menyusui
Jarang Disadari, Ini 7 Efek Samping Berhenti Menyusui
Selasa, 30 Jun 2020 07:00 WIB
Terlepas dari alasannya, menyapih dapat menimbulkan efek samping bagi ibu dan bayinya lho. Para ibu bisa mengalami beberapa ketidaknyamanan ketika mereka berhenti menyusui terutama jika mendadak.
Dikatakan dokter kandungan dan ginekolog, Holly Ernst, PA-C beberapa wanita mungkin berhenti memproduksi ASI hanya dalam beberapa hari. Bagi yang lain, mungkin perlu beberapa minggu sampai ASI-nya mengering sepenuhnya. Bahkan ada juga yang mengalami sensasi let-down atau kebocoran ASI selama berbulan-bulan saat sudah dihentikan.
"Menyapih secara bertahap sering direkomendasikan, tetapi mungkin ini kadang tidak nyaman," kata Ernst, dilansir Healthline.
Lebih lanjut, Ernst menuturkan bahwa menyapih secara tiba-tiba mungkin tidak nyaman dan menyebabkan infeksi atau masalah medis lainnya. Hal ini karena ASI seakan dipaksa untuk berhenti padahal ia masih terus berproduksi.
Di samping itu, berikut ini 7 efek samping berhentiĀ menyusui, dilansir Parenting Firstcry.
1. Mastitis dan saluran ASI tersumbat
Saluran yang tersumbat dapat menyebabkan gumpalan pada payudara. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan mastitis, infeksi payudara yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan kemerahan. Payudara menjadi lunak dan hangat saat disentuh. Mastitis dapat diobati dengan menggunakan bantalan pemanas, mengeluarkan ASI, dan antibiotik.
2. Payudara penuh
Menyapih bisa menjadi penyebab payudara terasa penuh. Payudara menjadi menyakitkan dan berat karena penumpukan ASI yang tidak dikeluarkan. Untuk mengatasinya, Bunda bisa mengekspresikan ASI untuk mengurangi rasa penuh di payudara.
3. Penyakit Fisik
Beberapa masalah yang muncul setelah berhenti menyusui termasuk sakit kepala, mual, dan perubahan suasana hati. Ini bisa menjadi efek dari perubahan hormon yang merupakan akibat dari berhenti menyusui. Terkadang masalah ini meniru gejala awal kehamilan. Jadi, konsultasikan dengan dokter sebelum Bunda memutuskan untuk menyapih.
4. Depresi pasca penyapihan
Efek samping menyapih pada ibu ternyata bisa menyebabkan depresi ringan hingga berat. Ini terkait dengan perubahan hormon dalam tubuh ketika bayi berhenti menyusu atau karena ASI tidak lagi dikeluarkan.
Selain itu, prolaktin hormon yang bertanggung jawab untuk laktasi yang juga dapat menciptakan perasaan tenang dan gembira bagi ibu akan berkurang. Nah, dengan berkurangnya kadar prolaktin, ibu mungkin mulai merasa sedih, dan dia dapat mengaitkan kesedihan ini dengan akhir ikatan antara dia dan bayinya. Namun, tidak setiap ibu mengalami depresi, Bunda harus mencari bantuan dari seorang praktisi medis jika Bunda merasa tertekan.
5. Perubahan kulit
Menyapih bayi dapat membawa banyak perubahan pada kulit karena lonjakan hormon. Kekeringan, jerawat, stretch mark, dan berjerawat lainnya sering terjadi saat menyusui dihentikan.
6. Kelelahan ekstrem
Setelah menyapih bayi, tingkat progesteron dan estrogen dalam tubuh ibu mencoba menyeimbangkan kembali, dan ini menyebabkan kelelahan yang ekstrem. Berhenti menyusui juga kadang tidak dapat membalikkan pola tidur normal, yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan lebih lanjut pada ibu.
7. Masalah kedekatan dengan bayi
Mengurangi kadar oksitosin juga ikatan, membuat beberapa ibu merasakan sedikit terasing dari anak-anak mereka. Ibu juga mungkin merasa kurang cakap dalam menenangkan anak tanpa menyusui. Menemukan cara lain untuk tetap lekat, seperti bermain bersama, memeluk saat tidur, dan lainnya dapat membantu ibu dan bayinya lebih baik.
Simak juga cara aman cegah kehamilan untuk ibu menyusui dalam video ini:
(yun/kuy)