Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ekstraksi Vakum, Prosedur Melancarkan Proses Persalinan yang Terhambat

Melly Febrida   |   HaiBunda

Rabu, 21 Aug 2024 14:18 WIB

Ilustrasi Ibu Melahirkan
Ekstraksi Vakum, Prosedur Melancarkan Proses Persalinan yang Terhambat/Foto: iStockphoto/Getty Images/geargodz
Jakarta -

Proses persalinan tak selalu berjalan mulus. Terkadang saat ibu aktif berusaha mendorong bayi keluar, proses persalinan tampak berhenti. Bayi tak kunjung keluar. Salah satu cara mengatasinya dengan ekstraksi vakum, yakni prosedur untuk melancarkan proses persalinan yang terhambat.

Tenaga medis perlu menggunakan intervensi dalam membantu ibu melahirkan, salah satunya dengan ekstraksi vakum. Cara ini dilakukan dalam situasi persalinan normal tidak berlangsung secara optimal.

Apa itu persalinan ekstraksi vakum?

Persalinan ekstraksi vakum adalah metode yang digunakan penyedia layanan kesehatan dalam membantu mengeluarkan bayi saat tidak bisa keluar sendiri.  

Dilansir Cleveland Clinic, dokter kandungan dan bidan terlatih umumnya yang melakukan ekstraksi vakum. Cara ini hanya digunakan dalam kondisi tertentu ketika persalinan membutuhkan bantuan tambahan untuk memastikan kelahiran bayi secara aman.

Persalinan normal dengan bantuan hanya diindikasikan dalam kondisi tertentu. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, penyedia layanan kesehatan mungkin akan merekomendasikan operasi caesar sebagai gantinya.

Di AS, ekstraksi vakum mencakup sekitar 2,5 persen kelahiran normal. Secara keseluruhan, tingkat ekstraksi vakum dan persalinan dengan forsep telah menurun sementara tingkat caesar telah meningkat. 

Jenis alat ekstraksi vakum untuk melahirkan

Pada prosedur ekstraksi vakum, tenaga medis menggunakan alat vakum yang berbentuk seperti cangkir, yang ditempatkan di kepala bayi. Kemudian alat itu dihubungkan dengan pompa vakum. Vakum ini memberikan tekanan negatif yang membantu menarik bayi keluar melalui jalan lahir.

Ada beberapa jenis alat ekstraksi vakum yang dapat digunakan selama proses persalinan:

1. Metal cup

Alat untuk ekstraksi vakum ini berbahan logam (metal cup) yang berbentuk bulan, diameter 40-60 milimeter (mm). Jenis vakum ini dianggap paling kuat dan paling sering digunakan dalam situasi yang memerlukan tarikan yang lebih besar. 

Cangkir ini biasanya digunakan ketika bayi dalam posisi kepala pertama (vertex) dan sudah masuk ke dalam jalan lahir. Namun, alat vakum dari logam ini cenderung lebih kaku. Bunda mungkin merasa agak tidak nyaman saat menggunakannya.  Bahan dari logam juga berisiko menimbulkan cedera pada kulit kepala bayi.

2. Soft cup

Berbeda dengan metal cup, soft cup adalah bahan penyusun vakum melahirkan yang terbuat dari plastik.

Soft cup ini lebih fleksibel dan memberikan daya tarik yang lebih lembut dibandingkan cangkir logam. Jenis ini sering digunakan pada tahap awal persalinan atau ketika kulit kepala bayi lebih sensitif.

Perangkat soft cup ini lebih sedikit menyebabkan cedera kulit kepala neonatal dibandingkan dengan metal cup dan lebih mudah digunakan. Tapi, lebih sering terlepas.

Vakum soft cup awalnya berbentuk seperti corong atau lonceng. Tapi kini vakum berbahan plastik sudah dimodifikasi menyerupai bentuk vakum metal cup. Karena bahannya dari plastik, jenis vakum ini lebih lunak sehingga tidak akan menyakiti kepala bayi.

Kapan vakum digunakan saat melahirkan normal atau pervaginam?

Dr. Mark Payson, dokter spesialis kandungan dan ginekologi, endokrinologi reproduksi, dan fertilitas bersertifikat di Virginia Utara mengatakan bahwa ekstraksi vakum dilakukan selama tahap kedua persalinan, yakni pada fase mengejan. Pada saat itu, bayi sudah sangat dekat dengan kelahiran.

"Namun, jika kepala bayi terlalu tinggi dari jalan lahir, dokter kemungkinan akan memilih operasi caesar," kata Payson dilansir dari What to Expect.

Persalinan dengan bantuan vakum mungkin diperlukan jika:

  1. Persalinan sudah berlangsung lama dan perlu dipercepat, terutama jika Bunda atau bayi berisiko mengalami komplikasi kesehatan selama persalinan.
  2. Bayi tersangkut di jalan lahir — misalnya, Bunda mengejan, tetapi persalinan tidak lagi berlanjut.
  3. Bunda terlalu lelah untuk mengejan. 
  4. Bunda memiliki masalah medis seperti kondisi jantung atau tekanan darah yang sangat tinggi, yang keduanya dapat membuat Bunda berisiko untuk terus mengejan.
  5. Bayi mengalami gawat janin atau detak jantungnya menunjukkan adanya masalah.

Bagaimana proses melahirkan dengan ekstraksi vakum?

Payson menjelaskan, sebelum melakukan ekstraksi vakum, ibu yang melahirkan biasanya akan diberikan epidural atau obat bius untuk menghilangkan rasa sakit. 

"Ada juga kemungkinan dokter akan melakukan episiotomi — sayatan jaringan antara vagina dan anus — untuk memperbesar lubang vagina agar vakum dapat dipasang," kata Payson.

Kemudian, dokter akan melakukan langkah-langkah berikut:

  1. Di antara kontraksi, dokter akan meletakkan cangkir ekstraksi vakum di kepala bayi.
  2. Selama kontraksi, dokter akan menggunakan pompa vakum untuk menciptakan daya isap, yang akan membantu memandu bayi melalui jalan lahir dan mencegah kepala bayi bergerak kembali ke jalan lahir di antara kontraksi.
  3. Setelah kepala bayi keluar, dokter akan melepas cangkir dan Bunda dapat mendorong seluruh tubuh bayi keluar.

Kelebihan dan kekurangan persalinan dengan vakum

Tujuan ekstraksi vakum untuk membantu persalinan yang terhambat. Ada kelebihan dan kekurangan dari proses persalinan dengan vakum ini.

Kelebihan:

  1. Mengurangi risiko operasi caesar: Ekstraksi vakum dapat membantu ibu melahirkan secara normal tanpa perlu menjalani operasi caesar. 
  2. Prosesnya cepat. Ekstraksi vakum dapat mempercepat proses persalinan, terutama dalam situasi darurat. 
  3. Pulih lebih cepat. Ekstraksi vakum minim invasif dan tidak memerlukan waktu pemulihan yang lama. 

Kekurangan:

  1. Cedera pada bayi: Ekstraksi vakum berisiko cedera kepala bayi seperti hematoma atau lecet akibat penggunaan vakum.
  2. Ibu mengalami robekan: Ekstraksi vakum dapat meningkatkan risiko robekan pada jalan lahir atau episiotomi yang lebih besar.
  3. Memerlukan keahlian: Prosedur ekstraksi vakum memerlukan keterampilan dan pengalaman khusus dari dokter atau bidan untuk meminimalkan risiko komplikasi.

Efek samping yang mungkin terjadi bila melahirkan dengan ekstraksi vakum

Bayi yang mengalami cedera serius selama ekstraksi vakum jarang terjadi. Namun, risiko yang mungkin terjadi meliputi:

  1. Pembengkakan pada kulit kepala, yang hilang dalam beberapa hari.
  2. Penyakit kuning, atau kulit yang berubah menjadi kekuningan, yang mungkin perlu diobati dengan terapi cahaya.
  3. Distosia bahu, yang terjadi ketika bahu tersangkut setelah kepala dilahirkan.
  4. Fraktur tengkorak atau pendarahan di dalam tengkorak, yang jarang terjadi

Selain risiko pada bayi, ekstraksi vakum mungkin berisiko pada ibu, meskipun sebagian besar efek samping ini juga dapat terjadi selama persalinan pervaginam tanpa bantuan. Gejalanya meliputi:

  1. Nyeri pada perineum
  2. Robekan pada vagina atau perineum
  3. Kesulitan buang air kecil dalam jangka pendek
  4. Inkontinensia jangka pendek atau jangka panjang
  5. Episiotomi untuk memperbesar lubang vagina guna menempatkan vakum pada kepala bayi

"Jika ekstraksi vakum tidak berhasil, dokter mungkin harus melakukan operasi caesar berikutnya," kata Payson.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda