Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ciri-Ciri Miom Tumor Jinak pada Wanita, Gejalanya Mirip Adenomiosis tapi Bedanya...

Nurul Jasmine Fathia   |   HaiBunda

Kamis, 21 Sep 2023 15:18 WIB

Ilustrasi Vagina
Perbedaan Miom dan Adenomiosis yang Perlu Bunda Ketahui/ Foto: Getty Images/iStockphoto/peakSTOCK

Miom dan adenomiosis adalah dua kondisi berbeda yang dapat memengaruhi organ reproduksi perempuan. Perbedaan miom dan adenomiosis perlu diketahui, terutama bila Bunda berencana untuk memiliki momongan.

Miom dan adenomiosis memiliki gejala yang seringkali sulit dibedakan. Padahal, keduanya bisa dipicu oleh penyebab dan faktor risiko yang berbeda. Tak hanya itu, tingkat kerumitan dalam penanganan kedua kondisi tersebut juga berbeda.

Lalu apa beda miom dan adenomiosis? Bagaimana penanganan dua kondisi medis yang menyerang organ reproduksi perempuan ini?

Apa itu miom?

Leiomyoma atau banyak dikenal dengan miom adalah jenis tumor jinak yang berasal dari otot rahim. Tumor ini dipengaruhi oleh produksi hormon estrogen yang meningkat seiring bertambahnya usia, Bunda.

Sampai saat ini, penyebab miom belum dapat diketahui secara pasti. Namun, para dokter sepakat bahwa ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya miom, yakni:

  • Menstruasi terlalu dini.
  • Berat badan yang berlebihan.
  • Faktor riwayat keluarga.
  • Gaya hidup tak sehat.

Gejala miom

Gejala yang dirasakan pengidap miom biasanya sangat mirip dengan apa yang dirasakan oleh pengidap adenomiosis. Namun, gejala miom biasanya berbeda-beda pada setiap perempuan tergantung di mana letak miom tersebut.

Jika miom terletak di sekitar rahim, maka biasanya Bunda akan merasakan nyeri yang sangat berlebih saat haid dan darah haid yang keluar sangat banyak. Namun, jika miom terletak di sekitar area kandung kemih, maka Bunda biasanya akan merasakan keinginan buang air kecil (BAK) yang sangat sering.

Apabila merasakan beberapa gejala tersebut, Bunda bisa segera periksa ke dokter untuk memastikan kondisi. Dokter biasanya akan melakukan Ultrasonografi (USG) untuk mengetahui penyebabnya. Jika dipastikan penyebabnya adalah miom, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan, yakni Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk mengetahui letak pastinya.

Apa itu adenomiosis?

Berbeda dengan miom, adenomiosis merupakan kondisi pembesaran rahim karena endometrium (dinding rahim) masuk ke dalam otot rahim. Jaringan endometrium yang masuk akan menimbulkan benjolan yang tumbuh di dalam otot dan berbentuk seperti pulau-pulau.

Penyebab dari kondisi ini juga belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa gaya hidup yang kurang sehat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya adenomiosis. Faktor usia pun bisa menjadi salah satu pemicunya, karena adenomiosis umumnya terjadi pada wanita berusia 40 hingga 60 tahun.

Di Indonesia sendiri, kasus adenomiosis cukup banyak ditemukan setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan. Meski tak ada jumlah pasti terkait berapa jumlah pengidapnya, para ahli sepakat jumlah kasus adenomiosis di Indonesia berada di angka kurang lebih 20 persen.

"Tidak ada angka pasti jumlah pengidap adenomiosis karena kondisi ini lebih sulit untuk dideteksi dibandingkan dengan miom", kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi RS Abdi Waluyo, dr. Sigit Diptoadi, dalam acara Peluncuran Pelayanan Focused Ultrasound Ablation (FUA) untuk Pasien Mioma di RS Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/23).

Gejala adenomiosis

Beberapa gejala adenomiosis sangat mirip dengan gejala miom. Namun, pengidap adenomiosis umumnya akan merasakan keluhan yang lebih berat.

Gejala yang dirasakan di antaranya adalah nyeri yang sangat berat saat menstruasi, nyeri di area panggul, dan gangguan kesuburan mulai dari ringan sampai berat. Gejala adenomiosis menjadi lebih berat dari gejala miom karena benjolan akibat adenomiosis bersifat mengakar.

Perbedaan miom dan adenomiosis lainnya

Selain gejala yang berbeda, ada beberapa pembeda miom dan adenomiosis lainnya yang cukup mendasar, yakni:

1. Jangka waktu kekambuhan

Miom memang dapat diobati dengan berbagai prosedur yang tersedia. Namun, bukan berarti miom bisa benar-benar hilang ya, Bunda. Dalam beberapa kasus, miom bisa kambuh kembali dalam jangka waktu 3 hingga 5 tahun.

Berbeda dengan miom, adenomiosis yang telah diobati juga masih memiliki kemungkinan untuk kambuh, namun dalam jangka waktu 1 hingga 2 tahun. Tetapi, waktu tersebut bukanlah waktu yang mutlak karena kondisi jaringan adenomiosis bisa berbeda-beda pada setiap kasus.

2. Kesulitan dalam proses pengangkatan jaringan

Miom lebih mudah untuk diangkat melalui penanganan medis yang tersedia. Hal ini karena lokasi miom dapat terlihat sangat jelas melalui USG dan MRI.

Meski dalam ukuran besar dan banyak, pengangkatan miom akan tetap lebih mudah, bila dibandingkan pengangkatan adenomiosis.

Sementara, proses mengangkat adenomiosis jauh lebih sulit dibandingkan miom. Penyebabnya karena sifat pertumbuhan adenomiosis lebih mengakar. Proses pengangkatan adenomiosis umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus memastikan kebersihan dan keamanan area di sekitarnya.

Meski keduanya berbeda secara medis, langkah pengobatan yang bisa ditempuh kurang lebih tetap sama. Kira-kira langkah pengobatan apa ya yang bisa dipilih untuk mengatasi miom dan adenomiosis?

Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


PROSES PENGOBATAN UNTUK MIOM DAN ADENOMIOSIS

Ilustrasi Vagina

Perbedaan Miom dan Adenomiosis yang Perlu Bunda Ketahui/ Foto: Getty Images/iStockphoto/peakSTOCK

Pengobatan miom dan adenomiosis

Berikut beberapa pilihan pengobatan pada kondisi miom dan adenomiosis:

1. Laparotomi

Langkah pengobatan miom dan adenomiosis yang cukup populer adalah laparotomi. Metode ini merupakan pengobatan invasif yang membuat Bunda harus menjalani prosedur pembedahan. Saat tindakan laparotomi, dokter akan membuat sayatan kurang lebih 20 cm di area perut dan mulai mengangkat tumor-tumor (miom) yang ada di area rahim.

Kekurangan prosedur ini adalah risiko komplikasi pasca operasi yang cukup besar khususnya pada area jahitan. Risiko ini akan semakin besar terutama pada pasien dengan ukuran berat badan berlebih atau obesitas.

Banner Tanda Kehamilan

2. Laparoskopi

Sedikit berbeda dengan laparotomi, pada tindakan laparoskopi, luka dan jahitan yang dibuat akan lebih sedikit dan lebih kecil. Bila memilih pengobatan dengan cara ini, dokter akan membuat lubang berukuran 3 hingga 5 cm di area perut.

Dari lubang tersebut, dokter akan memasukkan alat yang dilengkapi dengan kamera untuk mengangkat benjolan-benjolan (miom). Proses penyembuhan akan berlangsung lebih cepat bila Bunda memilih laparoskopi sebagai langkah pengobatan.

3. Focused Ultrasound Ablation (FUA)

Focused Ultrasound Ablation (FUA) merupakan metode penanganan miom dan adenomiosis yang baru saja diluncurkan di Indonesia, Bunda. FUA bekerja dengan cara mengablasi area tumor dan mengubahnya menjadi gas atau cairan yang akan diserap dengan sendirinya oleh tubuh.

Prosedur ini dipercaya memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tinggi dan sama sekali tidak merusak organ reproduksi. Proses penyembuhan juga berlangsung lebih cepat dalam jangka waktu 1 hingga 2 hari.

"FUA bisa menghilangkan tumor tanpa menyakiti pasien dan merusak bagian lain. Selain itu, tingkat keberhasilan FUA pun telah mencapai 80 persen," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr. Indra Adi Susianto, dalam kesempatan yang sama.

Demikian perbedaan miom dan adenomiosis yang perlu Bunda ketahui, terutama bila berencana untuk hamil. Jika merasakan gejala yang mirip dengan miom dan adenomiosis, ada baiknya segera memeriksakan diri ke dokter ya.

Semoga informasi ini bermanfaat, Bunda!

Simak juga penyebab dan cara mencegah kanker serviks, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


(Nurul Jasmine Fathia/ank)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda