KEHAMILAN
Jangan Dianggap Sepele, Postpartum Depression Bisa Berujung Tragis seperti Seorang Bunda di Thailand
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Jumat, 22 Sep 2023 18:40 WIBDisclaimer: Jika Bunda menemukan gejala bunuh diri/menyakiti diri sendiri pada orang terdekat segera hubungi lima rumah sakit yang disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan bunuh diri, yakni:
1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444
Ada pula nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.
Pranaiya Oulapathorn mengakhiri hidup bersama bayinya yang baru berusia enam bulan karena mengalami postpartum depression. Padahal, Pranaiya semasa hidupnya dikenal sebagai perempuan yang selalu bahagia.
Wanita tinggal di Thailand ini melahirkan anak pertamanya yang bernama Arthur pada Maret 2021. Setelah melahirkan, kehidupan Pranaiya tampak baik-baik saja, Bunda.
Namun, beberapa bulan kemudian, Pranaiya mulai mengalami kesulitan. Salah satu tantangan utamanya adalah sulit untuk menyusui Arthur.
Sebagai ibu baru, Pranaiya merasa tidak mampu memberikan ASI sebanyak yang dibutuhkan putranya. Saluran ASI Pranaiya tersumbat dan kehidupannya berubah seperti lingkaran tanpa henti, di mana ia terus memompa ASI untuk memenuhi kebutuhan Arthur.
"Dia menjadi terpaku pada hal ini dan mulai memberikan tekanan pada diri sendiri untuk mencoba mendapatkan ASI sebanyak mungkin," kata sang suami Hamish Magoffin, dilansir CNN.
Setelah berminggu-minggu kesulitan memberikan ASI, Pranaiya dan Magoffin memutuskan untuk beralih ke susu formula. Pasangan ini berharap keputusan tersebut akan mengurangi tingkat kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur Pranaiya. Sejak melahirkan, Pranaiya memang kerap mengalami kesulitan tidur.
Keputusan untuk beralih ke susu formula nyatanya tak berhasil mengubah pola tidur Pranaiya. Perempuan 37 tahun ini malah mengalami insomnia.
"Mengerikan sekali. Tidurnya malah terganggu," ujar Magoffin.
Pranaiya juga sering menjadi khawatir dan sulit melakukan apa pun. Ia terus berjuang untuk mengatasi masalah kesulitan tidur dan melawan pikiran-pikiran negatif di kepalanya.
Pada tanggal 1 September 2021, kurang dari enam bulan setelah melahirkan dan sebulan setelah didiagnosis postpartum depression, Pranaiya mengakhiri hidupnya bersama sang putra Arthur.
Pranaiya sosok perempuan yang bahagia
Pranaiya dikenal memiliki hubungan yang baik dengan anak-anak. Ia juga sering disebut sebagai bibi yang sangat baik oleh anak-anak temannya.
Sebenarnya, memiliki anak bukanlah prioritas Pranaiya. Namun, begitu ia dan suami memutuskan untuk membangun keluarga, Pranaiya sangat menantikan diri sebagai ibu.
Menurut kakak perempuannya, Pongnadda 'Pong' Oulapathorn, Pranaiya adalah seorang ibu yang bahagia dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Ia tampak tak mengalami baby blues. Pranaiya dan suaminya juga menjalani semua rutinitas seperti biasanya usai dikaruniai anak. Bahkan saat keduanya harus menghadapi pandemi COVID-19.
Pranaiya merupakan lulusan Universitas Oxford yang berhasil meraih gelar MBA. Ia memutuskan untuk kembali ke Thailand bersama suaminya dan bekerja di bank terkemuka sebelum bergabung dengan bisnis keluarga.
Pong menggambarkan adiknya sebagai pekerja keras yang melakukan semuanya sendiri dan selalu mencapai hasil sesuai keinginan. Namun ketika menjadi ibu, Pong merasa adiknya itu berada di luar kendali dirinya sendiri. Pranaiya seperti menyadari bahwa sekeras apa pun ia berusaha, banyak hal yang tidak sejalan dengan rencana, dan ini menjadi sumber kecemasan terbesarnya.
"Membesarkan bayi untuk pertama kalnya, tidak semuanya bisa dalam kendali... ASI dan bayi itu sendiri. Semuanya itu menumpuk dari hari ke hari tanpa dia sadari," kata Pong.
Sempat mendapatkan pengobatan
Stres yang dialami Pranaiya dimulai saat anaknya terus merasa lapar, meski telah beralih ke susu formula. Hal tersebut menyebabkan Pranaiya mengidap tinnitus dan insomnia, sehingga dokter meresepkan steroid dan obat tidur untuk mengatasi kondisi tersebut. Namun, obat-obatan tidak begitu berpengaruh bagi Bunda satu anak ini.
Pranaiya juga sempat bertemu dengan seorang kerabat yang pernah mengalami postpartum depression dan pulih. Namun, tak lama setelah itu, segalanya malah berubah menjadi gelap.
Pranaiya mulai bicara tentang keinginannya untuk menghilang dan ingin segala sesuatunya kembali seperti sebelum melahirkan. Pranaiya mengatakan bahwa dia tidak menginginkan Arthur ada lagi, Bunda.
Mendengar ucapan Pranaiya, sang suami pun menyarankan istrinya untuk menemui profesional. Pranaiya setuju dan sempat menjalani beberapa pengobatan hingga didiagnosis mengalami depresi.
Sebelum mengakhiri hidupnya, suasana hati Pranaiya sempat membaik. Begitu lah yang dipikirkan sang suami.
Pasangan itu telah mengatur makan malam untuk merayakan ulang tahun pernikahan ke-10. Namun, keesokan paginya, Pranaiya mengakhiri hidupnya bersama sang putra.
Sepeninggal sang istri, Magoffin bangkit dan mendirikan yayasan untuk meningkatkan kesadaran akan postpartum depression. Ia bertekad untuk memberikan pendidikan, perawatan, dan penelitian yang lebih baik terkait kondisi yang pernah diidap mendiang istrinya.
Postpartum depression atau depresi pasca persalinan dapat dialami setiap Bunda yang baru melahirkan, tanpa terkecuali. Lalu apa saja gejala postpartum depression ini ya, Bunda?
Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/som)
MENGENAL POSTPARTUM DEPRESSION DAN GEJALANYA