Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Sempat Tak Sadar Hamil Ektopik, Wanita Ini Melahirkan Bayi yang Tumbuh di Organ Perut

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Selasa, 19 Dec 2023 22:05 WIB

Ilustrasi USG
Ilustrasi Kehamilan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Natali_Mis

Kehamilan ektopik dapat terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di luar rahim. Pada kasus yang umum terjadi, Bunda yang mengalami kondisi ini tidak bisa melanjutkan kehamilannya.

Menurut NHK Inggris, kehamilan bahkan tidak bisa diselamatkan pada kondisi ini. Jika sel telur tumbuh di luar rahim (umumnya di saluran tuba), maka janin tidak akan berkembang dan berisiko kematian pada ibu.

Namun, hal menakjubkan justru terjadi pada seorang perempuan di Perancis. Ia bisa melahirkan bayinya yang tumbuh di organ perut setelah sebelumnya didiagnosis mengalami kehamilan ektopik.

Dilansir Live Science, perempuan yang tidak diketahui identitasnya ini sempat mengalami sakit perut dan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakannya. Tanpa diketahui, ternyata ia sudah memasuki trimester kedua dari kehamilan ektopik yang jarang terjadi, di mana janin tumbuh di perutnya.

Kasus baru ini dilaporkan dalam The New England Journal of Medicine pada 9 Desember 2023. Menurut laporan, perempuan ini mengalami sakit perut selama 10 hari sebelum akhirnya ia mencari pertolongan medis di unit gawat darurat. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter mencurigai dia tengah mengandung bayi di perutnya.

Baca Juga : Ektopik

Sebelum kehamilan ini, perempuan tersebut telah melahirkan dua bayi cukup bulan dan mengalami satu kali keguguran, Bunda. Hasil USG terakhir menunjukkan bahwa lapisan rahimnya menebal, yang biasanya terjadi selama siklus haid atau saat tubuh bersiap menghadapi kemungkinan kehamilan.

Namun, dari hasil USG tidak ditemukan janin di dalam rahim. Sebaliknya, janin ditemukan telah tumbuh di perutnya selama 23 minggu.

Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan bahwa bayi tersebut terbentuk secara normal dan menempel pada plasentanya. Sementara itu, plasenta ini ditemukan menempel pada lapisan perut di atas tulang yang menjadi dasar tulang belakang.

Kehamilan ektopik umumnya tidak dapat berlangsung sampai cukup bulan, yakni sekitar usia 37 hingga 41 minggu. Apalagi pada kondisi ini, janin tidak didukung oleh jaringan yang tepat dan tidak memiliki cukup ruang untuk tumbuh.

Kehamilan yang dialami perempuan ini dianggap sangat berisiko karena malposisi sel telur dapat merusak organ tempat implantasinya, sehingga memicu perdarahan hebat dan kemungkinan infeksi. Perawatan standarnya adalah dengan menghilangkan kehamilan melalui operasi atau menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhannya.

Tim medis lalu memutuskan untuk menunggu sampai janin berusia 29 bulan untuk dilahirkan. Lalu bagaimana prosedur persalinan yang dijalani untuk mengeluarkan bayi dari perut dan bagaimana kondisinya?

Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


BAYI LAHIR SELAMAT

Ilustrasi USG

Ilustrasi USG/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Jalani proses persalinan yang tak biasa dan bayi selamat

Perempuan ini lantas dipindahkan ke rumah sakit lebih besar untuk dipantau secara cermat sepanjang minggu-minggu kehamilannya, Bunda. Enam minggu kemudian, ahli bedah membedah perut perempuan ini melalui prosedur laparotomi. Ia pun melahirkan bayinya yang langsung mendapatkan perawatan di neonatal intensive care unit (NICU).

Bayi ini lahir dalam kondisi prematur atau di usia 29 minggu. Menurut data, sekitar 80 hingga 90 persen bayi yang lahir lebih dari 28 minggu dapat bertahan hidup, tentunya dengan bantuan perawatan intensif.

Banner Menu Sayur Tanpa Santan

Bisa dikatakan, proses persalinan perempuan ini juga berjalan lancar meski mengalami kondisi langka. Bayi dapat dikeluarkan, plasentanya telah diangkat melalui operasi, sementara sisanya dikeluarkan melalui prosedur lanjutan.

Menurut laporan, 25 hari setelah melahirkan, perempuan ini keluar dari rumah sakit. Sekitar sebulan kemudian, ia diizinkan untuk membawa bayinya pulang. Nah, satu hal yang tid dimasukkan ke dalam laporan ini adalah penulis tidak menjelaskan kondisi ibu dan anak ini setelah pulang dari rumah sakit.

Simak juga tips mencegah kehamilan ektopik, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


(ank/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda