Jakarta -
Seperti ibu lainnya, produksi air susu ibu (ASI) Maria Leonnyta Sastra Wijaya nggak langsung banyak di hari pertama melahirkan. Tapi, Maria nggak putus asa menyusui plus memompa ASI-nya. Eh, siapa sangka produksi ASI Maria banyak dan malah bisa didonorkan.
Maria cerita kalau di hari pertama melahirkan anak pertamanya, Emily, ASI-nya udah keluar. Bahkan, di hari-hari terakhir trimester ketiga sesekali
ASI Maria juga udah keluar, meski sedikit. Tapi, Maria nggak berani ngapa-ngapain.
Nah, pas Emily lahir, kebetulan dia ini tipe yang pas nyusu terus tidur. Dibangunin pun susah. Nah, di sinilah 'perjuangan' Maria dimulai. Gimana nggak, payudara udah terasa penuh, tapi si kecil lagi tidur. Wah, bisa kebayang kan Bun gimana rasanya. Untuk itu, Maria memompa ASI-nya tiap dua jam. Alhasil, dalam sehari 12 kali Maria memompa ASI-nya.
"Walaupun kadang mompa selama 30 menit, cuma 'kotor-kotorin' botol, sambil nyusuin juga, pasti capek banget. Tapi, saya tetap berkomitmen untuk bisa ngasih ASI ke anak saya," kata Maria.
Rutin melakukan itu, sebulan setelah melahirkan Emily, baru Maria bisa menabung
ASI perah-nya. Total, kurang lebih udah 120 kantong dan botol ASI dengan ukuran 120-250 ml per kemasan yang didonorkan Maria. Meski begitu, sekarang Maria stop dulu nih Bun mendonorkan ASI-nya.
Nah, karena bayinya perempuan, Maria mendonorkan ASI-nya ke bayi perempuan juga. Nggak lupa juga untuk keamanan, ASI perah Maria diskrining lebih dulu sebelum didonorkan. Kalau buat Maria, apa sih kuncinya supaya produksi ASI bisa lancar?
"Bersyukur, terus komitmen. Kayak saya juga sebetulnya jenuh, lihat pompa ASI lagi lihat pompa ASI lagi. Tapi karena sudah komitmen, jadinya jalan terus. Kalau kita nggak komitmen, sekali aja mompa cuma dikit, bisa nyerah. Terus happy, jangan jadikan beban. Kalau kitanya stres ASI-nya dikit," kata Maria ditemui HaiBunda usai acara 'Anmum Celebrate the Extraordinary' di Hotel Raffles, Jakarta, baru-baru ini.
Ketika bisa mendonorkan ASI-nya yang nyatanya bermanfaat untuk bayi lain, Maria mengaku kalau dia terharu. Nggak cuma itu, Maria juga bangga Emily punya saudara sepersusuan.
Buat Maria, dukungan keluarga juga penting dalam keberhasilannya menyusui bahkan sampai bisa mendonorkan ASI. Misalnya, sang suami di malam hari berusaha membantu Maria nyuci alat pompa atau botol ASI, Bun. Begitu pun ibunda Maria. Walau dulunya nggak bisa memberi ASI ke anak-anaknya, ibunda Maria mendukung putrinya untuk bisa memberi ASI [https://www.haibunda.com/menyusui/d-3538945/menyelamatkan-asi-perah-saat-terjebak-macet-berjam-jam-waktu-mudik] ke si kecil.
Di luar sana, pasti banyak 'pejuang ASI' lain kayak Maria. Di mana awalnya nggak terpikir bisa mendonorkan ASI-nya karena jumlahnya cuma sedikit, tapi kemudian, ASI perahnya malah bisa 'ditabung' sampai bisa didonorkan untuk bayi-bayi lain.
Kalau Bunda, gimana nih perjuangannya dalam memberi ASI ke si kecil? Jangan ragu Bun. Yuk berbagi cerita di kolom komentar.
(rdn)