
kehamilan
Bolehkah Bunda Menangis saat Proses Melahirkan? Ketahui Risikonya
HaiBunda
Kamis, 02 May 2024 07:43 WIB

Saat melahirkan, wajar bila Bunda merasa emosional. Jadi bukan hal yang aneh jika seorang ibu menangis, menjerit, atau mengumpat saat proses persalinan. Sebenarnya, bolehkah Bunda menangis saat melahirkan? Yuk ketahui adakah risikonya, Bunda.
Tangisan saat melahirkan bisa jadi karena rasa sakit yang Bunda alami, atau merasa frustrasi, kurang tidur, atau ketakutan dengan proses persalinan yang memakan waktu terlalu lama.
Rasa sakit yang mereka alami selama persalinan digambarkan seperti kram menstruasi yang ekstrem, kram yang kuat, tekanan yang hebat, gelombang yang sangat kuat mirip dengan kram diare, nyeri punggung yang parah atau bahkan rasa pegal, dan patah tulang.
Meski begitu, rasa sakit yang dialami setiap perempuan melahirkan bisa berbeda-beda, begitu pula dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya. Ada perempuan yang mengalami bagian tertentu yang paling nyeri saat melahirkan, seperti bagian perut, pinggang, vagina, dan seluruh tubuh. Ada juga yang hanya merasakan nyeri di bagian pinggang, punggung, dan perut.
Penyebab dan risiko ibu menangis saat melahirkan
Dilansir dari BMC Pregnancy Childbirth, ibu melahirkan seringnya mengungkapkan rasa sakit ketika persalinan melalui tangisan dan jeritan. Ekspresi seperti itu membantu perempuan dalam proses persalinan untuk mengatasi rasa sakitnya.
Dalam beberapa kesempatan, beberapa perempuan mengabaikan nyeri persalinan dan bersikap tabah.
Ibu yang menangis saat melahirkan mungkin mengalami pemicu dari masa lalu yang membuatnya emosional. Dan terkadang tangisan saat melahirkan bermanfaat serta menyembuhkan. Karena itu, penting untuk mencari dukungan dari pasangan, doula, atau seseorang di tim pendukung persalinan.
Apakah mengeluarkan suara bising saat persalinan itu bermanfaat? Tidak semua keadaan Bunda. Tapi, menangis dan berteriak selama persalinan dapat membantu bidan mengakses kemajuan persalinan. Saat persalinan berlangsung, semakin banyak rasa sakit yang dialami.
"Misalnya saja jika seorang ibu tidak lagi menangis atau berteriak, ada kemungkinan kontraksi tidak lagi terjadi atau intensitasnya berkurang,” kata Abimbola Adedigba, Koordinator Pelayanan Kesehatan Primer, Ibadan North West.
Bidan yang berpengalaman dapat mendeteksi perubahan pada vokalisasi perempuan selama persalinan, misalnya perbedaan antara suara.
Namun, Profesor Adetunji Adeniji, konsultan kebidanan dan ginekologi di Ladoke Akintola University of Technology (LAUTECH) mengatakan, berteriak atau menangis sebagai salah satu bentuk pereda nyeri persalinan yang alami bagi sebagian perempuan bersifat psikologis.
"Ketika mereka menyimpan sesuatu yang menyakitkan, hal itu cenderung lebih menyakitkan daripada ketika hal itu diungkapkan. Bagi mereka yang berteriak, menangis atau mengerang, ini adalah cara untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh rasa sakit. Ini meringankan emosi mereka," kata Profesor Adeniji.
Meskipun demikian, Profesor Adeniji menyatakan ketika seorang ibu mengalami rasa sakit, salah satu hal yang dokter anjurkan untuk menghilangkan rasa sakit adalah dengan menarik dan membuang napas. Jika berteriak-teriak, akan melewatkan latihan menarik dan membuang napas.
“Untuk dukungan psikologis yang sama, perempuan yang memiliki pendamping, misalnya dari kerabat dekat, termasuk suami saat melahirkan juga memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak memiliki dukungan tersebut.”
Pernapasan perut atau diafragma bermanfaat karena membantu relaksasi dan menghilangkan stres serta memberikan oksigen ke jaringan dalam, memperkuat diafragma untuk bersiap mendorong bayi keluar. Menahan napas dikaitkan dengan lebih banyak ketegangan pada tubuh dan meningkatkan sensasi nyeri.
Namun bila Bunda mengalami dehidrasi karena energi habis untuk berteriak, menangis, atau berteriak akibat rasa sakit yang luar biasa saat melahirkan, Dr Olusiji Jagun, konsultan dokter kandungan dan ginekologi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Olabisi Onabanjo, Sagamu, Negara Bagian Ogun, mengatakan hal itu bisa melambatkan proses persalinan.
"Ini juga akan mempengaruhi tingkat energinya ketika dia perlu mendorong bayinya keluar melalui jalan lahir; itulah sebabnya kami tidak menganjurkan ibu bersalin untuk berteriak, atau menangis, melainkan memberi mereka semacam anestesi untuk mengatasi rasa sakitnya," kata Jagun.
Menurut Jagun, penanganan nyeri saat melahirkan meliputi cara medis dan non medis. Metode medis meliputi epidural, analgesik seperti morfin oral, injeksi petidin (Meperidine) dan gas keperawatan.
Sedangkan metode non medis meliputi hipnosis, mandi air, jalan kaki, pijat perineum, dukungan emosional kepada ibu melahirkan. Bahkan, selama kontraksi yang menyakitkan, beberapa perempuan terus berjalan mondar-mandir dan beristirahat ketika rasa sakitnya mereda. Sebab, berbaring tetap memperparah rasa sakitnya.
Monday Famakin, Kepala Petugas Medis Kesehatan dan Direktur, Primary Health Care, Ibadan North LGA mendesak agar perempuan yang bersalin menghindari berteriak karena dapat mempengaruhi pasokan oksigen ke bayi selama persalinan, dan juga kelangsungan hidup.
Apabila tangisan itu dikaitkan dengan rasa takut yang lebih besar dan tak teratasi, ini dapat menyebabkan meningkatnya ketegangan. Bahkan, bisa terhentinya proses persalinan.
Famakin menegaskan, tidak ada alasan untuk takut melahirkan. Nyeri belum tentu konsisten saat proses persalinan, yang pasti akan dialami di sela-sela kontraksi atau saat mengejan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Baby Blues: Definisi, Ciri, dan Penyebab Terjadinya Pada Bunda Pasca Melahirkan

Kehamilan
Siap-siap! Seperti Ini Tanda Melahirkan Pembukaan 1 hingga 10

Kehamilan
Detik-detik Bumil Melahirkan Secara Dramatis, Leher Dimasukkan Selang!

Kehamilan
11 Tips Supaya Bunda Melahirkan Normal dan Lancar

Kehamilan
7 Tips agar Bunda Bisa Melahirkan dengan Mudah dan Lancar


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Jessica Mila Melahirkan Anak Pertama, Ramai Didampingi Keluarga Yakub Hasibuan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda