Jakarta -
Semua ibu yang pernah melahirkan pasti tahu persis rasanya proses persalinan. Nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sebagian bilang, proses
persalinan agak menyiksa karena nyerinya. Nah, cara yang dilakukan dokter untuk mengurangi rasa sakit saat persalinan pun beragam. Salah satunya dengan gas tertawa atau dinitrogen oksida, seperti yang diterapkan pada seorang ibu di Austin baru-baru ini.
Kathryn Kingsley mengaku gas tertawa sangat membantunya dalam proses persalinan. Menjadi ibu baru, merupakan kali pertamanya menjalani proses persalinan. Ia ingin
melahirkan secara normal untuk itu ia memutuskan ke rumah sakit 2 hari sebelumnya.
"Saat hari H, saya gelisah ingin bergerak bebas, namun saya tahu kalau mau dibius epidural harus tetap berbaring di tempat tidur. Kemudian, dokter menawarkan untuk menggunakan gas tertawa agar saya lebih rileks sebelum dibius. Akhirnya, saya coba apakah gas tersebut berhasil," kata Kathryn dikutip dari Khou.
Menurut dokter kandungan Kathryn, dr Sally Grogono, penggunaan gas dikontrol sendiri oleh pasien. Jadi setiap kontraksi, sang ibu menghirup gasnya. Yang jelas, sang ibu nggak bakal kelebihan menghirup gasnya, karena sudah ditakar dengan ukuran yang aman. Berdasarkan Jurnal Perinatal dan Neonatal, ibu yang sedang menjalani proses persalinan akan mendapatkan gas tertawa dengan rasio 50/50, 50 persen oksigen, 50 persen dinitrogen oksida.
Baca juga:
Tolong Ya, Jangan Ucapkan Hal Ini ke Ibu yang Melahirkan Caesar"Ibu hamil bisa menggunakan gas dinitrogen oksida selama kehamilan tapi nggak bisa digabung dengan penggunaan obat anti nyeri atau bius epidural saat persalinan. Jika mau dibius, sang ibu bisa menghirup gas terlebih dahulu. Setelah itu, barulah dibius epidural. Gas ini memang tak menghilangkan nyeri, tapi membuat sang ibu lebih rileks dan nggak peduli dengan nyerinya," ujar dokter kandungan dari Seton Medical Center, Austin, AS.
Mengenai gas tertawa Bun, gas ini sebenarnya sudah ditemukan sejak berabad-abad yang lalu pada tahun 1771. Tapi, baru diterapkan pada pasien di tahun 1881 itupun nggak digunakan secara efektif hingga tahun 1934. Lalu, penggunaan gas ini menghilang begitu saja pada tahun 1980. Nah, rumah sakit tempat Kathryn melahirkan tersebut rupanya baru saja menerapkan penggunaan gas tertawa pada pasiennya.
Menurut American Pregnancy Association (APA), penggunaan gas tertawa ini memang aman untuk ibu hamil karena nggak mengganggu pelepasan hormon oksitosin, nggak mempengaruhi bayi selama bonding awal dengan ibu, nggak mempengaruhi proses menyusui dan karena penggunaannya dikontrol sendiri oleh sang ibu.
Baca juga:
Bisakah Babymoon Mencegah Baby Blues Usai Melahirkan?Meskipun ada banyak manfaat menggunakan dinitrogen oksida selama persalinan, ada beberapa risiko yang harus diperhatikan. Misalnya, efek samping bisa berupa sedasi, pusing, mual, dan muntah. Ada juga kekhawatiran bahwa penggunaan dinitrogen oksida berulang-ulang oleh petugas kesehatan seperti perawat dan bidan dapat menimbulkan risiko reproduksi.
Penggunaan gas tertawa pun juga nggak boleh sembarangan, Bun. Penggunaan gas ini terlarang untuk ibu dengan kondisi kekurangan vitamin B12 yang parah. Hal ini karena gas bisa menurunkan kadar B12, jadi jika sudah sangat rendah, itu bisa berbahaya bagi ibu dan janin. Lalu, ibu dengan penyakit muskuloskeletal atau ibu yang pernah mengalami operasi di lambung.
Penggunaan gas tertawa saat
persalinan memang belum populer di Indonesia, Bun. Jika tertarik, sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter kandungan karena kembali lagi ke kondisi kita masing-masing. Nggak semua bisa melakukan prosedur ini.
(aci)