kehamilan
Lahir Caesar Bisa Ganggu Pembentukan Otak Bayi, Simak Penjelasannya
HaiBunda
Senin, 27 Oct 2025 07:50 WIB
Daftar Isi
Setiap Bunda pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak bahkan sejak sebelum Si Kecil lahir ke dunia. Tak heran, keputusan soal cara melahirkan sering kali menjadi momen penuh pertimbangan.
Banyak Bunda yang akhirnya memilih operasi caesar karena alasan medis atau keamanan. Namun, tahukah Bunda? Ternyata cara bayi dilahirkan bisa berpengaruh pada pembentukan otaknya di masa awal kehidupan.
Efek proses persalinan terhadap otak bayi
Menurut penelitian dari University of Edinburgh yang diterbitkan dalam jurnal NeuroImage, bayi yang lahir melalui operasi caesar menunjukkan pola aktivitas otak yang berbeda dibandingkan bayi yang lahir secara normal. Proses persalinan normal memberi stimulasi alami pada otak bayi melalui tekanan fisik saat melewati jalan lahir dan pelepasan hormon penting seperti oksitosin dan kortisol.
Dua hormon ini membantu otak bayi beradaptasi dengan lingkungan luar rahim dan mempersiapkan sistem sarafnya agar bekerja optimal.
Sebaliknya, pada bayi yang lahir melalui operasi caesar, proses fisiologis ini tidak terjadi secara alami. Penelitian dari Lund University, Swedia yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) juga menemukan bahwa bayi caesar memiliki aktivitas genetik yang berbeda di sel otaknya pada hari-hari pertama setelah lahir. Perbedaan ini berkaitan dengan respons terhadap stres dan pembentukan jaringan saraf.
Meski begitu, para ahli menegaskan bahwa perbedaan tersebut bukan berarti bayi caesar akan tumbuh dengan kemampuan otak yang kurang. Efek tersebut bersifat sementara dan dapat diimbangi dengan stimulasi sensorik, kontak kulit dengan ibu (skin-to-skin contact), serta pemberian ASI eksklusif, yang semuanya terbukti mampu mendukung koneksi saraf dan perkembangan otak bayi.
Dengan kata lain, cara bayi dilahirkan memang bisa memengaruhi proses awal pembentukan otak, tetapi cinta dan perhatian Bunda di hari-hari pertamanya tetap menjadi “nutrisi” terpenting bagi perkembangan Si Kecil.
Mikrobiota dan koneksi otak
Tahukah Bunda? selain faktor hormonal, saat bayi lahir secara normal, ia tidak hanya mendapatkan pelukan pertama dari Bunda, tapi juga 'hadiah' berupa jutaan bakteri baik dari tubuh ibu. Proses ini terjadi ketika bayi melewati jalan lahir dan terpapar mikrobiota alami dari vagina dan kulit Bunda. Bakteri baik ini akan menetap di usus bayi dan berperan penting dalam membentuk sistem imun, metabolisme, dan bahkan perkembangan otak.
Penelitian dari Karolinska Institute, Swedia, menunjukkan bahwa mikrobiota usus memiliki peran besar terhadap perkembangan sistem imun sekaligus pembentukan koneksi otak, terutama pada masa awal kehidupan. Ketidakseimbangan mikrobiota ini bisa memengaruhi sistem saraf dan kemampuan belajar anak di kemudian hari.
Temuan serupa diperkuat oleh penelitian dari University of California, Los Angeles (UCLA) yang dipublikasikan di jurnal Science Translational Medicine (2019). Dalam studi tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa bayi dengan keragaman mikrobiota yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas otak yang lebih seimbang di area yang berhubungan dengan pengenalan wajah, bahasa, dan memori visual.
Namun, Bunda tidak perlu cemas bila harus melahirkan secara caesar. Para ahli menegaskan bahwa perbedaan komposisi mikrobiota dapat disesuaikan kembali melalui ASI eksklusif, karena ASI mengandung prebiotik alami yang membantu pertumbuhan bakteri baik. Selain itu, kontak kulit dengan ibu, lingkungan rumah yang sehat, serta pola makan bergizi pada masa tumbuh kembang juga berperan besar dalam memperkuat hubungan antara usus dan otak anak.
Dengan kata lain, meski cara lahir dapat memengaruhi awal pembentukan mikrobiota, perawatan penuh kasih dan pemberian ASI tetap menjadi kunci utama agar otak bayi berkembang dengan optimal.
Faktor lain yang berperan
Bunda, meski cara lahir memang bisa memengaruhi awal perkembangan otak Si Kecil, para ahli sepakat bahwa faktor lain justru memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dan berkelanjutan. Setelah bayi lahir, apa yang ia alami setiap hari, mulai dari sentuhan pertama, pelukan hangat, hingga nutrisi yang ia terima, semuanya ikut membentuk kualitas koneksi saraf di otaknya.
Penelitian dari Harvard Center on the Developing Child menunjukkan bahwa perkembangan otak bayi sangat bergantung pada serve and return interaction, yaitu respons timbal balik antara orang tua dan bayi. Misalnya, ketika bayi tersenyum lalu Bunda tersenyum kembali atau mengajaknya bicara. Interaksi sederhana seperti ini ternyata merangsang miliaran koneksi saraf baru dan memperkuat area otak yang berhubungan dengan bahasa, emosi, serta daya ingat.
Selain stimulasi emosional, nutrisi juga berperan besar dalam membentuk struktur otak. Zat seperti asam lemak omega-3 (DHA dan EPA), zat besi, kolin, serta vitamin B kompleks terbukti mendukung pembentukan mielin lapisan pelindung saraf yang penting untuk kecepatan berpikir anak. Penelitian dari National Institutes of Health (NIH) bahkan menyebutkan bahwa kekurangan DHA selama tahun pertama kehidupan dapat menghambat perkembangan kognitif dan visual bayi.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah kualitas tidur. Saat bayi tidur, otaknya justru aktif membentuk jaringan koneksi baru dan memperkuat memori yang diperolehnya di siang hari. Karena itu, memastikan pola tidur yang cukup dan nyaman sangat penting bagi tumbuh kembang otak si Kecil.
Dan tentu saja, cinta serta kasih sayang Bunda dan keluarga adalah fondasi utama dari semua proses tersebut. Pelukan hangat, sentuhan lembut, dan perhatian yang konsisten terbukti menurunkan kadar hormon stres pada bayi dan membantu otak berkembang dalam suasana emosional yang aman.
Jadi, meskipun bayi lahir caesar atau normal, yang paling menentukan tetaplah bagaimana ia dirawat dan dicintai setiap harinya. Karena dari kasih sayang Bunda, otak kecilnya tumbuh, belajar, dan berkembang menjadi anak yang sehat dan bahagia.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
10 Risiko Penyakit yang Bisa Timbul Setelah Operasi Caesar dan Cara Mengatasinya, Waspadai Bun!
Kehamilan
8 Makanan yang Perlu Bunda Hindari setelah Melahirkan secara Caesar
Kehamilan
Vagina Terasa Nyeri meski Melahirkan secara Caesar? Normal kok Bun
Kehamilan
4 Tips Mempercepat Pemulihan Luka Operasi Caesar, Salah Satunya 'Puasa' Seks
Kehamilan
4 Produk untuk Merawat Luka Sayatan Operasi Caesar agar Cepat Sembuh
5 Foto
Kehamilan
2 Kali Keguguran, Intip 5 Potret Kebahagiaan Ashilla Zee Eks Blink Melahirkan Anak Pertama
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Ketahui Usia Kehamilan yang Tepat untuk Operasi Caesar
Ketahui Melahirkan secara Operasi Caesar Sekaligus Sterilisasi, Amankah?
Kimmy Jayanti Pertama Kali Lihat Video Dirinya Melahirkan, Takjub dengan Prosedur Operasi Caesar