Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Perbedaan Operasi Caesar Cito dan Caesar Biasa Terencana & Risikonya

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 08 Nov 2023 17:20 WIB

Mitos persalinan caesar
Perbedaan Operasi Caesar Cito dan Caesar Biasa Terencana & Risikonya/Foto: Getty Images/FatCamera
Daftar Isi
Jakarta -

Operasi caesar ada dua jenis. Yakni Cito dan caesar biasa terencana. Ketahui perbedaannya serta risikonya, Bunda.

Operasi caesar (C-section) ini mungkin direncanakan atau tidak direncanakan. Operasi caesar dilakukan untuk melahirkan bayi dengan membuat sayatan tepat di bawah garis bikini, melalui perut dan rahim, sehingga bayi dapat diangkat keluar.

Ibu hamil yang operasi caesar biasanya karena tidak memungkinkannya persalinan pervaginam, atau ketika kesehatan ibu hamil dan bayi dalam bahaya. 

Perbedaan caesar cito dan terencana

Melansir laman Tommys, ada dua jenis persalinan caesar, yakni caesar terencana dan darurat (Cito).  

1. Operasi caesar terencana

Bagi sejumlah ibu hamil, terkadang operasi caesar mungkin lebih aman untuk ibu hamil atau bayinya dibandingkan melahirkan secara normal. Operasi caesar terencana ini ditawarkan jika ibu hamil:

  • Ada masalah pada plasenta, misalnya plasenta letak rendah (plasenta praevia).
  • Bayi berbaring dalam posisi sulit untuk melahirkan, seperti dari bawah ke bawah (sungsang).
  • Bunda hamil bayi kembar yang berbagi plasenta atau jika salah satu bayi berada dalam posisi sulit untuk dilahirkan.
  • Bunda hamil lebih dari 2 bayi.
  • Ibu hamil yang mengidap HIV atau herpes genital. Beberapa ibu hamil mungkin memerlukan operasi caesar untuk mengurangi risiko penularan virus ke bayinya.

Apabila dokter menawari Bunda operasi caesar, itu pilihan apakah Bunda mau menjalaninya atau tidak. Terkadang ibu hamil mungkin ingin operasi caesar meski tidak ada kebutuhan medis. 

Ibu hamil biasanya akan menjalani operasi caesar terencana pada usia kehamilan 39 minggu. Tujuannya adalah melakukan operasi caesar sebelum Bunda melahirkan. Bayi yang lahir sebelum usia 39 minggu lebih mungkin membutuhkan bantuan pernapasan. Terkadang ada alasan medis untuk melahirkan bayi lebih awal dari waktu tersebut. 

2. Operasi caesar darurat (cito)

Ibu hamil mungkin menjalani operasi caesar darurat yang tidak direncanakan jika bayi perlu dilahirkan dengan cepat. Hal ini mungkin terjadi jika persalinan tidak mengalami kemajuan atau ada kekhawatiran mengenai kesejahteraan Bunda atau bayi.

Kata 'darurat' terdengar terburu-buru, namun sering kali ada waktu untuk memutuskan apakah Bunda ingin menjalani operasi caesar. Dokter dan bidan akan menjelaskan pilihan Bunda. Jika kesehatan Bunda atau bayi terancam, Bunda mungkin perlu menjalani operasi caesar lebih cepat.

Staf Medis Women Health Service RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, dr. Ilham Utama Surya, SpOG, pernah menjelaskan, cito adalah persalinan darurat yang tidak bisa ditunda. Pada kondisi ini, kontraksi melahirkan bisa muncul di usia kehamilan belum cukup bulan.

"Kalau secara normal, ada kontraksi pada rahim yang bisa mengakibatkan bayi keluar. Nah, ini kontraksinya terjadi saat usia kehamilan di bawah 37 minggu," kata Ilham saat dihubungi HaiBunda, beberapa waktu lalu.

Metode melahirkan cito sama dengan prosedur persalinan pada umumnya. Namun, proses melahirkan ini perlu dilakukan dengan tepat, terutama pada bumil yang mengalami perburukan karena kondisi kesehatannya.

"Melahirkan bayi itu dapat mengubah sistem yang ada di ibu, yang semuanya ditujukan untuk mendukung janin dalam rahim. Ketika ada suatu penyakit, sistem bisa berubah dan bisa memperburuk keadaan ibu atau bayinya. Kalau rantai itu diputus dengan persalinan, harapannya adalah keadaan bisa kembali seperti semula," ungkap Ilham.

Berikut beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil perlu dioperasi caesar Cito. 

  1. Persalinan tidak mengalami kemajuan: Disebut juga persalinan berkepanjangan, ini berarti serviks melebar dan berhenti, tidak mengecil (atau menipis) atau bayi Anda berhenti bergerak ke jalan lahir.
  2. Kompresi tali pusat: Tali pusat dilingkarkan di leher atau tubuh bayi atau terjepit di antara kepala bayi dan panggul.
  3. Prolaps tali pusat: Tali pusat keluar dari leher rahim sebelum bayi keluar.
  4. Solusio plasenta: Plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum bayi lahir.
  5. Gawat janin: Bayi mungkin mengalami masalah yang menyebabkan detak jantung tidak teratur selama persalinan. Dokter kandungan kemungkinan memutuskan bahwa bayi tidak dapat lagi mentoleransi persalinan dan diperlukan operasi caesar.
Newborn child seconds and minutes after birth.Ilustrasi persalinan/ Foto: Getty Images/mustafagull

Risiko operasi caesar

Dikutip dari Mayoclinic, operasi caesar seperti operasi besar lainnya yang memiliki risiko. Risiko ini bisa pada bayi atau Bunda.

Risiko pada bayi antara lain:

  • Masalah pernapasan. Bayi yang lahir melalui operasi caesar terjadwal lebih mungkin mengalami masalah pernapasan yang menyebabkan bayi bernapas terlalu cepat selama beberapa hari setelah lahir (transient tachypnea).
  • Cedera bedah. Meski jarang terjadi, goresan yang tidak disengaja pada kulit bayi bisa saja terjadi saat operasi.
Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold Improve FormulaBlackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold Improve Formula/ Foto: lazada

Risiko bagi ibu meliputi:

  • Infeksi. Setelah operasi caesar, mungkin terdapat risiko terjadinya infeksi pada lapisan rahim (endometritis), pada saluran kemih, atau pada lokasi sayatan.
  • Kehilangan darah. Operasi caesar dapat menyebabkan pendarahan hebat selama dan setelah melahirkan.
  • Reaksi terhadap anestesi. Reaksi terhadap semua jenis anestesi mungkin terjadi.
  • Gumpalan darah. Operasi caesar dapat meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah di dalam vena dalam, terutama di kaki atau panggul (trombosis vena dalam). Jika bekuan darah berpindah ke paru-paru dan menghalangi aliran darah (emboli paru), kerusakannya dapat mengancam jiwa.
  • Cedera bedah. Meskipun jarang terjadi, cedera bedah pada kandung kemih atau usus dapat terjadi selama operasi caesar.
  • Peningkatan risiko selama kehamilan berikutnya. Menjalani operasi caesar meningkatkan risiko komplikasi pada kehamilan selanjutnya dan operasi lainnya. Semakin banyak operasi caesar, semakin tinggi pula risiko terjadinya plasenta previa, yaitu kondisi menempelnya plasenta pada dinding rahim (plasenta akreta).
  • Operasi caesar juga meningkatkan risiko robeknya rahim di sepanjang garis bekas luka (ruptur uteri) bagi wanita yang mencoba melahirkan melalui vagina pada kehamilan berikutnya.


Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda