Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Risiko Bila Ibu Hamil Terkena Hepatitis, Apakah Bisa Menular ke Janin?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Sabtu, 20 Jul 2024 14:05 WIB

Ilustrasi Tes Darah dan Tensi Ibu Hamil
Ilustrasi Ibu Hamil Hepatitis/ Foto: Getty Images/iStockphoto/
Daftar Isi
Jakarta -

Hepatitis merupakan jenis infeksi yang dapat merusak organ hati. Hepatitis yang terjadi selama kehamilan bisa berdampak buruk pada kondisi Bunda dan bayi setelah lahir.

Lantas, apa saja risiko ibu hamil terkena hepatitis? Apakah hepatitis bisa menular ke janin?

Simak penjelasan lengkapnya berikut ini ya, Bunda!

Hepatitis saat hamil

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), hepatitis adalah infeksi serius yang mempengaruhi hati. Ada tiga jenis hepatitis yang cukup umum, yakni hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.

"Hepatitis A menyebabkan penyakit jangka pendek. Sementara itu, hepatitis B dan hepatitis C dapat menyebabkan penyakit serius dalam jangka panjang. Selama kehamilan, hepatitis juga dapat menimbulkan masalah bagi ibu hamil dan janinnya," kata ACOG.

Hepatitis A dan hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin yang bisa didapatkan selama kehamilan. Sedangkan, skrining untuk hepatitis B dan C dianjurkan pada setiap kehamilan.

Hepatitis A pada ibu hamil

Hepatitis A adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus hepatitis A. Virus ini adalah salah satu dari beberapa jenis virus hepatitis yang dapat menyebabkan peradangan hati dan mempengaruhi kemampuan fungsi hati.

Hepatitis A sering menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi, Bunda. Infeksi juga dapat menyebar melalui kotoran orang yang terinfeksi.

"Ibu hamil biasanya tertular hepatitis A dengan makan atau minum sesuatu yang terkontaminasi virus, atau pernah bersentuhan dengan kotoran orang yang terinfeksi, misalnya melalui tangan kotor saat menyiapkan makanan," ujar dokter penyakit dalam bersertifikat Arefa Cassoobhoy, MD, MPH, dikutip dari Web MD.

Menurut Cassoobhoy, hepatitis A merupakan bentuk yang lebih ringan dibandingkan hepatitis B dan hepatitis C. Tetapi, jenis hepatitis ini tetap bisa menyebabkan masalah serius selama kehamilan.

"Infeksi virus hepatitis A dapat membuat ibu hamil melahirkan terlalu dini, terutama bila tertular virus setelah trimester pertama. Hal tersebut dapat menyebabkan komplikasi berbahaya lainnya, seperti menyebabkan plasenta terpisah dari rahim sebelum bayi lahir," katanya.

Menurut ACOG, terdapat beberapa laporan mengenai penularan hepatitis A dari ibu ke janin. Namun, kasus ini termasuk jarang terjadi.

Jika Bunda mengidap hepatitis A saat hamil, maka disarankan untuk konsultasi dengan dokter untuk penanganan gejala. Penatalaksanaan gejala selama hamil sama dengan ibu yang tidak hamil. Hepatitis A menyebabkan gejala akut yang biasanya berakhir dalam waktu 2 bulan.

Vekasin hepatitis A direkomendasikan bagi siapa saja yang berisiko tinggi tertular virus ini, termasuk pengidap penyakit hati kronis dan mereka yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV).

Blood sample with requisition form for hepatitis B virus (HBV) testIlustrasi Hepatitis/ Foto: Getty Images/jarun011

Hepatitis B pada ibu hamil

Virus hepatitis B dapat menyebabkan infeksi serius yang merusak organ hati. Virus menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti darah, air mani, atau cairan vagina.

Tanpa pengobatan, sekitar 9 dari 10 ibu hamil dengan infeksi virus hepatitis B akut akan menularkan virus ini ke bayinya. Sementara itu, antara 1 dan 2 dari 10 ibu hamil dengan infeksi kronis akan menularkannya. Bayi dapat tertular virus melalui paparan darah dan cairan yang terinfeksi selama proses persalinan.

"Jika ibu hamil mengidap hepatitis B dalam 6 bulan terakhir, maka ia mengalami infeksi akut, kemungkinan bayi baru lahir mendapatnya adalah 90 persen. Jika sudah mengidap hepatitis B lebih lama, maka disebut infeksi kronis yang kemungkinan diturunkan menjadi 10 hingga 20 persen," ungkap Cassoobhoy.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut, sekitar 1 dari 4 anak yang mengidap hepatitis B akan meninggal karena masalah kesehatan yang berhubungan dengan infeksi, seperti kerusakan hati, penyakit hati, atau kanker hati.

Hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi saat hamil. Tapi, vaksinasi hanya boleh diberikan bila Bunda terbukti tidak terinfeksi hepatitis B atau belum pernah mendapatkannya.

Perlu diketahui ya, infeksi hepatitis B tidak akan memengaruhi cara Bunda melahirkan. Bunda masih bisa melahirkan secara normal meski mengidap jenis hepatitis ini. Selain itu, Bunda juga masih bisa menyusui anak bila terinfeksi virus ini. Hepatitis B tidak menular melalui ASI.

Hepatitis C pada ibu hamil

Virus hepatitis C menyebar melalui kontak langsung dengan darah yang terinfeksi. Penyebaran biasanya terjadi saat berbagi jarum suntik atau barang-barang yang bersentuhan dengan darah pengidapnya.

Seorang bayi dapat terinfeksi hepatitis C saat lahir bila ibunya mengidap infeksi ini. Tetapi, virus tidak dapat menular melalui ASI.

"Satu dari 20 bayi yang lahir dari ibu mengidap hepatitis C tertular virus ini. Infeksi bisa terjadi di dalam kandungan, saat proses persalinan, atau setelah ia lahir. Tetapi, infeksi biasanya tidak menyerang bayi sebelum lahir," kata Cassoobhoy.

Sementara menurut ACOG, sekitar 4 dari 100 perempuan yang terinfeksi virus hepatitis C akan menularkan ke bayinya. Risiko ini berkaitan dengan seberapa banyak virus yang dimiliki seorang perempuan, dan apakah ia terinfeksi HIV.

Hepatitis C bisa menjadi akut atau kronis. Bagi sebagian orang, infeksi dapat berlangsung singkat. Namun, banyak di antaranya yang mengidap infeksi ini dalam jangka panjang.

Hepatitis C yang terjadi selama kehamilan bisa berdampak pada ibu hamil dan janinnya, seperti meningkatkan risiko komplikasi preeklamsia, diabetes gestasional, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan persalinan caesar.

Pada bayi baru lahir yang terinfeksi, perawatan medis dibutuhkan. Kebanyakan dokter menyarankan tes hepatitis pada bayi setelah berusia 18 bulan untuk mendeteksi infeksi ini.

Sampai saat ini, tidak ada cara untuk mencegah penyebaran virus hepatitis C ke bayi selama hamil. Pemberian obat-obatan saat hamil tidak dapat dilakukan lantaran bisa menyebabkan cacat lahir. Tetapi, Bunda dapat meminimalkan risiko dengan menjalani pengobatan anti-virus sebelum program hamil.

Demikian serba-serbi hepatitis saat hamil. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda