
kehamilan
Mengenal Proses Bayi Tabung, Apakah Bisa Mencegah Risiko Cacat Janin?
HaiBunda
Selasa, 18 Jun 2024 11:45 WIB


Daftar Isi
Program hamil melalui proses bayi tabung tentu sudah tak asing lagi saat ini. Banyak pasangan suami istri mengupayakan untuk memiliki keturunan melalui program bayi tabung.
Program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) merupakan suatu proses di mana pembuahan sel telur dengan sperma dilakukan di luar tubuh. Setelah terjadi pembentukan embrio, lantas embrio dimasukkan kembali ke dalam rahim.
Dalam program bayi tabung, dokter akan memilih embrio yang baik untuk dipindahkan ke dalam rahim. Embrio yang dianggap tidak bagus akan dibuang atas persetujuan (informed consent) suami istri.
Melalui program bayi tabung, Bunda juga bisa mendapatkan kehamilan kembar atau lebih dari satu janin. Selama prosesnya, dokter akan memasukkan dua hingga tiga embrio ke dalam rahim perempuan. Jika semua embrio tumbuh, maka otomatis terjadi kehamilan kembar.
Tingkat keberhasilan bayi tabung lebih besar dibandingkan inseminasi, yakni 40 sampai 50 persen, dapat meningkatkan peluang hamil.
Tahapan program bayi tabung
Ada beberapa tahap dalam proses bayi tabung, yaitu:
- Hiperstimulasi ovarium terkontrol untuk mendapatkan sel telur sebanyak mungkin
- Ovum Pick Up atau panen sel telur
- Preparasi sperma
- Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) atau proses penyuntikan sperma untuk membuahi sel telur
- Inkubasi embrio selama 3-5 hari
- Transfer embrio atau memasukkan embrio ke dalam rahim (implantasi)
Pada tahap hiperstimulasi ovarium terkontrol, Bunda akan diberikan obat dalam bentuk oral, suntik, atau kombinasi keduanya. Obat ini diberikan pada hari ke-2 atau ke-3 awal siklus menstruasi.
Dosis obat yang diberikan cukup tinggi agar sel telur yang dikeluarkan banyak, yaitu sekitar 10 hingga 15 untuk dibuahi dengan sperma dan menjadi embrio.
Sampai saat ini, kegagalan terbanyak program bayi tabung disebabkan karena kegagalan implantasi. Belum banyak pilihan atau teknologi yang bisa membantu proses menempelnya embrio ke rahim dengan mudah. Hal tersebut berbeda dengan proses pembentukan embrio yang angka keberhasilannya hampir 90 persen.
Indikasi dilakukan program bayi tabung
Program bayi tabung dapat disarankan pada pasangan yang susah hamil, baik karena faktor suami, istri, atau keduanya. Berikut beberapa indikasinya:
Faktor perempuan
- Kerusakan saluran tuba
- Unexplained infertility
- Endometriosis derajat sedang dan berat
- Gangguan di mulut Rahim
- Antibodi antisperma
Faktor pria
- Jumlah total sperma yang bergerak kurang dari 1 juta atau tidak ada sama sekali (azoospermia)
- Jumlah total sperma yang bergerak lebih dari 1 juta dan kurang dari 10 juta
- Lama Infertil lebih dari 2 tahun
Risiko program bayi tabung
Sejauh ini, tidak ada risiko dari tahapan program bayi tabung. Bila akhirnya berhasil, maka kehamilan akan dijalani layaknya kehamilan alami.
Risiko kelainan janin kemungkinan dapat terjadi layaknya kehamilan alami, yakni karena faktor usia atau menjalani kehamilan di atas 35 tahun. Risiko lainnya adalah pertambahan berat badan karena efek obat hormon menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan nafsu makan.
Benarkah bayi tabung bisa mencegah cacat janin?
Teknologi bayi tabung tidak bisa mencegah cacat janin. Namun, dokter dapat memilih embrio mana yang baik dan dapat meminimalkan risiko cacat janin.
Dalam tahapan bayi tabung, dokter akan mempertemukan sperma dan sel telur hingga menjadi embrio sebanyak mungkin. Untuk meminimalkan risiko kelainan bawaan atau kromosom, dokter akan melihat satu per satu anatomi embrio. Bila ditemukan embrio yang kurang baik, maka tidak akan dilanjutkan proses transfer embrio.
Untuk lebih menurunkan resiko kelainan bawaan dapat dilakukan dengan Preimplantation Genetic Screening (PGS). Melalui skrining ini, dokter dapat lebih pasti mengetahui ada atau tidaknya embrio yang aneuploidi atau jumlah kromosomnya tidak normal.
Skrining PGT-A dan PGT-M
Teknologi yang cukup populer untuk memilih embrio adalah skrining PGT-A (Pre-Implantation Genetic Testing for Anueploidy) dan PGT-M (Pre-implantation Genetic Testing for Monogenic).
PGT-A dapat mengidentifikasi secara detail embrio yang sehat dan tidak dari kromosomnya. Sementara PGT-M digunakan untuk mengidentifikasi kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua, seperti thalasemia, Cystic Fibrosis, Tay Sachs Disease, Fragile X, dan Myotonic Dystrophy.
Prosedur PGT-A dan PGT-M dilakukan dengan mengambil satu dari 32 blastomer (sel di dalam embrio) dengan jarum biopsi. Blastomer lalu diperiksa sesuai kebutuhan, bisa untuk skrining PGT-A atau PGT-M.
Saat ini, skrining PGT-A dan PGT-M sudah banyak ditemukan di klinik kesuburan di kota-kota besar. Meski begitu, belum banyak yang menggunakan teknologi ini karena biayanya cukup mahal.
Ada beberapa indikasi yang disarankan untuk melakukan skrining PGT-A dan PGT-M, yakni usia di atas 35 tahun, memiliki riwayat keguguran berulang, pernah beberapa kali gagal bayi tabung, dan keluarga yang mempunyai kelainan kromosom.
Sebelum memutuskan untuk melakukan skrining ini, sebaiknya pasangan suami istri berkonsultasi dulu dengan dokter. Pastikan juga siap secara finansial. Semoga informasi mengenai bayi tabung ini bermanfaat untuk para pasangan suami istri yang berencana untuk program hamil.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
8 Tips untuk Pasangan yang Menjalani Program Hamil dari Dokter

Kehamilan
Beda Inseminasi dan Bayi Tabung untuk Mengetahui Tingkat Keberhasilan Program Kehamilan

Kehamilan
Jessica Iskandar Pilih Bayi Tabung di Kehamilan Ketiga, Ingin Terhindar dari Cacat Janin

Kehamilan
7 Kebiasaan Hidup Tidak Sehat Penyebab Susah Hamil

Kehamilan
Penyebab dan Cara Mencegah Kanker Serviks, Penyakit Mematikan pada Wanita


10 Foto
Kehamilan
10 Bunda Seleb Pernah Gagal Program Bayi Tabung, Ada yang Mencoba Enam Kali
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda