
kehamilan
5 Cara Mencegah Preeklamsia agar Bunda Tenang dan Nyaman selama Hamil
HaiBunda
Minggu, 15 Sep 2024 07:40 WIB

Kasus preeklamsia bisa menghampiri ibu hamil terutama mereka yang memiliki riwayat hipertensi. Agar terhindar dari risiko tersebut, pastikan Bunda mengetahui cara mencegah preeklamsia pada ibu hamil.
Preeklamsia terjadi saat seseorang hamil dan mereka memiliki tekanan darah tinggi, terlalu banyak protein dalam urine, dan juga pembengkakan di tungkai, telapak kaki, dan tangan. Kondisi ini dapat berkisar dari ringan hingga berat. Kondisi ini biasanya terjadi pada akhir kehamilan, meskipun dapat terjadi lebih awal atau setelah melahirkan.
Apa itu preeklamsia?
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan. Pada preeklamsia, ibu hamil mungkin mengalami tekanan darah tinggi, kadar protein tinggi dalam urine yang mengindikasikan kerusakan ginjal (proteinuria), atau tanda-tanda kerusakan organ lainnya. Preeklamsia biasanya dimulai setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya sebelumnya berada dalam kisaran standar.
Jika tidak diobati, preeklamsia dapat menyebabkan komplikasi serius  bahkan fatal  bagi ibu dan bayi lho, Bunda. Karenanya, persalinan dini bayi sering kali dianjurkan. Waktu persalinan tergantung pada seberapa parah preeklamsia dan berapa minggu kehamilan. Sebelum melahirkan, pengobatan preeklamsia meliputi pemantauan cermat dan pengobatan untuk menurunkan tekanan darah dan mengelola komplikasi.
Baca Juga : Preeklamsia |
Meski sudah persalinan, kondisi preeklamsia dapat berkembang setelah melahirkan bayi yang disebut sebagai preeklamsia pasca persalinan seperti dikutip dari laman Mayo Clinic.
Kelompok yang berisiko terkena preeklamsia
Preeklamsia menjadi risiko serius yang perlu diwaspadai ya, Bunda. Biasanya, kelompok yang berisiko terkena preeklamsia di antaranya sebagai berikut ya, Bunda:
1. Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
2. Hamil dengan lebih dari satu bayi.
3. Tekanan darah tinggi kronis (hipertensi).
4. Diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebelum kehamilan.
5. Penyakit ginjal.
6. Gangguan autoimun.
7. Penggunaan in vitro fertilization.
Selain itu, kondisi yang terkait dengan risiko sedang terkena preeklamsia meliputi berikut ini:
1. Kehamilan pertamaÂ
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga preeklamsia
4. Usia ibu 35 tahun atau lebih
5. Komplikasi pada kehamilan sebelumnya
6. Lebih dari 10 tahun sejak kehamilan sebelumnya
7. Faktor risiko lainnya
Beberapa penelitian telah menunjukkan risiko preeklamsia yang lebih tinggi di kalangan perempuan kulit hitam dibandingkan dengan perempuan lainnya. Ada juga beberapa bukti peningkatan risiko di kalangan perempuan pribumi di Amerika Utara.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa perbedaan risiko ini mungkin tidak selalu didasarkan pada biologi. Risiko yang lebih besar mungkin terkait dengan ketidakadilan dalam akses ke perawatan prenatal dan perawatan kesehatan secara umum, serta ketidakadilan sosial dan stres kronis yang memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Penyebab ibu hamil terkena preeklamsia
Penyebab pasti preeklamsia tidak diketahui. Kondisi ini terjadi pada 3 persen hingga 7 persen dari semua kehamilan. Kondisi ini diperkirakan bermula di plasenta. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan preeklamsia berkembang meliputi:
1. Gangguan autoimun seperti lupus
2. Masalah pembuluh darah
3. Pola makan
4. GenÂ
Banyak ahli berpikir bahwa preeklamsia terjadi ketika plasenta tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tetapi mereka tidak tahu persis alasan terjadinya. Kurangnya aliran darah ke rahim juga dapat berperan menyebabkan potensi terjadinya risiko tersebut.
Selain itu, gangguan tekanan darah tinggi dalam kehamilan juga bisa menyebabkan risiko preeklamsia. Penyebab lainnya ialah adanya hipertensi gestasional. Ini merupakan tekanan darah tinggi yang dimulai setelah minggu ke-20 kehamilan tetapi tidak menyebabkan kadar protein tinggi dalam urine dan biasanya akan hilang setelah melahirkan.
Faktor berikutnya yakni hipertensi kronis. Ini adalah tekanan darah tinggi yang dimulai sebelum Bunda hamil atau sebelum minggu ke-20 kehamilan. Serta, hipertensi kronis dengan preeklamsia superimposed. Ini adalah tekanan darah tinggi kronis yang memburuk seiring dengan berjalannya kehamilan, menyebabkan lebih banyak protein dalam urine dan komplikasi lainnya seperti dikutip dari laman WebMd.
Cara mencegah preeklamsia
Risiko preeklamsia memang bisa terjadi pada ibu hamil kapan saja. Bunda dapat meminimalisasi risiko tersebut karena cara mencegah preeklamsia tidaklah ada. Para peneliti pun masih mencoba untuk menentukan apakah hal itu mungkin dilakukan.
Satu penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan batangan yang mengandung asam amino L-arginin dan vitamin antioksidan menurunkan risiko preeklamsia pada perempuan yang berisiko tinggi.
Penelitian lain menunjukkan bahwa perempuan yang kelebihan berat badan atau obesitas yang berat badannya bertambah kurang dari 15 pon selama kehamilan memiliki risiko lebih rendah terkena preeklamsia. Meski demikian, pastikan untuk membicarakan hal ini dengan dokter sebelum melakukan perubahan apa pun.
Selain itu, lakukan pula langkah-langkah berikut yang dapat membantu mengurangi risiko masalah serius yang terkait dengan preeklamsia, di antaranya:
1. Tetap waspada terhadap gejala-gejala yang Bunda alami juga dapat memberi tahu dokter tentang perlunya persalinan dini.Â
2. Rutin memeriksakan kehamilan menjadi cara terbaik untuk menjaga kesehatan bayi dan Bunda selama kehamilan. Sehingga tekanan darah akan dipantau dokter secara rutin dan tanda-tanda serta gejala preeklamsia yang muncul bisa terpantau dengan baik
3. Pantau berat badan dan tekanan darah. Jika Bunda memiliki tekanan darah tinggi sebelum hamil, pastikan untuk memberi tahu dokter pada janji temu pertama. Dokter mungkin ingin melacak berat badan dan tekanan darah di antara kunjungan.
4. Redakan tekanan darah. Untuk membantu meredakan tekanan darah, dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi kalsium atau aspirin tambahan, atau berbaring miring ke kiri saat Bunda beristirahat.
5. Menjaga pola makan. Dokter mungkin juga menyarankan Bunda untuk memeriksa pola makan guna memastikan Bunda mengonsumsi banyak buah dan sayur serta diet rendah garam.
Jika Bunda mengalami preeklamsia ringan, dokter mungkin ingin Bunda mengurangi aktivitas. Dalam kasus tertentu, Bunda mungkin memerlukan pengobatan, istirahat di tempat tidur, atau rawat inap, terutama jika Bunda mengalami preeklamsia berat.
Dan, satu-satunya cara untuk menghentikan preeklamsia sepenuhnya adalah dengan melahirkan bayi. Bahkan setelah itu, kondisi tersebut dapat berkembang segera setelah melahirkan atau bertahan hingga enam minggu. Agar Bunda berdua tetap sehat, dokter mungkin ingin menginduksi persalinan sehingga Bunda melahirkan bayi lebih awal dari tanggal perkiraan lahir. Bunda mungkin memerlukan pengobatan untuk menurunkan tekanan darah saat melahirkan.
Preeklamsia mungkin mengharuskan Bunda untuk tinggal di rumah sakit lebih lama setelah melahirkan. Tekanan darah Bunda akan kembali ke tingkat normal beberapa minggu setelah melahirkan. Preeklamsia dapat membuat Bunda berisiko mengalami tekanan darah tinggi atau perkembangan penyakit kardiovaskular di masa mendatang. Jadi, pastikan selalu berkonsultasi dan melakukan pengecekan rutin ke dokter agar tetap aman ya, Bunda.
Semoga informasinya membantu ya, Bunda.Â
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Bunda Ini Melahirkan dengan Selamat Berkat Iseng Bertanya pada Chat GPT

Kehamilan
Kelak, Risiko Preeklamsia saat Hamil Dapat Diprediksi Melalui Tes Darah

Kehamilan
Preeklamsia Berat (Peb) pada Ibu Hamil: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Kehamilan
7 Gejala Preeklamsia Ringan & Berat, Segera Hubungi Dokter Sebelum Memburuk

Kehamilan
Nyeri Dada Saat Hamil, Apa Penyebab dan Bahayanya?


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Kebahagiaan Anggika Bolsterli Jalani Kehamilan Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda