Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Saat Anak Ogah-ogahan Beraktivitas, Bisa Jadi Ini Sebabnya

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Rabu, 29 Nov 2017 06:59 WIB

Ketika anak ogah-ogahan beraktivitas, belum tentu tanda dia malas lho, Bun.
Ilustrasi anak lemas karena anemia/ Foto: thinkstock
Jakarta - Pernah nggak, Bun, ngerasa anak nggak bersemangat banget. Dia cuma mau diam di kamar, tiduran, bahkan makan pun ogah-ogahan. Dalam kondisi kayak gitu, jangan buru-buru cap anak sebagai pemalas, Bun.

Soalnya, kata nutrisionis Jansen Ongko, enggan beraktivitas bisa jadi bukan karena malas tapi dia mengalami gejala anemia. Lho, masih kecil kok bisa anemia? Ya, mengingat kegiatan anak padat terlebih di usia sekolah, ketika asupan gizinya nggak cukup alias makan cuma asal kenyang, anak bisa kena anemia, Bun.

Akibatnya, kata Jansen, anak jadi susah fokus dan imunitas tubuhnya kurang baik. Jansen menekankan, semua organ internal tubuh saat masa pertumbuhan sangat penting diperhatikan.



Anemia merupakan berkurangnya jumlah sel darah merah atau kandungan hemoglobin di dalam darah. Hemoglobin (hb) adalah senyawa protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah.

"Anemia bisa membuat anak mudah capek, gampang sakit bahkan ekspektasi usianya lebih pendek karena organ tubuhnya tidak tumbuh dengan baik," tutur Jansen di acara 'Minute Maid Penuhi 1/3 Kebutuhan Harian Nutrisi untuk Dukung Fokus, Aktivitas dan Ketahanan Anak Usia Sekolah' di Lewis & Caroll, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2017).

Nggak cuma zat gizi mikro, zat gizi makro juga perlu dipenuhi. Ketika anak kurang zat gizi makro misalnya protein, dia bisa stunting (tumbuh pendek). Soalnya, protein yang jadi alat transportasi darah ke seluruh tubuh. Begitu juga kalau anak kurang asupan karbohidrat, dia bisa nggak berenergi.

"Perlu diketahui bahwa tidak hanya nutrisi makro yang penting untuk tubuh, tapi nutrisi mikro juga nggak kalah penting. Karena anemia yang berasal dari kekurangan zat besi bisa merembet ke mana-mana termasuk bikin anak kurang fokus, lesu atau lemas karena itu asupan gizi mikro anak juga harus diperhatikan," ujar Jansen.

Ia menambahkan, kebanyakan anak makan hanya karena memang udah saatnya makan. Tapi, kecukupan gizi dan komposisi makanan. Akibatnya, pertumbuhan mereka kurang optimal. Diibaratkan Jansen, dalam masa pertumbuhan anak ibarat tanaman. Ketika kurang dipupuk atau dapat pupuk yang kualitasnya jelek, tumbuhnya jadi kurang bagus.

"Karena itu, kenapa kita perlu tahu pertumbuhan anak-anak itu seperti apa sih? Memang nggak ada kok orang atau anak yang ingin sakit tapi kadang mereka lupa gaya hidup yang mereka jalani sejak remaja menentukan kehidupan tua mereka nanti," tutur Jansen.



Ketika anak mengalami malnutrisi atau gizi yang diasup nggak seimbang, dia bisa enggan beraktivitas. Sayangnya, masyarakat masih dikit yang sadar soal ini, Bun. Makanya, Jansen bilang itulah kenapa wawasan soal gizi perlu ditingkatkan.

Karena, pada dasarnya zat gizi mikro seperti zink, zat besi, vitamin B dan C sangat dibutuhkan oleh anak usia sekolah. Minimal, anak butuh zat besi 10 mg dan zink 11 mg supaya terhindar dari anemia. (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda