kehamilan
5 Kondisi Kehamilan yang Dianggap Bersifat Genetik, Salah Satunya Morning Sickness
HaiBunda
Sabtu, 08 Nov 2025 20:50 WIB
Daftar Isi
Kondisi yang bersifat genetik bisa saja terjadi selama kehamilan, Bunda. Sementara yang lainnya dapat menjalani kehamilan tanpa mengalami kondisi yang disebabkan riwayat genetik.
Perlu diketahui, riwayat genetik mengacu pada informasi genetik yang diwariskan dari keluarga, termasuk potensi penyakit keturunan. Saat hamil, seorang Bunda dapat mengalami keluhan hingga komplikasi yang ternyata diturunkan dari keluarganya.
Kondisi kehamilan yang dianggap bersifat genetik
Melansir dari beberapa sumber, berikut 5 kondisi pada kehamilan yang dianggap bersifat genetik:
1. Morning sickness
Morning sickness umum terjadi selama kehamilan. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavior Genetics tahun 2016 menunjukkan bahwa gejala-gejala ini dapat bersifat genetik.
"Perempuan lebih mungkin mengalami morning sickness jika anggota keluarga lain juga mengalaminya," kata ginekolog dengan spesialisasi pengobatan menyusui, Andrea L. Braden, MD., dikutip dari Health.
Perubahan hormon dan gula darah rendah di awal kehamilan merupakan penyebab umum morning sickness, Bunda. Sementara, ada juga beberapa faktor risiko yang juga dikaitkan dengan keluhan ini, seperti hamil lebih dari satu janin, mengonsumsi makanan tertentu, kelelahan, stres, atau sedang bepergian.
2. Depresi pasca persalinan
Depresi pasca persalinan (PPD) dapat terjadi kapan saja selama kehamilan atau dalam satu tahun setelah melahirkan. Kondisi ini setidaknya memengaruhi 20 persen perempuan.
Jenis depresi ini biasanya ditandai dengan perasaan sedih dari level sedang hingga berat. Beberapa pemicunya dapat berupa perubahan hormon dan stres akibat penyesuaian diri sebagai orang tua baru.
Menurut Braden, riwayat depresi keluarga (pasca persalinan atau tidak terkait persalinan) juga dapat berperan sebagai pemicunya. Tetapi, hubungan tersebut tidak selalu berarti perempuan akan mengalaminya ya.
"Tetapi tetap penting untuk waspada dan mengenali tanda-tandanya, seperti perubahan suasana hati dan kelelahan yang hebat, serta jangan ragu untuk mencari dukungan dari luar," ungkap Braden.
3. Kelahiran prematur
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kelahiran prematur didefinisikan sebagai bayi yang lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu. Bayi dapat lahir prematur karena persalinan prematur spontan, ditemukan indikasi medis untuk merencanakan induksi persalinan atau operasi caesar lebih awal.
Risiko kelahiran prematur juga meningkat karena faktor genetik, Bunda. Menurut ulasan di jurnal American Journal of Obstetrics & Gynecology MFM tahun 2021, memiliki riwayat keluarga ibu dengan kelahiran prematur dapat meningkatkan kemungkinan keturunannya juga melahirkan prematur.
"Kemungkinan perempuan mengalami kelahiran prematur juga meningkat jika perempuan itu lahir prematur atau memiliki saudara perempuan yang pernah mengalami kelahiran prematur," kata Braden.
4. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan komplikasi yang disebabkan oleh perubahan aliran darah ke plasenta. Sebuah studi yang diterbitkan tahun 2015 di jurnal Integrated Blood Pressure Control mencatat bahwa risiko perempuan mengalami preeklamsia meningkat hampir tiga kali lipat bila kerabat dekatnya mengalami kondisi tersebut.
Preeklamsia biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi atau pembengkakan di tangan serta kaki. Preeklamsia dapat berbahaya, sehingga dokter perlu memantau secara ketat ibu hamil yang mengalami kondisi tersebut.
"Ada hubungan antara ibu, saudara perempuan, dan anak perempuan yang pernah mengalami preeklamsia," ujar kepala dokter kandungan dan ginekolog di New York-Presbyterian Weill Cornell Medical Center, Laura Riley, MD.
5. Keguguran
Dilansir laman Mayo Clinic, keguguran adalah hilangnya kehamilan secara tiba-tiba sebelum minggu ke-20. Sekitar 10 hingga 20 persen kehamilan diketahui berakhir dengan keguguran, Bunda.
Risiko keguguran dapat meningkat karena faktor-faktor tertentu, seperti usia ibu hamil, riwayat keguguran, dan faktor gaya hidup atau kesehatan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa keguguran memiliki peluang heritabilitas (bersifat genetik sebesar 29 persen).
Satu studi yang dipublikasikan dalam American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menemukan bahwa sekitar 50 hingga 60 persen keguguran di trimester pertama disebabkan oleh kelainan kromosom pada janin. Perlu diketahui, kelainan kromosom yang diwariskan atau diturunkan bisa menyebabkan keguguran berulang.
Demikian 5 kondisi pada kehamilan yang dianggap bersifat genetik. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
Hasil Studi Terbaru Sebut Morning Sickness Parah Bikin Perempuan Takut Hamil Lagi
Kehamilan
Cegah Muntah Berlebih, Simak 4 Pengganti Air Putih untuk Ibu Hamil
Kehamilan
Mual dan Muntah di Awal Kehamilan, Ini 3 Manfaat Morning Sickness untuk Janin
Kehamilan
Morning Sickness Biasa Terjadi pada Usia Kehamilan Berapa Minggu?
Kehamilan
7 Cara Mengatasi Mual Saat Hamil, Mudah Ternyata & Bunda Perlu Tahu
5 Foto
Kehamilan
7 Potret Kehamilan Kedua Dinda Hauw, Shaka bakal Punya Adik Perempuan Nih
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
9 Penyebab Keguguran yang Paling Sering Terjadi, Termasuk Kafein Berlebihan
Kelainan Kromosom: Jenis, Ciri-ciri, Penyebab, Cara Mencegah dan Mengatasinya
3 Cara Mendeteksi Kelainan Kromosom pada Janin dalam Kandungan