Jakarta -
Air susu ibu (ASI) selalu dikaitkan daya tahan tubuh bayi yang lebih kuat. Begitu juga di tengah ancaman virus Corona. Sebuah penelitian menemukan, virus Corona mungkin tak berbahaya bagi bayi ASI. Berikut penjelasan peneliti.
Bayi mendapatkan pertahanan yang terkandung dalam ASI, sehingga memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap penyakit. Menurut penelitian, menyusui tetap menjadi pencegah utama berbagai penyakit dan peran perlindungannya meningkat seiring durasi menyusu.
Termasuk serangan virus Corona yang sedang mewabah. Dijelaskan dr.Adria Rusli, Sp.P(K), dari Rumah Sakit Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta Utara, gejala terinfeksi virus Corona mulai dari demam, pilek, nyeri tenggorok atau batuk, sakit kepala, hingga
sesak napas.
"Gejala tiap orang beda-beda, ada batuk dominannya, demam dominannya, ada sesak napas. Tapi kalau sesak napas, biasanya sudah akhir," terang Adria.
Apabila bayi disusui ibu yang terinfeksi pernapasan, bisa meningkatkan risiko penularan karena kontak yang lebih dekat. Para peneliti dari Henry Ford Hospital pernah memaparkan, asupan nutrisi dari ASI dapat membantu bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
"Paparan mikroorganisme atau bakteri dalam beberapa bulan pertama setelah kelahiran, sebenarnya membantu merangsang sistem kekebalan tubuh. Jika Anda meminimalkan eksposur mereka, sistem kekebalan tubuh tidak akan berkembang secara optimal," ujar pemimpin studi, Dr Christine Cole Johnson, dalam situs resmi Henry Ford Hospital.
 Ibu menyusui/ Foto: iStock |
Peneliti juga mengungkapkan alasan mengapa virus mematikan tersebut lebih banyak menyebabkan kematian pada pasien pria ketimbang wanita. Sebuah laporan menyatakan, estrogen dan fakta bahwa wanita memiliki dua kromosom X juga bisa berperan dalam penurunan angka kematian wanita.
Mengutip
Express, dalam tes laboratorium terhadap tikus yang terinfeksi SARS menunjukkan, tikus betina lebih cepat mati ketika produksi estrogen terganggu atau indung telurnya dikeluarkan. Di sisi lain, pada tikus jantan tidak masalah jika produksi testosteron diblokir.
"Kami melihat banyak infeksi virus pernapasan yang membuat pria lebih parah terkena dampaknya," kata Sabra Klein, peneliti dari Universitas Johns Hopkins, dilansir
New York Times.
Meskipun jumlah wanita dan pria yang terinfeksi seimbang, para peneliti telah menemukan bahwa angka kematian akibat penyakit ini secara signifikan lebih tinggi pada pria. Pada pria itu 2,8 persen, tetapi hanya 1,7 persen pada wanita.
Dijelaskan juga, sistemÂ
kekebalan tubuh wanita bisa menjaga agar virus-virus tetap berada dalam kondisi yang lebih baik. Namun, studi ini juga tak mengesampingkan faktor lain yang membuat pria lebih banyak yang meninggal ketimbang wanita.
Misalnya saja, kesadaran akan gaya hidup sehat yang memainkan peran dalam hal seberapa serius seseorang sakit. Penelitian juga menunjukkan, pria seringkali hanya datang ke rumah sakit setelah penyakitnya berangsur parah.
Bunda, simak juga manfaat pijat punggung bayi untuk tingkatkan imunitas, dalam video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)