

Bundapedia
Ektopik
Annisa Karnesyia | Haibunda
Ektopik atau kehamilan ektopik disebut juga hamil di luar rahim. Kondisi ini umumnya diketahui pada awal kehamilan, Bunda.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi tumbuh di luar rahim. Lebih dari 90 persen kehamilan ektopik terjadi di tuba fallopi (saluran tuba).
Sedangkan menurut American Academy of Family Physicians (AAFP), kehamilan ektopik terjadi pada sekitar 1 dari setiap 50 kehamilan atau 20 dari 1.000. Pada kehamilan ektopik, seorang wanita akan mendapatkan hasil test pack positif, meski sel telur yang dibuahi tumbuh di luar rahim.
Penyebab dan faktor risiko kehamilan ektopik
Dilansir Healthline, penyebab pasti kehamilan ektopik belum diketahui secara pasti. Namun, dalam beberapa kasus, kehamilan ektopik dikaitkan dengan beberapa kondisi dan faktor risiko, seperti:
- Peradangan dan jaringan parut pada saluran tuba karena kondisi medis yang dialami sebelumnya, infeksi, atau pembedahan
- Faktor hormonal
- Kelainan genetik
- Cacat lahir
- Kondisi medis yang mempengaruhi bentuk dan kondisi saluran tuba dan organ reproduksi
- Infeksi menular seksual (IMS), seperti gonore atau klamidia
- Penyakit radang panggul
- Riwayat mengalami kehamilan ektopik
- Endometriosis
Faktor risiko lain yang dapat meningkatkan kehamilan ektopik pada wanita, meliputi:
- Kebiasaan merokok
- Usia lebih dari 35 tahun
- Mengalami riwayat infertilitas
- Menjalani program bayi tabung
Gejala kehamilan ektopik
Pada awalnya, kehamilan ektopik mungkin terasa seperti kehamilan biasa dengan beberapa tanda yang sama, yakni terlambat haid, nyeri di payudara, atau sakit perut.
Namun, pada kehamilan ektopik, biasanya muncul tanda atau gejala yang tidak normal lainnya. Berikut tanda kehamilan ektopik menurut ACOG:
- Perdarahan vagina yang tidak normal
- Nyeri punggung bawah
- Nyeri ringan di perut atau panggul
- Kram ringan di satu sisi panggul
Pada tahap tersebut, mungkin sulit bagi kita untuk mengetahui pasti adanya kehamilan ektopik. Tapi bila sudah mengalami perdarahan yang tidak normal, Bunda harus segera ke dokter.
Gejala yang lebih serius dari kehamilan ektopik dapat berkembang, terutama bila saluran tuba sampai pecah. Berikut gejalanya yang perlu diwaspadai:
- Tiba-tiba sakit parah di perut atau panggul
- Muncul rasa sakit di bahu
- Kelemahan, pusing, atau pingsan
Saluran tuba yang pecah dapat menyebabkan perdarahan internal yang mengancam jiwa. Jika Bunda tiba-tiba merasakan sakit yang parah, termasuk sakit bahu dan tubuh menjadi lemak, segara periksa kondisi ke dokter.
![]() |
Diagnosis kehamilan ektopik
Bila Bunda merasakan gejala di atas, segera cek kondisi ke dokter. Dokter umumnya akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, seperti:
- Pemeriksaan panggul
- Pemeriksaan USG transvaginal untuk melihat perkembangan kehamilan dan janin
- Tes darah untuk mengecek hormon kehamilan yang disebut human chorionic gonadotropin (hCG) dan progesteron
Penanganan kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik perlu segera ditangani secara medis. Berikut tata laksana kehamilan ektopik:
1. Pemberian obat-obatan
Dokter dapat meresepkan beberapa obat untuk mencegah massa ektopik pecah. Menurut AAFP, salah satu obat umum untuk ini adalah methotrexate (Rheumatrex).
"Methotrexate berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan sel yang membelah dengan cepat, seperti sel massa ektopik. Saat mendapatkan pengobatan ini, wanita akan menjalani tes darah secara teratur. Bila efektif, obat tersebut akan menyebabkan gejala yang mirip dengan keguguran, seperti kram, perdarahan, dan keluarnya jaringan dalam darah," kata profesor dan praktisi kesehatan holistik, Debra Rose Wilson, Ph.D.
2. Operasi
Banyak ahli bedah menyarankan untuk mengeluarkan embrio dan memperbaiki kerusakan internal sebagai penanganan kehamilan ektopik, Bunda. Prosedur ini disebut laparotomi.
Dokter akan memasukkan kamera kecil melalui sayatan. Kemudian, dokter akan mengangkat embrio dan memperbaiki kerusakan pada tuba fallopi.
"Jika operasi tidak berhasil, maka dokter dapat mengulang laparotomi melalui sayatan yang lebih besar. Dokter mungkin juga perlu mengangkat tuba fallopi selama operasi jika rusak." ujar Wilson.
Setelah tindakan operasi, Bunda diharuskan untuk istirahat dan menjaga bekas luka sayatan selalu bersih untuk menghindari infeksi. Selain itu, Bunda juga perlu memenuhi asupan cairan untuk mencegah konstipasi.
Apakah kehamilan ektopik dapat dicegah?
Kita tidak bisa memprediksi kehamilan ektopik yang artinya tak dapat dicegah. Namun, Bunda dapat meminimalkan risikonya dengan menjaga kesehatan reproduksi dengan baik.
Hindari aktivitas seksual yang bisa memicu risiko IMS, yang dapat menyebabkan penyakit radang panggul. Selain itu, Bunda juga perlu menjalani pola hidup sehat dan kontrol ke dokter bila ingin program hamil.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!