HaiBunda

KEHAMILAN

Kapan Boleh Hamil lagi Setelah Jalani Pengobatan Kanker Payudara?

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Minggu, 26 Oct 2025 12:30 WIB
Kapan Boleh Hamil lagi Setelah Jalani Pengobatan Kanker Payudara?/Foto: Getty Images/chanakon laorob
Jakarta -

Peluang hamil setelah treatment kanker masih terbuka lebar. Ketahui waktu yang pas kapan boleh hamil lagi setelah jalani pengobatan kanker payudara, Bunda.

Merencanakan kehamilan setelah perawatan kanker payudara mungkin banyak memunculkan kekhawatiran serta rasa pesimis bahwa peluang itu hampir tidak ada. Padahal, kemungkinan mendapatkan kehamilan bisa terjadi kapan saja pada pasien kanker usai menjalani perawatan.

Amankah hamil setelah perawatan kanker?

Kehamilan setelah perawatan kanker sering kali aman bagi ibu dan bayi. Namun, sebaiknya Bunda perlu bersabar karena dokter biasanya menyarankan untuk menunggu beberapa tahun sebelum mencoba memiliki bayi setelah perawatan kanker.


Lamanya seseorang perlu menunggu untuk hamil setelah perawatan kanker yakni bergantung pada beberapa hal berikut:

1. Jenis dan stadium kanker
2. Perawatan yang diterima
3. Usia

Beberapa tim medis menyarankan untuk menunggu setidaknya enam bulan setelah menyelesaikan kemoterapi untuk bisa hamil. Hal ini bertujuan agar dapat memberikan waktu bagi sel telur yang rusak untuk keluar dari tubuh sebelum kehamilan, seperti dikutip dari laman Cancer.

Selain itu, pasien juga biasanya disarankan untuk menunggu setidaknya 2 sampai dengan 5 tahun sebelum mencoba memiliki bayi. Hal ini dikarenakan kanker lebih mungkin kambuh dalam beberapa tahun pertama. 

Mengutip dari laman Health Central, para ahli onkologi mengatakan umumnya aman untuk hamil secara alami setelah perawatan kanker payudara, atau menggunakan sel telur atau embrio yang dibekukan sebelum menjalani perawatan. Tetapi, mungkin perlu menunggu beberapa waktu sebelum mulai mencobanya, agar dapat pulih dengan baik, mengonsumsi obat-obatan, dan menghindari kehamilan selama kemungkinan kekambuhan, di antara faktor-faktor lainnya.

"Jika seseorang menderita kanker payudara reseptor estrogen positif, jenis kanker payudara yang paling umum, waktu tunggu yang disarankan biasanya setidaknya dua tahun,” kata Julia Brockway-Marchello, M.D., seorang ahli onkologi medis payudara di Memorial Sloan Kettering Cancer Center di Uniondale, NY. 

Ditambahkan Julia bahwa ketika seseorang menderita kanker payudara yang tidak disebabkan oleh hormon, seperti kanker payudara triple negatif, waktu tunggu yang disarankan biasanya setidaknya satu tahun.

Waktu aman untuk hamil setelah pengobatan kanker payudara

Lamanya waktu tunggu tersebut memang bergantung pada jenis kanker yang diderita pasien, jenis perawatan yang diterima, serta apakah perlu mengonsumsi obat-obatan penghambat hormon atau tidak. Berikut ini beberapa panduan dari para ahli onkologi tentang kapan waktu aman mencoba memiliki bayi setelah kanker payudara:

1. Pilihan pelestarian kesuburan 

Jika Bunda berada dalam usia subur, hal pertama yang harus dilakukan ketika mengetahui menderita kanker payudara ialah mempertimbangkan pilihan pelestarian kesuburan, bahkan sebelum memulai perawatan kanker, kata Julia.

“Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah membicarakan apakah pasien tertarik pada kesuburan di masa depan. Dan beberapa perempuan bahkan belum memikirkan apakah mereka ingin memiliki anak di masa depan, tetapi mereka ingin tetap membuka pilihan mereka,” katanya.

Meskipun beberapa perempuan masih dapat mencapai kehamilan alami setelah perawatan kanker payudara seperti kemoterapi, sementara yang lainnya tidak, hal ini dikarenakan kemoterapi terkadang dapat bersifat toksik bagi ovarium, yang menyebabkan infertilitas, kata Dr. Julia. 

Karenanya, penting untuk mempertimbangkan pembekuan sel telur atau embrio sebelum memulai perawatan. "Kita tidak dapat memprediksi apakah ovarium akan rusak permanen akibat kemoterapi dan apakah kesuburan pasien akan terpengaruh di masa mendatang," jelasnya.

2. Efek samping terapi

Jika seseorang menderita kanker payudara reseptor estrogen positif, atau kanker yang dipicu oleh hormon yang diproduksi tubuh secara alami, mereka biasanya harus menjalani terapi anti-estrogen untuk memblokir estrogen yang diproduksi oleh ovarium selama lima hingga 10 tahun, kata Dr Julia.

"Sebenarnya, maksudnya adalah kita membuat pasien mengalami menopause kimiawi dengan memberi mereka obat-obatan yang menghambat produksi ovarium mereka di mana hal ini disebut supresi ovarium. Pasien-pasien ini tidak dapat hamil," jelasnya.

Untuk itu, biasanya pasien disarankan untuk tetapi menjalankan terapi setidaknya selama dua tahun sebelum mencoba untuk hamil, dan kemudian kami mendiskusikan untuk menghentikan terapi dan mencoba untuk hamil, baik secara alami atau dengan perawatan kesuburan apa pun.

Dalam kebanyakan kasus, hamil tampaknya tidak meningkatkan risiko kekambuhan kanker, Bun. Namun, tim medis biasanya menyarankan penyintas kanker payudara untuk menunggu dua tahun sebelum mencoba hamil. Alasannya, beberapa hormon yang meningkat selama kehamilan dapat menyebabkan sel kanker payudara tumbuh.

Bagi beberapa penyintas, kehamilan mungkin mengharuskan penghentian obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengendalikan kanker atau menurunkan risiko kekambuhan. Jika Bunda mengonsumsi obat-obatan untuk menurunkan risiko kekambuhan, bicarakan dengan dokter atau tim perawat dan spesialis fertilitas sebelum mencoba untuk hamil.

Panduan aman hamil setelah pengobatan kanker

Tim medis biasanya menyarankan pria menunggu 2 hingga 5 tahun setelah perawatan berakhir sebelum mencoba memiliki anak. Sebab, sperma dapat rusak akibat kemoterapi atau terapi radiasi. Sperma tersebut harus diganti dalam waktu sekitar 2 tahun.

Jika seorang anak dikandung segera setelah perawatan berakhir, belum dapat dipastikan apakah anak tersebut akan memiliki risiko lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan yang serius.

Banyak orang yang menderita, atau pernah menderita kanker merasa khawatir bahwa anak-anak mereka juga mungkin terkena kanker. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak dari penderita kanker dan penyintas kanker tidak memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini.

Jika seseorang memiliki kanker keturunan, mereka mungkin mewariskan gen yang dapat meningkatkan risiko kanker pada anaknya. Terkait hal ini, sebaiknya bicarakan dengan tim perawatan kesehatan atau konselor genetik tentang risiko ini. Mereka dapat membantu pasien dalam  memahami genetika dan risiko kanker.

Semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

 

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Lesti Kejora Hamil Anak Ketiga, Umumkan Lewat Video Gemas Abang El

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Evi Masamba Jadi Serba Salah di Trimester 3, Posisi Tidur hingga Selalu Lapar

Kehamilan Amrikh Palupi

Muhammad Jadi Nama Bayi Terpopuler Laki-Laki di Inggris dan Eropa

Nama Bayi Ajeng Pratiwi & Sutan Muhammad Aqil

Sindrom Kepala Datar pada Bayi, Apakah Bisa Kembali Normal?

Parenting Kinan

Terbukti pada 530 Ribu Bayi, Riset Pastikan Vaksin COVID-19 Aman untuk Ibu Hamil di Trimester Awal

Kehamilan Annisa Karnesyia

10 Makanan yang Bikin Anak Cerdas yang Bagus Dikonsumsi Setiap hari

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Viral Kisah Pria Panik Kehilangan Sedotan Emas Rp232 Juta, Takut Dimarahi Istri

Muhammad Jadi Nama Bayi Terpopuler Laki-Laki di Inggris dan Eropa

Evi Masamba Jadi Serba Salah di Trimester 3, Posisi Tidur hingga Selalu Lapar

Sindrom Kepala Datar pada Bayi, Apakah Bisa Kembali Normal?

David Beckham Kini Hobi Ternak & Kebun, Girang Saat Panen Bawang

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK