Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ciri-ciri Ayah yang Mengalami Azoospermia, Penyebab Kemandulan pada Pria

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 09 May 2024 16:45 WIB

Ilustrasi Suami Istri
Ilustrasi Pria dengan Azoospermia/ Foto: Getty Images/iStockphoto/imtmphoto
Daftar Isi
Jakarta -

Infertilitas pria paling sering disebabkan karena masalah sperma, termasuk rendahnya jumlah sperma, masalah pada morfologi, atau pergerakan yang tidak normal. Salah satu masalah sperma yang dapat menurunkan peluang hamil adalah azoospermia.

Azoospermia adalah istilah medis yang digunakan ketika tidak ada sperma saat ejakulasi. Sekitar lebih 10 persen pria tidak subur mengalami azoospermia.

"Azoospermia terjadi pada sekitar 1 persen pria dan 15 persen pria infertil (tidak subur). Gejalanya mungkin tidak disadari, namun jika sudah berusaha untuk mendapatkan anak tidak berhasil, kondisi ini bisa menjadi penyebabnya," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Traci C. Johnson, MD, dilansir Web MD.

Azoospermia adalah bentuk infertilitas pria yang jarang terjadi, namun parah. Perawatan terbaik akan tergantung pada penyebab spesifik, serta potensi kesuburan dari pasangan.

Penyebab dan jenis azoospermia

Azoospermia bisa bersifat obstruktif, yaitu adanya penyumbatan yang mencegah sperma memasuki ejakulasi, dan non-obstruktif bila disebabkan oleh penurunan produksi sperma oleh testis. Berikut penyelasan lengkap tentang penyebabnya:

Azoospermia obstruktif

Dilansir Very Well Family, azoospermia obstruktif terjadi ketika sperma tidak dapat masuk ke dalam air mani atau ejakulasi karena adanya penyumbatan atau masalah ejakulasi. Kondisi ini bisa disebabkan karena beberapa hal, seperti:

1. Kelainan bawaaan

Beberapa pria dilahirkan dengan penyumbatan di di epididimis atau saluran ejakulasi, sementara yang lain mungkin kehilangan vas deferens di salah satu atau kedua sisi saluran reproduksi. Vas deferens perupakan saluran yang digunakan untuk membawa sperma dari epididimis menuju uretra sebagai tempat keluarnya sperma.

2. Infeksi atau peradangan pada saluran reproduksi pria

Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena infeksi menular seksual yang tidak diobati. Infeksi menular non-seksual juga dapat menyebabkan peradangan, seperti penyakit gondongan pada masa kanak-kanak yang menyebabkan orkitis virus, yaitu peradangan pada salah satu atau kedua buah zakar.

3. Trauma

Trauma yang terjadi sebelumnya pada saluran reproduksi pria juga dapat menyebabkan kerusakan, jaringan parut, dan penyumbatan pada vas deferens, epididimis, atau saluran ejakulasi.

4. Ejakulasi retrograde

Ejakulasi retrograde adalah kondisi ketika air mani (dan sperma) bergerak mundur ke dalam kandung kemih saat ejakulasi, bukannya bergerak maju keluar uretra. Hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya volume air mani (jumlah ejakulasi) dan rendahnya jumlah sperma, tergantung pada tingkat keparahannya.

Azoospermia non-obstruktif

Azoospermia non-obstruktif terjadi ketika penyebab utamanya adalah masalah hormonal atau sperma. Ada beberapa penyebab azoospermia non-obstruktif, yakni:

1. Kelainan genetik dan kromosom

Tiga masalah genetik atau kromosom yang diketahui menyebabkan azoospermia noniobstruktif adalah mikrodelesi kromosom Y, sindrom Klinefelter, dan sindrom Kallmann. Mikrodelesi kromosom Y dapat menyebabkan rendahnya jumlah sperma. Sedangkan sindrom Klinefelter membuat seorang pria tidak menalami pubertas normal, dan sindrom Kallmann menjadi penyebab hipogonadisme hipogonadotropik.

2. Radiasi, kemoterapi, dan paparan senyawa beracun

Paparan senyawa beracun dapat menyebabkan azoospermia sementara atau bahkan permanen. Sedangkan bila terapi radiasi digunakan langsung pada organ reproduksi pria selama pengobatan kanker, dapat terjadi azoospermia. Kemoterapi juga sering kali menyebabkan azoospermia selama pengobatan, namun apakah ini akan berlanjut setelah pengobatan tidak dapat diprediksi.

3. Ketidakseimbangan hormon

Kelainan produksi, kadar, atau interaksi hormon dapat menyebabkan masalah kesuburan, termasuk azoospermia non-obstruktif. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, yakni genetik, masalah hormonal yang didapat, hingga gaya hidup.

4. Efek samping pengobatan

Penyebab paling umum dari azoospermia akibat efek samping pengobatan adalah dari suplementasi testosteron, Bunda. Penggunaan steroid anabolik dan obat kemoterapi juga bisa menyebabkan kondisi ini. Beberapa obat penyebab azoospermia anya akan memberikan dampak sementara, sedangkan pada kasus lainnya bisa berdampak jangka panjang.

5. Varikokel

Varikokel adalah pembesaran pembuluh darah di skrotum atau testis. Vena yang membesar ini menyebabkan darah menggenang di area tersebut, yang dapat meningkatkan panas pada testis dan juga menyebabkan pembengkakan, penyusutan testis, dan rasa tidak nyaman. Varikokel adalah penyebab umum infertilitas pria. Antara 4 dan 13 persen pria dengan varikokel akan memiliki jumlah sperma yang sangat rendah atau bahkan azoospermia.

Ilustrasi SpermaIlustrasi Sperma/ Foto: Getty Images/iStockphoto/ClaudioVentrella

Tipe azoospermia

Azoospermia dibagi menjadi tiga tipe, yakni:

1. Azoospermia pra-testis

Pada azoospermia pra-testis, testis normal, namun tubuh tidak dapat memproduksi sperma. Kondisi ini dapat terjadi karena kadar hormon yang rendah atau setelah menjalani kemoterapi.

"Kondisi ini terkadang disebut juga kagagalan testis sekunder. Kelenjar endokrin otak tidak memproduksi bahan kimia yang tepat untuk memicu perkembangan sperma sehat," ujar penulis buku The Doula Advant, Rachel Gurevich, RN.

2. Azoospermia testis

Masalah utama pada azoospermia testis adalah testis itu sendiri. Dalam kasus ini, testis mungkin tidak memproduksi testoteron atau testis mungkin tidak merespons hormon yang dilepaskan oleh kelenjae endokrin lainnya. Kemungkinan lain juga bisa karena ada yang salah dengan perkembangan sel sperma.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan azoospermia testis adalah infeksi saluran reproduksi, seperti epididimitis dan uretritis, orchitis virus, cedera pangkal paha, kanker atau pengobatannya, kondisi genetik seperti sindrom Klinefelter.

3. Azoospermia pasca-testis

Pada kondisi ini, testis menghasilkan sperma normal, tetapi ada sesuatu yang menghalanginya untuk keluar. Ada beberapa penyebabnya, seperti penyumbatan pada saluran yang membawa sperma dari testis ke penis, vasektomi, dan ejakulasi retrograde.

Azoospermia pasca-testis terjadi ketika ada penyumbatan atau disfungsi ejakulasi, misalnya ejakulasi retrograde, penyumbatan vas deferens atau epididimis.

"Sekitar 40 persen pria dengan azoospermia memiliki tipe post-testis," ujar Johnson.

Ciri-ciri pria dengan azoospermia

Pria dengan azoospermia sebenarnya tidak memiliki gejala khusus, Bunda. Kondisi ini umumnya baru diketahui saat pemeriksaan medis setelah suami istri tak kunjung diberikan kehamilan setelah satu tahun berhubungan intim tanpa pengaman.

Meski begitu, beberapa penyebab azoospermia dapat menyebabkan gejala yang khas, seperti:

  • Volume ejakulasi rendah atau orgasme 'kering' (tidak ada atau sedikit air mani yang keluar)
  • Urin keruh setelah berhubungan seks
  • Buang air kecil yang menyakitkan
  • Nyeri panggul
  • Testis bengkak
  • Testis kecil atau tidak turun
  • Ukuran penis kecil atau tidak seperti normalnya
  • Pubertas yang tertunda atau tidak normal
  • Kesulitan ereksi atau ejakulasi
  • Gairah seks rendah
  • Payudara membesar
  • Kehilangan masa otot

Ciri di atas tidak lantas dialami semua pria dengan azoospermia. Banyak pria mengalami kondisi ini tanpa menunjukkan ciri atau gejala.

Penanganan azoospermia

Analisis air mani adalah satu-satunya cara untuk mengetahui jumlah sperma pria. Jika analisis air mani pertama tidak menghasilkan sperma, maka dokter akan meminta pria mengulangi tes beberapa bulan kemudian.

Setelah azoospermia didiagnosis, langkah selanjutnya adalah mencoba mengidentifikasi penyebab masalahnya. Rencana perawatan akan didasarkan pada dugaan penyebab azoospermia, Bunda.

Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa membantu pria dengan azoospermia memiliki anak. Jika ia memiliki tipe obstruktif, maka pembedahan dapat menghilangkan penyumbatan.

Sedangkan pada kondisi non-obstruktif dapat dilakukan pengambilan sperma, terutama bila mengalami penyumbatan tetapi tidak ingin dioperasi. Dokter akan menggunakan jarum kecil untuk mengambil sperma dari testis. Lalu, sperma akan digunakan untuk program bayi tabung atau dibekukan untuk digunakan di kemudian hari.

Pemberian obat-obatan hormonal tertentu juga dapat dilakukan pada kasus tertentu. Perawatan hormon ini dapat merangsang perkembangan sperma pada beberapa pria dengan azoospermia.

Demikian serba-serbi azoospermia pada pria yang dapat mengganggu kesuburan. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda