setelah Bunda didiagnosis ya, terutama bagi yang sedang program hamil. Berikut komplikasi PCOS:

  • Diabetes gestasional saat hamil
  • Gangguan sindrom metabolik
  • Tekanan darah tinggi saat hamil
  • Gangguan tidur
  • Gangguan kecemasan hingga menyebabkan depresi
  • Keguguran
  • Bayi lahir prematur
  • Infertilitas atau masalah kesuburan

Pengobatan PCOS

Pengobatan PCOS biasanya dilakukan tergantung gejala, Bunda. PCOS dapat diatasi dengan beberapa cara, seperti:

1. Konsumsi obat-obatan

Obat-obatan tertentu dapat diresepkan dokter bagi Bunda yang terkena PCOS. Obat-obatan akan menyesuaikan kondisi, misalnya Bunda sedang program hamil.

Dokter dapat memberikan obat agar induksi ovulasi terjadi. Sedangkan pada pengidap PCOS dengan kadar insulin tinggi mungkin akan diberikan obat jenis metformin.

2. Terapi hormon

Terapi hormon dapat dilakukan untuk pengobatan PCOS. Misalnya, memberikan hormon progesteron. Saat hormon progesteron meningkat, PCOS akan hilang dengan sendirinya. Salah satu terapi hormon bisa dengan konsumsi pil KB yang mengandung progesteron.

Pencegahan PCOS

PCOS dapat dicegah pada Bunda yang memiliki faktor risiko kelebihan insulin dan genetik. Berikut cara mencegah PCOS:

1. Menjaga pola makan

Menjaga asupan makan sangat penting untuk mencegah PCOS. Bunda perlu membatasi konsumsi makanan dan minuman manis, serta tinggi karbohidrat. Selain itu, jangan lupa untuk perbanyak asupan serat ya.

2. Olahraga secara teratur

Perubahan pola hidup yang juga penting adalah olahraga. Aktivitas fisik ini dapat menjaga kesehatan seluruh tubuh dan menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh.

3. Menjaga berat badan ideal

Menjaga pola makan dan olahraga teratur juga dapat membantu menjaga berat badan agar tetap ideal. Perlu diketahui, PCOS banyak diidap oleh wanita yang mengalami obesitas.

PCOS saat hamil

Bunda yang mengidap PCOS saat hamil bisa berisiko mengalami kelahiran prematur, hingga keguguran. Namun, Bunda tetap bisa mendapatkan kehamilan sehat.

Selama hamil, Bunda perlu rutin periksa ke dokter dan menjalani pola hidup sehat. Saat hamil biasanya hormon progesteron akan meningkat dan PCOS akan hilang dengan sendirinya.

Kapan perlu ke dokter?

Bunda perlu memeriksakan diri ke dokter bila gejala PCOS mulai dirasakan, misalnya haid tidak teratur selama 3 sampai 6 bulan berturut-turut. Kunjungan ke dokter juga perlu dilakukan bila Bunda tak kunjung hamil saat menjalani program hamil. PCOS bisa menjadi salah satu faktor risiko wanita sulit mendapatkan momongan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda