Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Ketahui 7 Penyebab Keguguran yang Paling Sering Terjadi

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Sabtu, 05 Oct 2024 21:45 WIB

Ilulstrasi Keguguran USG
Ilustrasi Keguguran/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Keguguran dapat terjadi pada setiap kehamilan, Bunda. Ada beberapa penyebab keguguran yang paling sering terjadi. Mengetahui penyebabnya menjadi sangat penting, terutama bila keguguran terjadi lebih dari sekali.

Keguguran dalam istilah medis disebut juga abortus spontan. Menurut kamus Kementerian Kesehatan (Kemenkes), keguguran adalah kehamilan yang berakhir prematur secara spontan (alamiah) pada usai di bawah 20 minggu (18 minggu setelah pembuahan) atau, jika usia kehamilan tidak diketahui, dan berat embrio atau janin kurang dari 400 gram.

Dokter Anak Karen Gill, M.D., mengatakan bahwa keguguran adalah salah satu komplikasi paling umum yang terjadi di awal kehamilan. Setidaknya, sekitar seperempat dari semua kehamilan berakhir dengan keguguran.

"Sebagian besar keguguran terjadi selama beberapa bulan pertama kehamilan. Seorang wanita mungkin mengalami keguguran sebelum mengetahui dirinya sedang hamil," kata Gill, dilansir Medical News Today.

Penyebab keguguran yang paling sering terjadi

Ada beberapa penyebab keguguran yang paling sering terjadi, Bunda. Melansir dari beberapa sumber, berikut penyebabnya:

1. Kelainan kromosom

American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengatakan bahwa sekitar setengah dari keguguran dini terjadi ketika embrio tidak berkembang dengan baik. Hal ini sering kali disebabkan karena jumlah kromosom yang tidak normal, Bunda.

"Selama pembuahan, ketika sel telur dan sperma bergabung, dua set kromosom bersatu. Jika sel telur atau sperma memiliki lebih banyak atau lebih sedikit kromosom dari biasanya, maka embrio juga akan memiliki jumlah kromosom yang tidak normal. Hal ini dapat menyebabkan keguguran," tulis ACOG dalam laman resminya.

Kelainan pada kromosom bayi yang belum lahir dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti:

  • Blighted ovum atau tidak ada embrio yang berkembang
  • Kehamilan mola, yakni ketika kedua set kromosom berasal dari ayah, sedangkan tidak ada yang berasal dari ibu
  • Kehamilan mola parsial, yakni ketika jumlah kromosom ibu tetap, tapi ayah menyediakan dua set kromosom
  • Beberapa kelainan kromosom lainnya dapat menyebabkan keguguran adalah trisomi 13, 18, 21 (sindrom Down), monosomi (sindrom Turner), dan masalah kromosom seks lainnya

2. Kelainan bawaan pada rahim

Kelainan bawaan pada rahim yang sering dikaitkan dengan keguguran adalah septate uterus. Dilansir Cleveland Clinic, septate uterus merupakan kondisi di mana selaput membentang di bagian tengah rahim, dan membelahnya menjadi dua bagian.

Septate uterus sebenarnya jarang terjadi, namun merupakan salah satu kelainan uterus paling umum. Sebagian besar perempuan tidak menyadari dirinya mengalami septate uterus hingga mereka hamil atau mengalami keguguran berulang.

3. Masalah kesehatan yang kronis

Beberapa kondisi kesehatan jangka panjang yang kronis juga dikaitkan dengan penyebab keguguran, Bunda. Menurut NHS Inggris, masalah kesehatan kronis ini dapat meningkatkan risiko keguguran di trimester kedua, terutama bila tidak diobati atau dikontrol dengan baik.

Berikut beberapa masalah kesehatan kronis yang sering dikaitkan dengan penyebab keguguran:

  • Diabetes tidak terkontrol dengan baik
  • Tekanan darah tinggi yang parah
  • Penyakit autoimun, seperti lupus
  • Penyakit ginjal
  • Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme)
  • Kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme)
  • Sindrom antifosfolipid (APS)

4. Infeksi

Infeksi patogen saat hamil juga berpotensi menimbulkan dampak buruk perkembangan janin, yang dapat berakhir menjadi keguguran. Menurut ulasan di jurnal Human Reproduction Update tahun 2015, ada bukti menunjukkan bahwa infeksi dapat menyebabkan hingga 15 persen keguguran dini (early miscarriage) dan hingga 66 persen keguguran lanjut (late miscarriage).

Berikut infeksi-infeksi yang dapat meningkatkan risiko keguguran:

  • Rubella (campak Jerman)
  • Cytomegalovirus (CMV)
  • Cacterial vaginosis
  • HIV
  • Klamidia
  • Gonore
  • Sifilis
  • Malaria

5. Keracunan makanan

Keracunan makanan, yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi, juga dapat meningkatkan risiko keguguran. Bunda menjadi rentan mengalami dampak buruk dari keracunan makanan karena daya tahan tubuh yang menurun disebabkan perubahan hormon.

Ada beberapa penyakit yang muncul karena keracunan makanan dan bisa meningkatkan risiko keguguran. Berikut penjelasannya:

  • Listeriosis: disebabkan karena bakteri Listeria yang dapat menyebabkan masalah perkembangan neurologis jangka panjang pada janin. Bakteri ini paling sering ditemukan pada produk susu yang tidak dipasteurisasi, seperti keju biru.
  • Toksoplasmosis: berasal dari bakteri Toxoplasma gondii, yang dapat ditularkan melalui konsumsi daging mentah atau setengah matang yang terinfeksi. Infeksi ini dapat menyebabkan kelainan kongenital, kelahiran prematur, hingga stillbirth.
  • Salmonella: bakteri ini berpotensi menyebabkan meningitis, kelahiran prematur, dan ketuban pecah. Bakteri ini paling sering ditemukan telur mentah atau setengah matang.
  • Escherichia coli (E. coli): E. coli dapat ditemukan pada sayuran, buah, atau daging yang terkontaminasi. Kontaminasi bakteri ini dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur hingga keguguran.

6. Konsumsi obat-obatan tertentu

Beberapa jenis obat dapat berbahaya dikonsumsi selama hamil. Ada yang bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur, masalah perkembangan janin, hingga memicu keguguran.

Berikut jenis obat yang perlu dihindari untuk dikonsumsi selama hamil karena dapat meningkatkan kemungkinan keguguran:

  • Misoprostol, yang digunakan untuk kondisi seperti tukak lambung dan rheumatoid arthritis.
  • Methotrexate, obat untuk rheumatoid arthritis.
  • Retinoid, yang digunakan untuk kondisi kulit seperti eksim dan jerawat.
  • Obat antiinflamasi non-steroid ( NSAID ) untuk nyeri dan peradangan.

Konsumsi obat saat hamil sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter ya, Bunda. Pastikan obat tersebut aman dan cara konsumsinya benar.

7. Usia dan gaya hidup

Menurut ACOG, peluang terjadinya keguguran dini meningkat seiring dengan bertambahnya usia perempuan. Bagi perempuan berusia di atas 40 tahun, sekitar 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan keguguran. Sebagian besar karena kelainan kromosom.

Sementara menurut NHS Inggris, berikut peluang terjadinya keguguran terkait usia perempuan:

  • Usia di bawah 30 tahun: 1 dari 10 kehamilan akan berakhir dengan keguguran
  • Usia 35 hingga 39 tahun: hingga 2 dari 10 kehamilan akan berakhir dengan keguguran
  • Usia di atas 45 tahun: lebih dari 5 dari 10 kehamilan akan berakhir dengan keguguran.

Selain faktor usia, gaya hidup juga dapat meningkatkan risiko keguguran, seperti merokok, menggunakan obat terlarang, minum alkohol, minum banyak kafein, dan konsumsi makanan tidak bergizi yang kaya gula atau karbohidrat.

Demikian 7 penyebab keguguran yang paling sering terjadi. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda