Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

10 Cara Menunda Kehamilan yang Aman dan Efektif, Minum Pil KB hingga Pakai Kondom

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Jumat, 25 Aug 2023 21:50 WIB

Ilustrasi Pil KB
10 Cara Menunda Kehamilan yang Aman dan Efektif, Minum Pil KB hingga Pakai Kondom/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Doucefleur
Jakarta -

Ada beberapa cara menunda kehamilan yang aman dan efektif, Bunda. Cara-cara ini terkait dengan program Keluarga Berencana (KB), yakni penggunaan kontrasepsi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud RI), kontrasepsi merupakan cara untuk mencegah kehamilan (dengan menggunakan alat atau obat pencegah kehamilan, seperti spiral, kondom, pil anti-hamil).

Kebanyakan kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah sel telur bertemu sel sperma, sehingga tidak terjadi ovulasi dan kehamilan. Nah, setiap kontrasepsi ini memiliki efektivitas serta kelebihan dan kekurangan.

"Metode kontrasepsi memiliki mekanisme kerja dan efektivitas yang berbeda dalam mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Efektivitas ini diukur dengan jumlah kehamilan per 100 wanita yang menggunakan metode tersebut per tahun," tulis Badan Kesehatan Dunia (WHO) di laman resminya.

Selain untuk menunda kehamilan, beberapa kontrasepsi juga dapat digunakan untuk meredakan gejala premenstrual syndrome (PMS), mengelola endometriosis, hingga mengurangi risiko anemia. Memahami setiap jenis dan metode kontrasepsi sangat penting bagi pasangan suami istri yang ingin program hamil.

Cara menunda kehamilan yang aman dan efektif

Nah, melansir dari beberapa sumber, berikut 10 cara menunda kehamilan yang aman dan efektif:

1. Kondom

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), kondom merupakan sarung yang terbuat dari lateks, polyurethane (plastik), atau membran alami (dari hewan) yang digunakan pria di penisnya. Di Indonesia, jenis kondom paling umum dijual adalah kondom pria.

Kondom bekerja sebagai pelindung yang mencegah sperma masuk ke rahim dan membuahi sel telur. Alat kontrasepsi ini cukup efektif mencegah kehamilan bisa digunakan bersama dengan spermisida, Bunda.

Ulasan di laman Monitoring Berkualitas (Monika) BKKBN menjelaskan bahwa efektivitas kondom sekitar 85 persen dalam menunda kehamilan. Kontrasepsi ini mudah didapat dan tidak mengganggu produksi ASI. Tapi, beberapa orang mungkin bisa mengalami alergi lateks akibat penggunaan kondom.

2. Pil KB oral

Pil KB oral adalah jenis kontrasepsi minum yang juga dapat mencegah dan menunda kehamilan. Ada 2 jenis pil KB yang dapat Bunda gunakan, yakni:

Pil KB kombinasi

Pil KB kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron. Cara kerjanya adalah mencegah pelepasan sel telur dari indung telur dan dapat mengentalkan lendir leher rahim, sehingga bisa mengganggu pertemuan antara sel telur dan sperma.

Jenis kontrasepsi oral ini memiliki efektivitas mencapai 92 persen dalam menunda kehamilan. Pil juga dapat mengurangi perdarahan saat haid, mengurangi jerawat, mengurangi risiko kanker ovarium, serta penyakit radang panggul.

Meski begitu, pil KB kombinasi ini tidak direkomendasikan pada ibu menyusui karena dapat mengganggu produksi ASI. Selain itu, pil KB oral juga dapat mengubah pola haid.

Pil KB progestin

Pil KB progestin mengandung hormon progestin yang juga dapat menunda kehamilan dengan cara kerja yang sama seperti Pil KB kombinasi. Bedanya, pil KB progestin tidak akan mengganggu produksi ASI.

Efektivitas pil KB ini cukup tinggi, yakni mencapai 97 persen. Tapi, untuk mencapai efektivitas ini, Bunda perlu mengonsumsinya rutin sesuai jadwal. Beberapa efek sampingnya bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan mengubah pola haid.

Woman hand holding a contraceptive panel prevent pregnancyIlustrasi Pil KB/ Foto: iStock

3. KB IUD

IUD (Intrauterine Device) atau dikenal KB spiral merupakan alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. Menurut ACOG, tingkat kegagalan IUD untuk mencegah kehamilan kurang dari 1 persen di tahun pertama.

Terdapat dua jenis KB IUD untuk menunda kehamilan, yakni:

KB IUD non hormonal

IUD non hormonal berisi atau berlapis tembaga. Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Dr. dr. Liva Wijaya, Sp.OG, mengatakan bahwa IUD non hormonal dapat digunakan selama 5 sampai 10 tahun. Tetapi, lama masa pakai ini tergantung dari jenis atau mereknya.

IUD non hormonal bekerja dengan cara membuat peradangan atau inflamasi non infeksi di dalam rongga rahim. Peradangan yang terjadi ini membuat rahim menjadi kurang baik untuk konsepsi.

Penggunaan KB IUD non hormonal bisa menimbulkan efek samping. Beberapa di antaranya adalah haid yang lebih panjang, lebih banyak, hingga muncul rasa nyeri haid, dan keputihan.

"Karena isinya tembaga atau benda asing, jadi rahim otomatis merangsang lebih banyak darah keluar saat haid," kata Liva saat dihubungi HaiBunda, beberapa waktu lalu.

KB IUD hormonal

KB IUD hormonal berisi hormon progesteron dan tidak dilapisi oleh tembaga, Bunda. Alat kontrasepsi ini bekerja dengan cara menghambat ovulasi, membuat dinding rahim menjadi tipis, dan menebalkan lendir serviks. Melalui cara kerja tersebut, kehamilan tidak bisa terjadi.

"Kandungan progesteron di IUD hormonal bekerja dengan cara menekan pertumbuhan lapisan rahim, sehingga tidak terjadi haid dan mencegah kehamilan," ujar Liva.

Efek KB IUD hormonal yang utama adalah tidak haid atau sesekali hanya muncul flek. Namun, bukan berarti Bunda tidak bisa haid sama sekali ya. Sekitar 80 persen perempuan yang menggunakan IUD ini biasanya tidak haid atau jarang haid.

4. Kontrasepsi implan

Kontrasepsi implan bisa jadi pilihan untuk menunda kehamilan karena efektivitasnya mencapai 99,95 persen. Artinya, dari 10,000 wanita yang menggunakan implan, hanya 5 perempuan yang masih bisa hamil.

Menurut Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Paruh Waktu di RS Hermina Jatinegara, dr. Adila Rossa Amanda Malik, Sp.OG, kontrasepsi implan mengandung single hormone yang lebih stabil dibandingkan KB suntik 3 bulan. Tapi, kontrasepsi ini tetap memiliki efek samping.

"Kandungan hormon di implan jauh lebih stabil, sehingga tidak menyebabkan efek samping penumpukan cairan," ungkap Adila kepada HaiBunda.

"Meski begitu, implan tetap bisa memengaruhi siklus haid. Bunda mungkin tidak akan mengalami haid teratur selama menggunakan implan," sambungnya.

5. KB suntik

KB suntik diberikan dengan cara menyuntikkan cairan mengandung hormon pada periode waktu tertentu. Cara kerja KB suntik ini hampir sama dengan pil KB.

Ada dua jenis KB suntik yang dapat digunakan untuk menunda kehamilan, yakni:

KB suntik 1 bulan

KB suntik 1 bulan disebut juga KB suntik kombinasi. Alat kontrasepsi ini mengandung hormon medroxyprogesterone acetate (hormon progestin) dengan estradiol cypionate (hormon estrogen), yang memiliki efektivitas sampai 97 persen dalam menunda kehamilan.

Cara kerja KB suntik 1 bulan adalah mencegah pelepasan sel telur dari indung telur dan mengentalkan lendir leher rahim, sehingga mengganggu pertemuan sel telur dan sperma. Meski efektivitasnya tinggi, KB suntik 1 bulan tidak disarankan bagi ibu menyusui karena dapat mengganggu produksi ASI.

KB suntik 3 bulan

KB suntik 3 bulan hanya mengandung hormon progestin (medroxyprogesterone acetate), Bunda. Berbeda dengan KB suntik 1 bulan, KB suntik 3 bulan tidak akan mengganggu produksi ASI, sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui.

Alat kontrasepsi suntik ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menipiskan lapisan rahim. Sementara itu, efektivitas mencapai 99 persen dalam kurun waktu setiap 3 bulan.

Kb suntikIlustrasi KB Suntik/ Foto: Getty Images/iStockphoto/nikom1234

6. Pil kontrasepsi darurat

Pil kontrasepsi darurat dipercaya dapat mencegah kehamilan usai berhubungan intim. WHO menganjurkan untuk menggunakan kontrasepsi darurat dalam 5 hari sejak berhubungan intim. Namun, menjadi lebih efektif bila langsung diminum usai hubungan intim.

Sementara menurut NHK Inggris, penggunaan alat kontrasepsi darurat ini dapat mencegah kehamilan hingga lebih dari 95 persen kehamilan bila digunakan dalam waktu 5 hari setelah berhubungan seksual.

Melansir dari laman WHO dan Planned Parenthood, ada dua jenis pil kontrasepsi darurat yang dapat digunakan untuk menunda kehamilan, yakni:

Pil mengandung ulipristal acetate (UPA)

Untuk menggunakan Pil mengandung ulipristal acetate (UPA), diperlukan resep dari perawat atau dokter. Ada jenis pil UPA yang efektif sebagai 'morning after pill'.

Pil kontrasepsi dapat dikonsumsi hingga 120 jam (5 hari) setelah berhubungan intim tanpa kondom. Pil bekerja dengan baik pada hari ke-5 seperti halnya pada hari ke-1. WHO menganjurkan UPA diminum dalam dosis tunggal 30 miligram (mg).

Pil mengandung levonorgestrel (LNG)

Pil ini sudah banyak ditemukan di sebagian besar apotek. Pil kontrasepsi darurat mengandung levonorgestrel (LNG) ini paling baik diminum dalam waktu 72 jam (3 hari) setelah berhubungan intim tanpa kondom, Bunda.

Meski lewat 3 hari (5 hari), pil kontrasepsi tetap bisa diminum ya. Tapi semakin cepat meminumnya, maka semakin baik kerjanya.

Nah, WHO menganjurkan pil ini juga diminum dalam dosis tunggal 1,5 mg, atau sebagai alternatif LNG dikonsumsi dalam 2 dosis, yaitu 0,75 mg, dengan terpisah jarak 12 jam.

7. Vaginal ring

Vaginal ring atau nuvaring merupakan alat kontrasepsi berbentuk plastik kecil yang lembut dan dipasang di dalam vagina. Bila digunakan dengan benar, alat kontrasepsi ini 99 efektif dalam menunda kehamilan, Bunda.

NHK Inggris menjelaskan bahwa nuvaring bekerja dengan melepaskan dosis hormon estrogen dan progesteron secara terus-menerus ke dalam aliran darah, untuk mencegah kehamilan.

Selain itu, nuvaring juga dapat mengentalkan lendir serviks, sehingga mengganggu pertemuan sperma dan sel telur. Meski dipasang di dalam vagina, nuvaring minim risiko mengganggu hubungan seksual.

8. Alat kontrasepsi Diafragma

Diafragma adalah alat kontrasepsi berbentuk kubah silikon kecil yang lembut. Diafragma ditempatkan di dalam vagina untuk menghalangi sperma masuk rahim, dengan membentuk penghalang fisik antara sperma dan sel telur.

Diafragma harus tetap di tempatnya setidaknya enam jam setelah berhubungan seks. Setelah enam jam, alat ini perlu untuk dikeluarkan dan dibersihkan.

Alat kontrasepsi diafragma dapat digunakan beberapa kali secara berulang, serta dapat bertahan hingga dua tahun dalam perawatan yang tepat. Pilihan kontrasepsi ini baru bekerja dengan cukup baik bila digunakan dengan benar, tetapi tetap tidak sebaik pil, implan kontrasepsi, atau IUD.

9. Sterilisasi

Kontrasepsi sterilisasi atau kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan jangka panjang yang paling efektif. Angka kegagalannya termasuk rendah.

Kontrasepsi steril dilakukan dengan cara memotong saluran tuba fallopi pada wanita atau mengikat maupun memotong saluran sperma pria. Proses kontrasepsi steril pada wanita dikenal sebagai tubektomi. Sementara pada pria dikenal sebagai vasektomi.

Menurut MONIKA BKKBN, efektivitas tubektomi untuk mencegah kehamilan bisa mencapai 99,5 persen. Sedangkan pada vasektomi, efektivitasnya 97 persen.

Perlu diketahui, metode kontrasepsi steril ini bersifat permanen. Pada vasektomi, tingkat keberhasilan untuk mengembalikan kesuburan masih rendah.

10. Alat kontrasepsi spermisida

Spermisida merupakan alat kontrasepsi non-hormonal yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum melakukan berhubungan seksual. Jenis kontrasepsi ini dijual dalam beberapa bentuk, seperti kondom spermisida.

Menurut ACOG, spermisida tidak seefektif metode pencegahan kehamilan lainnya, seperti implan, KB suntik, atau IUD. Selain itu, spermisida yang mengandung nonoxynol-9 juga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual seperti, infeksi human immunodeficiency virus (HIV).

Spermisida bekerja dengan cara 'membunuh' sperma, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Terdapat beberapa jenis dan bentuk spermisida yang dijual di pasaran, seperti kondom spermisida, film kontrasepsi spermisida, jelly spermisida, gel dan krim spermisida, supositoria spermisida, dan spons spermisida.

Sebelum menggunakan spermisida, Bunda hendaknya memahami dulu cara pakainya. Sebab, penggunaan yang kurang tepat bisa mengurangi efektivitasnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda