Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Vagina Berdarah saat Berhubungan Intim, Ketahui Penyebab dan Cara Mengatasinya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 10 Apr 2024 21:10 WIB

Ilustrasi Suami Istri
Ilustrasi Suami Istri/ Foto: Getty Images/iStockphoto/silverkblack
Daftar Isi
Jakarta -

Vagina berdarah saat berhubungan intim dapat terjadi dan sering kali membuat pasangan suami istri khawatir. Darah yang keluar umumnya langsung berhenti setelah aktivitas seksual dihentikan.

Dokter Monique Rainford, MD, mengatakan bahwa keluarnya darah selama atau setelah berhubungan intim adalah hal yang biasa dan tidak selalu mengkhawatirkan, Bunda. Kondisi ini disebut juga postcoital bleeding atau perdarahan pasca koitus.

Menurut ulasan di Obstetrics and Gynecology International tahun 2014, sebanyak 9 persen perempuan yang pernah mengalami vagina berdarah setelah berhubungan intim yang tidak berhubungan dengan periode haid. Sekitar 46 sampai 63 persen perempuan pasca menopause mengalami perdarahan ini selama atau setelah berhubungan seks. Keluhan lainnya meliputi kekeringan, gatal, dan nyeri tekan di area vagina.

Menurut Rainford, ada beberapa penyebab vagina berdarah saat atau setelah berhubungan intim. Mengetahui penyebabnya sangat penting untuk memastikan kondisi Bunda baik-baik saja.

"Meskipun sebagian besar penyebabnya tidak serius, ada baiknya berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan bila mengalami perdarahan di luar siklus haid," ujar Rainford, dilansir Very Well Family.

Penyebab vagina berdarah setelah berhubungan intim

Berikut beberapa penyebab vagina berdarah setelah berhubungan intim yang perlu Bunda waspadai:

1. Polip jinak

Pertumbuhan polip jinak pada leher rahim (polip serviks) atau di rahim (polip rahim atau endometrium) adalah penyebab umum perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual. Polip serviks cenderung berkembang pada perempuan bersuai 40-an dan 50-an, dan mereka yang pernah mengalami kehamilan ganda. Polip serviks terdiri dari banyak kapiler dan mudah berdarah bila disentuh.

Sedangkan polip rahim merupakan benjolan kecil berupa jaringan lunak yang menonjol dari dalam rahim. Benjolan ini ini rentan menyebabkan perdarahan di antara periode haid, saat berhubungan seks, dan setelah menopause. Polip rahim cenderung berkembang di usia antara 36 sampai 55 tahun.

2. Infeksi

Mengutip laman Healthline, beberapa infeksi dapat menyebabkan peradangan pada jaringan di vagina, Bunda. Pada akhirnya, kondisi tersebut bisa menimbulkan perdarahan di vagina saat atau setelah berhubungan seksual.

Berikut beberapa infeksi yang dapat menyebabkan vagina berdarah saat berhubungan intim:

  • Penyakit radang panggul atau infeksi pada organ reproduksi di perut bagian bawah, yang meliputi saluran tuba, ovarium, leher rahim, dan rahim.
  • Infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia.
  • Servisitis, yaitu peradangan pada leher rahim yang terjadi akibat infeksi.
  • Vulvovaginitis, yaitu peradangan pada vulva dan vagina yang sering terjadi akibat infeksi.

3. Cervical ectropion (ektropion serviks)

Cervical ectropion adalah suatu kondisi non-kanker di mana sel-sel yang biasanya melapisi bagian dalam serviks menonjol keluar melalui serviks yang terbuka (ostium serviks). Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah rapuh di leher rahim akan membesar dan meradang, hingga menyebabkan vagina berdarah.

"Perdarahan sering terjadi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, dan saat pemasangan spekulum saat pemeriksaan panggul," kata Rainford.

Cervical ectropion dapat terjadi pada remaja, Bunda yang mengonsumsi pil KB, dan ibu hamil yang leher rahimnya cenderung lunak. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan pengobatan kecuali bila terjadi keputihan yang berlebihan atau perdarahan.

Ilustrasi Suami IstriIlustrasi Suami Istri/ Foto: Getty Images/iStockphoto/theevening

4. Vaginitis atrofi

Perempuan pasca menopause sering mengalami perdarahan saat atau setelah berhubungan intim. Penyebabnya karena penurunan kadar estrogen dalam tubuh yang menyebabkan dinding vagina menipis dan menghasilkan lebih sedikit lendir pelumas. Kondisi ini disebut sebagai vaginitis atrofi yang biasanya menyebabkan vagina terasa gatal dan terbakar.

Perempuan berusia lebih muda juga bisa terkena vaginitis atrofi, Buinda. Sering kali penyebabnya karena infeksi bakteri atau jamur. Namun, perdarahan pascakoitus biasanya bukan merupakan gejala dari kondisi ini.

5. Trauma

Vagina berdarah juga sering kali dikaitkan dengan infeksi dan kelainan pada rahim, vagina, atau leher rahim. Namun, perdarahan juga bisa terjadi karena jaringan yang rentan terluka.

"Misalnya, berhubungan intim yang terlalu ekstrem dapat menyebabkan luka, goresan, atau robekan pada vagina. Hal tersebut lebih mungkin terjadi saat vagina dalam kondisikering, misalnya saat menopause, menyusui, atau akibat douching berlebihan," ujar Rainford.

6. Endometriosis

Endometriosis adalah penyakit kronis yang diidap oleh 70 juta perempuan di seluruh dunia. Prevalensi endometriosis sekitar 10 sampai 15 persen terjadi pada perempuan usia reproduksi.

Endometriosis adalah jaringan mirip pelapis dinding rahim (endometrium) yang tumbuh di luar rongga rahim, dan dapat memicu reaksi menahun. Penyakit ini merupakan sebuah penyakit yang kronik sistemik.

Ada berbagai gejala endometriosis dan ini tergantung pada organ mana yang terkena dampaknya. Bagi banyak perempuan, gejala dapat meliputi nyeri saat berhubungan intim, nyeri orgasme, dan perdarahan setelah berhubungan.

7. Kanker

Perdarahan vagina yang tidak teratur, termasuk keluar darah setelah berhubungan seksual, merupakan gejala umum kanker serviks atau vagina. Menurut tinjauan literatur di The Obstetrician & Gynaecologist tahun 2021, sekitar 3,8 persen perempuan dengan perdarahan pasca koitus mengidap kanker serviks.

Perdarahan ini dapat muncul karena pembuluh darah yang menyuplai darah pecah saat tumor membesar. Tumor dapat bervariasi tergantung pada jenis kankernya.

Cara mengatasi keluar darah saat berhubungan intim

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keluarnya darah saat berhubungan seksual. Beberapa di antaranya adalah pilihan pengobatan bila perdarahan disebabkan masalah kesehatan.

Melansir dari beberapa sumber, berikut cara mengatasinya:

  1. Menggunakan pelembap atau pelumas saat berhubungan seksual. Pelumas dapat mengurangi risiko gesekan yang tidak nyaman, terutama karena vagina kering.
  2. Mengubah posisi seks dapat membantu mengurangi nyeri dan perdarahan akibat endometriosis. Misalnya, posisi misionaris dapat menambah tekanan pada vagina dan menyebabkan rasa sakit. Posisi menyamping mungkin lebih nyaman.
  3. Penggunaan antibiotik sesuai resep dokter untuk mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri.
  4. Tindakan pengangkatan polip, terutama yang menyebabkan perdarahan signifikan dan tampak tidak normal.
  5. Terapi estrogen pada kondisi vaginitis atrofi. Ada beberapa pilihan terapi yang dapat dibicarakan dengan dokter.
  6. Tindakan pembedahan atau terapi kanker.

Demikian penyebab vagina berdarah saat berhubungan intim dan cara mengatasinya. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda